Penutupan Seven Eleven Adalah Jalan Terbaik

Senin, 17 Juli 2017 – 10:45 WIB
TUTUP: Gerai 7-Eleven atau Sevel di Jalan Raden Patah, Jakarta Selatan yang berhenti beroperasi. Foto: Ricardo/JPNN.Com

jpnn.com, JAKARTA - Kerugian secara berkesinambungan diklaim oleh manajemen Modern Internasional (MDRN) sebagai biang keladi penutupan 7-Eleven alias Sevel.

Modal MDRN pun tergerus secara signifikan akibat kerugian secara maraton itu.

BACA JUGA: Sevel Jual Aset untuk Bayar Pesangon Eks Pegawai

Karena itu, opsi terbaik adalah mengamputasi Sevel sebelum semuanya menjadi terlambat.

”Penghentian bisnis Sevel menjadi pilihan terbaik karena secara bisnis kerugian secara signifikan dan terus menerus tidak bisa ditawar,” tutur Komisaris Modern Internasional Donny Sutanto di Jakarta akhir pekan kemarin.

BACA JUGA: Saham 17 Emiten Baru Langsung Melesat

Kerugian Sevel tidak lahir dari ruang hampa. Ibarat ada asap pasti ada api.

Ada sebab mengapa kerugian itu datang menyergap Sevel. Tentu banyak faktor.

BACA JUGA: Saham Jadi Gocap, Induk Sevel Fokus Bisnis Alat Kesehatan

Mulai tingkat daya beli masyarakat mulai melemah sejak 2015 dan berlanjut hingga tahun ini.

Hal itu membuat banyak pertumbuhan bisnis ritel melambat.

Karenanya, sambung Donny, manajemen memutuskan menghentikan kegiatan operasional Sevel tepat 30 Juni 2017 lalu.

Apalagi, rencana pemungkas untuk melepas bisnis ke Charoen Pokphand Restu Indonesia (CPRI) gagal mewujud dengan sejumlah ganjalan dan persyaratan ketat.

Alhasil, saham MDRN terus bergerak menukik. Puncaknya, sejak 19 Juni 2017, saham perusahaan berkubang di kisaran Rp 50 per lembar.

Menariknya, meski harga berkutat di posisi Rp 50 per saham, tidak berarti saham perusahaan sepi dari lirikan para trader. (far)

BACA ARTIKEL LAINNYA... IHSG Berpotensi Tembus 6.300, 4 Saham Ini Layak Dikoleksi


Redaktur & Reporter : Ragil

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler