Pengusaha Tuntut Disinsentif Produk Impor

Sebagai Proteksi Sektor Riil dari Serbuan Asing

Rabu, 22 Oktober 2008 – 07:00 WIB
JAKARTA – Kamar Dagang dan Industri (Kadin) meminta agar pemerintah memberlakukan proteksi terhadap sektor riil untuk menghadapi potensi pengalihan produk impor dari ASNamun, tindakan tersebut tetap harus sesuai aturan WTO (World Trade Organization)

BACA JUGA: Transmigrasi Berhenti, PIR Tak Sukses

’’Proteksi itu strategi yang dipersiapkan Kadin bersama pemerintah saat ini untuk memperkuat produk domestik,’’ ujar Ketua Umum Kadin M.S
Hidayat di Jakarta, Selasa (21/10)

BACA JUGA: PNM Bantu PIR Trans



Dia mengaku sudah mewanti-wanti pemerintah untuk mengupayakan hal itu
Sebab, sejak terjadinya krisis keuangan di AS, muncul kekhawatiran banyak negara yang akan mengalihkan pasarnya ke Indonesia

BACA JUGA: Buy Back BUMN Baru Serap Rp. 20 M

Jika itu terjadi, diprediksi banyak produk Indonesia yang bisa kalah bersaingSebab, selain harga produk impor yang masuk secara legal (resmi) lebih murah 30–40 persen, potensi masuknya produk impor secara ilegal masih sangat besar.

’’Karena itu, kami minta apakah tidak sebaiknya impor barang-barang konsumtif dibatasi sajaJadi, kami minta diberlakukan disinsentif terhadap produk-produk impor ituMungkin bea masuknya yang dinaikkan atau kuotaTapi, itu harus sesuai aturan WTO,’’ jelasnya.

Hidayat mengapresiasi langkah pemerintah untuk memperkuat sistem perbankan nasional dalam menghadapi krisis finansial globalTapi, penguatan sistem perbankan tersebut jangan lantas menimbulkan pengetatan terhadap sektor riil’’Intinya, bank memang harus hati-hatiTapi, jangan lantas karena hati-hati untuk antisipasi krisis itu, sektor riil jadi semakin kehabisan napas,’’ tegas.

Dia menambahkan, pihaknya sudah meminta ada tax amnesty agar dana-dana warga negara Indonesia yang diparkir di luar negeri bisa kembali masuk ke tanah air’’Itu akan membuat likuiditas di dalam negeri membaik dan bank pun kembali berani gencar menyalurkan kredit,’’ tuturnya.

Anggota Tim Penasihat Ekonomi Kadin Mudrajad Kuncoro mengungkapkan, kontribusi sektor industri manufaktur terhadap PDB (product domestic bruto) pada 2008 bisa kembali merosot jika pemerintah tidak segera membuat terobosanPihaknya khawatir hal itu memicu deindustrialisasi’’Sebenarnya mulai 2000 industri kita ini seolah mandek (berhenti) karena sumbangan industri manufaktur terhadap PDB cenderung flat (mendatar) di kisaran 28 persenPadahal, potensinya bisa 35 persen,’’ ungkapnya.

Menurut dia, sudah seharusnya pemerintah lebih memperhatikan sektor riil dibanding pasar sahamSebab, dari kejadian beberapa hari lalu terlihat bahwa pergerakan saham dan kurs sangat terintegrasi dengan market (pasar)

Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Sofjan Wanandi menyatakan, realisasi pertumbuhan industri yang selalu jauh di bawah target pascakrisis 1997 membuktikan bahwa pemerintah belum mampu secara gemilang mengurai lilitan benang masalah eksternal dan internal, sehingga kinerja sektor manufaktur selalu jauh dari ekspektasi ideal’’Industri nasional selalu dihadapkan pada sejumlah problem klasik yang hingga kini tidak bisa dituntaskan dengan baik,’’ ujarnya.

Saat ini, menurut dia, sektor manufaktur tumbuh dan berkembang secara alamiah, bukan karena upaya pemerintahBeberapa faktor yang menyebabkan sektor manufaktur gagal mencapai target pertumbuhan ideal, antara lain, praktik penyelundupan yang dibiarkan tumbuh subur, pungli kian merajalela, infrastruktur tak terurus, tak ada kepastian hukum, pasokan energi yang selalu defisit, serta ketatnya likuiditas perbankan’’Dengan semua kondisi itu, PDB sektor industri pada 2008 mungkin akan lebih buruk,’’ ucapnya

Akhir 2007, Kadin mengategorikan enam kelompok industri yang mengalami sunset (penurunan)Yakni, sektor industri barang galian nonlogam (keramik), industri barang lainnya (aneka), serta industri kertas dan barang cetakanJuga, industri barang kayu dan hasil hutan; industri makanan, minuman, dan tembakau; serta kelompok industri tekstil, barang kulit, dan alas kaki’’Kondisi itu akan diperparah oleh tidak adanya investasi tambahan,’’ tegasnya(wir/eri/iw/kim)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Saham Grup Bakrie Terus Terkoreksi


Redaktur : Antoni

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler