Pengkhianatan G30S/PKI: Film Paling Banyak Ditonton yang Dianggap Alat Cuci Otak Anak Indonesia

Senin, 30 September 2024 – 16:24 WIB
Syubah Asa memerankan tokoh DN Aidit dalam film Pengkhianatan G30S/PKI buatan PPFN. Foto: YouTube

jpnn.com - Film Pengkhianatan G30S/PKI selalu menjadi perbincangan setiap penghujung September.

Pada dasawarsa terakhir masa kekuasaan Orde Baru, film yang disutradarai sineas Arifin C Noer itu merupakan tontonan wajib setiap 30 September.

BACA JUGA: G30S dan Skenario Awal Tanpa Darah Jenderal

Buku ‘Krisis dan Paradoks Film Indonesia’ yang ditulis Garin Nugroho & Dyanda S. Herlina mendedahkan kebijakan politik represif pemerintahan Orde Baru sangat memengaruhi berbagai sektor kehidupan, termasuk perfilman nasional.

"Kekuatan kepemimpinan Soeharto dibangun atas dasar penciptaan musuh bersama, yakni antikomunis dan antiradikalisme agama," demikian tulisan dalam buku keluaran Penerbit Buku Kompas itu.

BACA JUGA: Kegeraman Pak Harto di Lubang Buaya, lalu Beda Paham dengan Bung Karno

Pada masa Orde Baru, terdapat sejumlah film pesanan penguasa saat itu.

Film bertema antikomunis pada masa kekuasaan Soeharto, antara lain, Pengkhianatan G30S/PKI, Djakarta 1966, dan Operasi Trisula: Penumpasan Sisa-Sisa PKI di Blitar Selatan.

BACA JUGA: G30S, Front Kostrad Vs Halim, Mengapa Soeharto Tidak Diculik?

Namun, Garin dan Dyna mencatat film antikomunisme paling kontroversial ialah Pengkhianatan G30S/PKI.

Dokudrama berisi tafsir penguasa Orba atas peristiwa 30 September 1965 itu diproduksi oleh Pusat Produksi Flm Negara (PPFN).

Menurut Garin dan Dyna, film kolosal berdurasi 4,5 jam tersebut berisi banyak kekerasan dan pidato politik.

"Film Pengkhianatan G30S/PKI diputar setiap tahun pada 30 September malam di televisi nasional dan wajib ditonton oleh seluruh murid sekolah.”

Buku ‘Krisis dan Paradoks Film Indonesia’ juga menyinggung tentang pemutaran Pengkhianatan G30S/PKI di televisi nasional yang menjadi malam menakutkan bagi anak-anak yang dipaksa menonton.

“….”malam horor” bagi anak-anak karena mereka diharuskan menonton film yang penuh dengan kekerasan ini,” tutur Garin dan Dyna dalam buku yang edisi pertamanya dirilis pada Mei 2015 itu.

"Kewajiban itu adalah upaya Soeharto “mencuci otak” anak-anak Indonesia tentang komunisme,” imbuh Garin dan Dyna.

Adapun Krishna Sen dan David T. Hill dalam Media, Culture, and Politics in Indonesia mencatat film G30S/PKI menjadi tayangan wajib bagi anak-anak dan pegawai negeri pada periode pertengahan 1980-an hingga 1997.

Film itu ditayangkan setiap 30 September di TVRI, lalu direlai oleh televisi swasta.

"Kewajiban ini membuat film ini menjadi film yang paling banyak ditonton orang Indonesia," demikian Sen dan Hill dalam buku yang diterbitkan pada 2000 itu.(jpnn.com)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Haji Peking dan Rakaat Salat Tokoh yang Dianggap Terlibat G30S PKI


Redaktur : M. Fathra Nazrul Islam
Reporter : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler