Penumpang Helikopter Hilang Itu ternyata Paman dan Ponakan

Selasa, 13 Oktober 2015 – 06:16 WIB
Foto/ilustrasi: ainonline.com

jpnn.com - SLEMAN - Tangis pecah saat sebuah mobil berwarna hitam berhenti di depan sebuah rumah di Dusun Tegal Boyan Purwomartani RT 4/II Kalasan Sleman, Senin (12/10) siang. Dua orang perempuan yang keluar dari mobil itu tak kuasa menahan kesedihannya hingga harus dipapah masuk ke dalam rumah.

"Itu tante dan ibunya Frans," kata Benediktus Suryo Saputra, 29, kerabat dua korban penumpang helikopter Eurocopter EC-130 bernomor registrasi PK BKA milik PT Penerbangan Angkasa Semesta yang dinyatakan hilang kontak di wilayah Sumatera Utara pada Minggu (11/10) pukul 12.20 WIB.

BACA JUGA: Pulang Mengayuh Becak, Si Kakek Pasrah Rumahnya Dilalap Si Jago Merah

Dua penumpang dalam helikopter nahas itu adalah paman dan keponakan. Yaitu Nur Harianto (46) dan Fransiskus Subihardayan, (22).

Keduanya sama-sama bekerja sebagai teknisi helikopter di PT  Penerbangan Alam Semesta, Surabaya. "Rencananya mau ke Medan, karena pekerjaannya di bagian transportasi, teknisi pesawat," kata Esti Maryanto, 48 bibi dari Fransiskus kepada Radar Jogja (Jawa Pos Group).

BACA JUGA: Pemberhentian Tetap Bonaran Tunggu Usulan Tengku Erry

Menurutnya, pihak keluarga mengetahui kabar hilangnya paman dan keponakan itu  dari televisi pada Minggu (11/10) siang. "Ibunya Frans tahu dari televisi kemarin, dia masih shocked (terguncang, red). Sementara ini belum ada yang menghubungi, baik dari pemerintah atau pihak perusahaan," imbuhnya.

Esti mengungkapkan, Nur Harianto sekitar sepekan lalu baru berkunjung ke Tegal Boyan. Sedangkan sang keponakan terakhir kali pulang ke rumah kira-kira sebulan sebelumnya.

BACA JUGA: Suhu Politik DKI Makin Panas Jelang Pilgub, Ini Buktinya

"Frans terakhir mungkin sebulan lalu. Kalau Mas Hari keluarganya di Surabaya," ujarnya mengingat-ingat.

Fransiskus Subihardayan merupakan anak pasangan veteran almarhum Sunarto dan Sri Handayani. Ia menyelesaikan pendidikannya di STM Penerbangan Yogyakarta pada 2011 lalu.

Selanjutnya, selepas lulus ia pernah bekerja sebagai teknisi helikopter di Surabaya, Papua, Kalimantan hingga tiga bulan terakhir belakangan berada di Medan, Sumatera Utara.

Esti menambahkan, pihak keluarga berharap segera mendapatkan kejelasan mengenai kabar hilangnya pesawat helikopter yang ditumpangi dua saudara mereka itu.


Hal yang sama juga diungkapkan Prawignyo Sri Winoto (73), bibi dari Nur Harianto. Ia berharap, paman dan ponakan itu bisa kembali dengan selamat.

"Mas Nur anaknya masih kecil-kecil. Frans anak tunggal, baik, kalem. Semoga bisa kembali dengan selamat," ungkapnya.

Mengingat minimnya informasi terkait kejadian itu, pihak keluarga besar di Jakarta begitu mendapat kabar dari televisi langsung berangkat ke Medan untuk memastikan kondisi keduanya. "Dari keluarga Jakarta, Antonius Nur Susanto tadi (kemarin, red) jam 10.00 berangkat ke Medan," kata Esti.

Sementara Suryo mengatakan, terakhir kali melakukan kontak dengan Frans sekitar akhir September lalu. Melalui pesan Blackberry Mesenger, Frans mengeluhkan pekerjaannya yang cukup berat.

"Sempat bilang kerjaanya berat, jadi sibuk terus. Minta maaf kalau jarang menghubungi. Tapi kalau dengan ibunya rutin, memang dia dekat dengan ibunya," ungkapnya.

Hal itu juga dibenarkan Maryani, kerabat keluarga besar tersebut. Bahkan hampir setiap hari, Frans mengingatkan ibunya untuk tidak lupa makan.

"Iya, sering kalau ngabari ke ibunya mengingatkan untuk tidak terlambat makan," terangnya.

Rencananya, Harianto dan Frans akan kembali ke Tegal Boyan pada Desember mendatang. "Rencananya mau ada syukuran di sini," ujar Prawignyo.(riz/JPG/JPNN)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Pemprov Bali Minta Bantuan Kementerian PUPR Bedah 3 Ribu Rumah


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler