Adam Donovan mengatakan dia tidak menduga akan menjadi sasaran penipuan hanya beberapa jam setelah dia hendak menjual sofa tua miliknya di Facebook Marketplace.
Adam yang bekerja di sebuah toko IT di Noosa di negara bagian Queensland mengatakan ia beruntung bisa membedakan mereka yang betul-betul ingin membeli barang atau penipu.
BACA JUGA: Dunia Hari Ini: Setahun Penjara untuk Terdakwa Kasus Kanjuruhan yang Tewaskan Ratusan Orang
Namun, ia mengatakan dari contoh di tempat kerjanya saja, banyak yang tidak menyadari mereka bisa menjadi korban penipuan.
"Saya sudah banyak melihat bentuk penipuan di Facebook, sehingga hal pertama yang saya lakukan adalah mengecek profil orang yang mengirim pesan, dan kemudian melihat informasi apa saja yang ada di akun mereka," katanya.
BACA JUGA: Warga Semarang Ada yang Jadi Korban Perempuan Ini? Dia Sudah Ditangkap
"Semua postingan mereka berasal dari setahun atau dua tahun yang lalu, dan tidak ada satu pun posting dalam bahasa Inggris, sehingga mereka kemungkinan besar tidak berasal dari Sunshine Coast dan tidak akan tertarik untuk membeli sofa.
Adam mengatakan akun-akun palsu ini berusaha membayar dengan sistem PayID, yang menggunakan informasi nomor telepon atau email yang dihubungkan dengan akun bank mereka.
BACA JUGA: Seleksi PPPK, Pak Putut Sampaikan Peringatan untuk Guru Honorer
Adam mengatakan ketika dia memberikan nomor telepon, para penipu ini berusaha untuk mendapatkan alamat emailnya juga.
"Ketika mereka sudah mengetahui email kita, mereka akan mengirimkan berbagai hal untuk menipu, mereka bisa mengirim virus, atau mengirim dokumen yang seolah PDF tapi sebenarnya bukan, yang saat dibuka akan membuat komputer kita dimasuki virus sehingga membuat penipu bisa mengaksesnya," katanya.
Dia juga mengatakan para penipu juga menggunakan cara lain yaitu meyakinkan orang bahwa mereka mengirim uang terlalu banyak dan meminta uangnya ditransfer kembali.
"Mereka mengirim bukti pengiriman uang meski pun dana itu tidak masuk ke rekening kita, dan meyakinkan bahwa dananya sudah masuk," katanya.
Hal inilah yang dialami oleh seorang guru, Jamie Nagel, baru-baru ini ketika dia hendak menjual beberapa furniture karena dia pindah rumah.
Dia sudah pernah menggunakan Facebook Marketplace untuk menjual barang-barang bekas sebelumnya, dan sekarang mengatakan semakin banyaknya aku palsu di sana.
"Saya merasa Facebook tidak melakukan usaha pemberantasan yang serius untuk melindungi terutama generasi yang lebih tua," katanya.
"Saya berhati-hati dan melakukan pengecekan, kalau saya naif bisa saja saya langsung mengirimkan data pribadi ke orang itu."Penipu mencari saran kelompok penyewa
Para admin akun kelompok yang ada di Facebook juga melaporkan banyaknya penipuan yang menyasar orang-orang yang berusaha membantu orang mendapatkan sewa rumah.
Michael Grinceri sudah menjadi admin di grup penyewaan Facebook, Kamar untuk disewakan di Sunshine Coast sejak Agustus 2022.
Michael yang sehari-hari bekerja sebagai insinyur biasanya menghabiskan waktu beberapa jam sehari untuk membersihkan akunnya dari para penipu dan mengatakan jumlah akun sejenis itu semakin banyak dan sangat mengkhawatirkan.
"Halaman Facebook itu penuh dengan akun palsu sebelum saya masuk," katanya.
Dia mengatakan pernah membersihkan sekitar 30-40 akun palsu setiap hari ketika baru mulai dan sekarang tinggal sekitar dua atau tiga akun.
"Saya melakukan pengecekan terhadap sekitar 150 sampai 200 profil setiap hari, dan kalau sudah mulai kita sudah dengan cepat bisa menduga mana yang palsu, mana yang tidak," katanya.
Michael mengatakan para penipu ini biasanya meminta pembayaran untuk properti yang sebenarnya tidak ada atau mencoba menjual barang lewat halaman tersebut.
Dia mengatakan tindakan ekstra seperti memperhatikan semua postingan yang masuk dan memberi peringatan mengenai adanya kemungkinan penipuan banyak manfaatnya.
"Kalau Anda berusaha menipu, maka tidak ada kemungkinan kedua bagi anda," katanya.
"Saat ini banyak orang mengalami masalah ekonomi, dan saya bisa menghentikan usaha penipuan sehingga keadaan tidak menjadi lebih berat lagi."Pengawasan yang lebih baik
Michael Grinceri mengatakan Facebook tidak melakukan "banyak usaha" untuk memberantas berbagai usaha penipuan tersebut.
"Kami hanya melarang atau menghapus berbagai akun palsu tersebut karena tidak ada cara untuk melaporkan mereka sebagai penipu,," katanya.
Pengajar masalah keamanan siber di University of the Sunshine Coast, Dennis Desmond mengatakan kecil kemungkinan Facebook akan berubah kecuali dipaksa.
"Di situ mereka mendapatkan uang lewat iklan, dan peningkatan pendapatan dengan semakin banyak orang yang memiliki akun," kata Dr Desmond.
Dia merasa prihatin dengan cepatnya para penipu menjalankan taktik penipuan sementara aturan hukum berjalan lambat.
"Tidak saja para penipu ini tahu benar mengenai perilaku manusia namun mereka juga sangat melek teknologi seperti misalnya kecerdasan buatan (AI) dan ChatGPT," katanya.
Dr Desmond mengatakan para penipu online ini biasanya menggunakan tiga pendekatan.
"Pertama berusaha memperoleh identitas yang benar, kedua adalah mendapatkan informasi mengenai akun bank atau keuangan, dan ketiga adalah memaksa individu untuk mengunduh virus yang bisa digunakan penipu untuk mendapatkan akses," katanya.
Dia mengatakan mereka yang menggunakan Facebook Marketplace sebaiknya tidak pergi sendirian ketika menemui pembeli dan bertemu di tempat umum aman dan bukannya di rumah.
Dr Desmond mengatakan aturan hukum yang ada di Australia saat ini belum cukup untuk melindungi konsumen.
Dia mengatakan aturan yang sedang digodok nantinya mungkin akan mengharuskan perusahaan memberi perlindungan lebih besar kepada pengguna produk mereka dan mempunyai langkah-langkah untuk menghentikan pengguna menjadi korban penipuan.
""[Facebook] sangat buruk dalam hal melindungi privasi kita," katanya.
"Mereka sangat buruk dalam melindungi integritas dan keamanan keuangan kita.
"Dan dengan organisasi sebesar tanpa adanya aturan, kebijakan dan pengawasan, mereka akan tetap menjalankan bisnis seperti yang mereka lakukan sebelumnya."
ABC sudah menghubungi Facebook untuk memberikan komentar.
Artikel ini diproduksi oleh Sastra Wijaya dari ABC News.
BACA ARTIKEL LAINNYA... Dunia Hari Ini: Pertandingan Liga Champions Terlambat karena Kemacetan London