Pengobatan Penderita DBD Digratiskan

Selasa, 22 November 2011 – 11:26 WIB
SAMPIT – Pemerintah Kabupaten Kotawaringin Timur (Kotim) menegaskan, mulai awal pekan ini telah menggratiskan seluruh biaya pengobatan pasien demam berdarah dengue (DBD) yang berobat di rumah sakit dr Murjani SampitLangkah ini dilakukan setelah ditetapkannya Kotim dengan status KLB DBD serta untuk mencegah bertambahnya pasien meninggal akibat penyakit mematikan tersebut.
   
“Karena sudah KLB, mulai hari ini saya perintahkan gratiskan pengobatan dan RS harus siap serta berkoordinasi dengan seluruh Puskesmas yang ada di Kotim,” kata Bupati Kotim Supian Hadi, usai menghadiri rapat paripurna DPRD Kotim, Senin (21/11).

Menurutnya, Pemkab menggratiskan biaya pengobatan pasien DBD khusus untuk pasien kelas III di RS Murjani Sampit dan ini berlaku untuk semua masyarakat

BACA JUGA: Kurang Alat, e-KTP Sulit Capai Target

Tenaga medis dan dokter rumah sakit juga telah diminta siaga 24 jam penuh
Itu dilakukan untuk mempercepat pelayanan pengobatan pasien.

Untuk mencegah semakin meluasnya penyebaran penyakit, Supian meminta masyarakat Kotim melakukan gerakan massal menjaga kebersihan lingkungan

BACA JUGA: Ular Kobra Berbisa Berkeliaran

Terus meningkatnya jumlah penderita DBD merupakan akibat lingkungan yang tidak bersih sehingga menjadi tempat berkembangbiaknya nyamuk aedes aegypty yang menularkan DBD.

“Saya sudah perintahkan Dinas Kesehatan untuk memantau wilayahnya dimana (penderita DBD) yang meninggal itu, lingkungannya seperti apa, setelah itu mengajak mulai dari Ketua RT sampai masyarakatnya untuk menjaga kebersihan lingkungan setempat,” kata Supian

Supian menegaskan, upaya menjaga kebersihan lingkungan sebelumnya telah dilakukan dan ditingkatkan dengan adanya target mengejar Adipura
“Tapi itu bukan tujuan utama, namun, bagaimana menciptakan lingkungan yang bersih sehingga DBD bisa dikurangi,” ujarnya.

Seperti diberitakan, penyebaran penyakit DBD di Kotim telah ditetapkan sebagai status Kejadian Luar Biasa (KLB)

BACA JUGA: Tiga Petinggi Pemko Tak Hadiri Sosialisasi E-KTP

Jumlah korban meninggal dunia tercatat sebanyak 5 orang pasien, selain itu, jumlah penderita juga terus bertambah

“Dalam beberapa bulan terakhir, kasus ini terus mengalami peningkatan, terutama di Kecamatan Ketapang, Baamang, Bagendang, Sebabi Kecamatan Telawang dan Desa Pundu Kecamatan Cempaga HuluWabah ini salah satunya juga disebabkan masih rendahnya kesadaran masyarakat kita dalam menjaga kebersihan lingkungannya, termasuk dalam hal melakukan pemberantasan sarang dan tempat perkembangbiakan nyamukMasyarakat masih berpikir bisa diatasi hanya dengan fogging massal,” kata Kepala Dinas Kesehatan Kotim, Yuendri Irawanto.

Berdasarkan data dari 15 puskesmas di wilayah endemis yang masuk ke Dinas Kesehatan mulai Agustus  - 18 November, sebanyak 154 penderita DBD dirawat di puskesmasPuskesmas yang  endemis tersebut diantaranya, Ketapang 1, Ketapang 2,  Bapinang, Bagendang, Baamang 1, Baamang 2, Kota Besi, Sebabi, Cempaga, Pundu, Parenggean 1, Parenggean 2, Kuala Kuayan dan Tumbang Kalang.

Diungkapkan Yuendri, hingga kini Kecamatan Ketapang dan Baamang masih mendominasi jumlah kasus terbanyak di Kabupaten KotimPihaknya  hingga kini masih berupaya semaksimal mungkin menangani penyebaran wabah seperti dengan menyebar bubuk abate untuk dibagikan secara gratis melalui seluruh puskesmas serta melakukan pengasapan (fogging) massal, baik penyemprotan secara manual menggunakan alat penyemprot oleh petugas maupun mobil Ultra Low Volume (ULV)


Bagikan Alat Pengukur Panas
Salah satu penyebab bertambahnya korban meninggal dunia akibat DBD karena telambat mendapatkan penanganan secara medisKepala Dinas Kesehatan Kotim dr Yuendri Irawanto mengatakan, keterlambatan tersebut salah satu penyebabnya adalah kurangnya pengetahuan bagi keluarga penderita mengenai bahaya panas tubuh yang berlangsung lebih dari dua hari.

Karena itu lanjutnya, dalam waktu segera  Dinkes akan membagikan alat berupa stik untuk mengukur panas tubuh manusiaSaat alat ini dibagikan, juga akan diberitahukan ukuran shuhu panas tubuh normal yang masih bisa ditoleransi oleh manusia.

“Distribusi alat ini rencananya akan kita lakukan mulai Desember nanti, untuk mengurangi jumlah korban jiwa karena wabah DBDKarena selama ini mereka yang terserang panas sering terlambat menyadari dan membawa ke petugas kesehatan sehingga nyawanya sulit tertolongKita tidak memandang panas tubuh itu karena DBD atau tidak, yang penting apabila berlangsung selama 2 hari hendaknya segera diperiksakan ke dokter atau perugas kesehatan,” imbuhnya.

Diakuinya, pembagian alat tersebut memang secara teori tidak ada kaitannya dengan pengobatan DBD, namun paling tidak diharapkan bisa membantu masyarakat akan segera memberikan pertolongan apabila dilingkungannya ada warga yang tubuhnya panas melebihi batas normalPuskesmas pun lanjutnya, diharapkan segera memiliki alat-alat tersebut dan bisa membagikannya, terutama di daerah yang endemis demam berdarah.

Selain itu Yuendri mengatakan, dengan pembagian alat ini juga diharapkan bisa mengantisipasi dan menurunkan angka korban penderita DBD khususnya pada bulan Januari dan Februari nanti yang diprediksi masih akan mewabah mengingat bulan-bulan tersebut wilayah Kotim masih dilanda musim penghujan.
   
"Selain nanti akan diajarkan menggunakan alat itu, kita juga sangat berharap persan serta aktif masyarakat terutama dalam memberantas sarang-sarang nyamuk, yaitu dengan menjaga kebersihan lingkungannya masing-masingSerta tidak membiarkan ada tempat-tempat terbuka yang sangat mudah digenangi oleh air, terutama air hujan,” kata mantan direktur RSUD dr Murjani Sampit ini(rm-45/gus)

BACA ARTIKEL LAINNYA... 58 Kasus Gizi Buruk di Butur


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler