jpnn.com - JAKARTA - Pasangan calon gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok-Djarot Saipul Hidayat belakangan mendapat banyak penolakan saat berkampanye di sejumlah wilayah di Jakarta.
Penolakan itu diduga dipicu kasus penistaan agama Islam yang telah menjerat Ahok sebagai tersangka.
BACA JUGA: Penetapan Tersangka Ahok Tak Pengaruhi Dukungan Warga
Namun, pendiri lembaga Kedai Kopi Hendri Satrio mempertanyakan apakah penolakan-penolakan terhadap kampanye Ahok-Djarot itu benar-benar terjadi dari orang yang tidak suka atau hanya sekedar settingan belaka?
"Masalah penolakan ini jadi menarik. Dalam kompetisi biasanya ada kontra-intelijen. Saya ingin tahu apa benar itu dari kelompok yang beda dengan (pasangan) nomor dua, atau jangan memang ada settingan khusus? Menarik juga," kata Hendri saat diskusi bertajuk Ahok Effect di Jakarta, Sabtu (19/11).
BACA JUGA: Wasekjen MUI: Baru Sehari Tersangka Ahok Sudah Berulah
Bukan tanpa alasan Hendri berpendapat demikian. Hendri memandang, setiap kali pasangan nomor dua berkampanye di suatu lokasi, demonstrasi atau penolakan juga selalu ada di sana.
"Karena gini loh, setiap kali nomor dua ada di situ, yang demo ada juga di situ. Yang paling tahu jadwal nomor dua siapa?" kata pengamat komunikasi politik Universitas Paramadina ini.
BACA JUGA: Elektabilitas Ahok Turun Drastis, Begini Reaksi Tim Pemenangan
Tim Sukses dan Relawan Ahokers Ivan Hoe Semen mengatakan hak Ahok-Djarot tercederai saat kampanye. Menurut Ivan, penegak hukum sudah menetapkan tersangka soal penolakan blusukan atau kampanye Ahok-Djarot di Kembangan.
"Bawaslu bilang sudah ada tersangka di Kembangan," katanya di diskusi itu.
Menurut dia, gerakan penolakan terhadap Ahok-Djarot berkampanye itu sangat tidak baik. Bahkan, dia menganggap hal itu mencederai demokrasi.
"Ini penistaan demokrasi. Kalau menuntut hak, tidak boleh melanggar hak orang lain," ungkap Ivan.(boy/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Ahok Menang Pilkada Pun Percuma, Pasti Dilengserkan
Redaktur : Tim Redaksi