KONDISI pengungsi bencana letusan Merapi kian mengenaskanData dari Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) Soeradji Tirtonegoro selama erupsi Merapi terjadi sudah 20 pengungsi meninggal
BACA JUGA: Nasib Remunerasi Polisi di Tangan Kapolri
Tiga di antaranya karena terkena awan panas atau yang biasa disebut wedhus gembel.Padahal Jumat (12/11) jumlah pengungsi yang meninggal baru 15 orang
BACA JUGA: Daerah tak Wajib Terima CPNS Tiap Tahun
Total pengungsi yang menjalani perawatan di RSUP sampai kemarin mencapai 460 orang
BACA JUGA: 12 Daerah Rawan Calo CPNS
"Ada tiga pasien luka bakar yang dirujuk ke RS Sardjito Jogja," ujar Humas RSI Petrus Tri Joko.Sementara itu, Direktur Pelayanan Medis RSUP Soeradji Tirtonegoro Joko Windoyo mengatakan, berdasarkan dari riwayat kesehatan pasien yang masuk, mayoritas merupakan penyakit lama yang kambuhKondisi ini diperparah dengan lokasi pengungsian yang memang tidak representative bagi mereka yang sakit.
:TERKAIT "Dengan tinggal di pos pengungsian membuat warga yang sebelumnya menderita penyakit akan mudah kambuhKarena mereka tinggal di tempat yang terbukaLembap, dan sering terkena air hujanInilah yang memperparah kondisi kesehatan pengungsi, mereka yang dari rumah sudah sakit bisa bertambah parah," ujarnya.
Dia menambahkan, selama ini kasus yang ditangani tim medis RSUP mayoritas penyakit bawaan dari rumahMisal stroke, jumlah pasien yang meninggal akibat penyakit ini sudah enam orangAtau penyakit jantung yang tiba-tiba kambuh saat di pos pengungsian.
"Kami sudah berusaha maksimal untuk menangani pasien yang berasal dari Pos PengungsianBiasanya pasien yang meninggal kondisinya sudah parah baru dilarikan ke rumah sakitIni yang membuat tenaga medis harus bekerja ekstrakeras untuk memulihkan pasien," ungkapnya.
Lebih lanjut, selain melayani pasien dari pengungsi RSUP juga harus menanggung logistik sekitar 250 pengungsiMereka mayoritas berasal dari Desa Glagahharjo, Kecamatan Cangkringan, Sleman, JogjakartaSejak 26 Oktober mereka bertahan di RSUP karena memang sudah tidak memiliki rumah lagi.
"Rumah mereka sudah rata dengan tanahSehingga bingung mau pulang kemana, makanya banyak yang memilih tinggal di RSUPKarena kebutuhan logistik sudah di tanggung rumah sakitUntungnya banyak dermawan yang rela menyumbangkan sebagian hartanya untuk merekaAda yang sembako, pakaian, selimut dan makanan," tambahnya.
Selama ini RSUP masih mengandalkan bantuan dari rekan dokter, atau masyarakatBelum sampai disuplai dari Satkorlak PBPadahal sejak awal jumlah pengungsi di RSUP sudah dilaporkan ke Satkorlak PB di Pemkab Klaten"Alhamdulillah kami masih mampu memberi makan pengungsiIni berkat bantuan dari masyarakat dan rekan dokter," ujar dia.
Sementara itu, tak hanya kondisi pengungsi yang terus memburuk, kesehatan dan daya tahan relawan mulai digerogoti penyakitSatu relawan dari Palang Merah Indonesia (PMI) bernama Tulus, 30, harus masuk rumah sakit kemarin (14/11)Dia diduga kelelahan dan mengalami kram perut saat melayani pengungsi di Kota BoyolaliFaktor kelelahan ini, diduga menjadi sebab, relawan masuk rumah sakit.
Sujadi, salah satu petugas Puskesmas II Kota Boyolali mengatakan, para relawan banyak yang dilarikan ke rumah sakitSebab, banyak relawan yang kondisinya menurun"Kebanyakan relawan mengalami penurunan kondisiMayoritas merasakan sakit pada bagian perut," katanya ketika ditemui di UGD RSUD Pandan Arang Boyolali.
Kram perut atau kolik, menurut Sujadi, selain diakibatkan kelelahan yang sangat juga bisa disebabkan telat makanKondisi itu menyebabkan perut berkontraksi hebat ditambah dengan produksi asam lambung yang berlebihanAkibatnya otot-otot perut berkontraksi dan menyebabkan kram dan rasa sakit yang sangat"Apalagi jika makannya tidak teratur," terang dia.
Sementara itu kondisi Tulus yang kesakitan sempat menjadi perhatian para pengunjung dan petugas UGDUntuk mengurangi rasa sakit, Tulus kemudian diberikan obat analgesic atau penekan rasa nyeriHal itu dimaksudkan supaya korban bisa tenang dan rileks kembali.
Sehingga kontraksi otot perut kembali normal dan mengurangi rasa sakit"Penanganan pertama supaya korban tenang dan rileks kembali, di antaranya dengan diberikan obat analgesik," ujar salah seorang perawat ketika ditemui di UGD.
Tidak hanya Tulus saja jatuh sakit, sebelumnya juga tercatat beberapa kejadian ambruknya relawan saat mengurusi ribuan pengungsiMenurut Suparno, Koordinator relawan dapur umum di Posko Transito, banyak relawan yang ambruk pingsan kelelahan beberapa hari sebelumnyaHal ini karena selain jumlah relawan tidak sebanding dengan jumlah pengungsi, pola distribusi logistik juga kurang memadai.
Akibatnya tenaga relawan sangat terkurasDi sisi lain kondisi stamina relawan juga kurang fit, sehingga mudah jatuh sakit"Kemarin juga ada yang pingsan saat di dapur umum," terangnya.
Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Boyolali Yulianto Prabowo mengatakan, para relawan ini langsung mendapat perawatanSeluruh biaya perawatan dan obat sudah ditanggung pemkabBila kondisinya tidak memungkinkan, maka diminta istirahat terlebih dulu hingga betul-betul sehat.
Sementara pengungsi yang masuk rumah sakit sudah mencapai 270 orang kemarinSebagian dari pengungsi sakit ini sudah bisa kembali ke pengungsian mendapat perawatan jalan oleh pihak keluarga"Karena rumah masih bahaya, maka dirawat di pengungsian," terang Yulianto.
Rata-rata dari pengungsi yang sakit ini adalah lanjut usia dan anak-anakPara pasien ini mengalami ISPA, trauma, dan gangguan perutSeluruh pengungsi sakit ini juga digratiskan dari segala macam pungutan.
Menurut Yulianto, pengungsi yang meninggal sudah mencapai enam orangrata-rata dari pengungsi yang meninggal ini lantaran shock mendengar letusan dan kondisi pengungsi yang sudah lansia"Semua sudah terdata," ujar dia(oh/un/nan)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Yakin Perwira Tak Tersentuh
Redaktur : Tim Redaksi