PEKANBARU--Gubernur Riau HM Rusli Zainal SE MP, Selasa (25/10), secara resmi membuka pertemuan penyair Korean-ASEAN Poets Literature Festival (KAPLF) II di Balai Pauh Janggi, Gedung Daerah, RiauTurut hadir, Ketua DPRD Riau Johar Firdaus, Budayawan Riau DR (HC) H Tenas Effendy, sejumlah seniman dan budayawan Riau serta jajaran kepala dinas di lingkungan Pemprov Riau.
Gubernur Riau menyebutkan, ditunjuknya Riau sebagai tuan rumah acara ini merupakan suatu kehormatan bagi Bumi Melayu
BACA JUGA: Uang Ganja Biayai Teroris
Riau memiliki kebudayaan Melayu yang bernilai tinggiBACA JUGA: Puncak Jaya Masih Panas, Kantor Dibakar
Bahkan, imperium Melayu pernah jaya di masa laluBACA JUGA: Yakin Ada yang Tewas Belum Ditemukan
Di dunia sastra, Riau juga terus mempertahankan kebudayaan Melayu.Direktur KAPLF II, H Rida K Liamsi mengatakan, tahun 2011 adalah helat lanjutan dari event KAPLF di Seoul, Korea Desember 2010, yang saat itu ditunjuk Riau, Indonesia sebagai tuan rumahKegiatan ini adalah pertemuan para penyair Korea Selatan dan negara-negara ASEAN untuk membangun solidaritas sesama penyair untuk membantu agar dunia lebih damai.
Tema ini menyertakan kesenian ASEAN-Korea dan suara-suara yang sama untuk berkreativitas yang sama dari kalangan penyairKarena pusat kegiatan di Riau, festival yang diwujudkan bernuansa MelayuDari Indonesia ada 20 penyair dan lima dari Riau serta negara peserta lainnya.
Festival Penyair ASEAN-Korea II tak hanya diisi pembacaan puisi, esai dan lainnyaJuga akan ditandatangani tiga buku yakni Sound of Asia (kumpulan puisi penyair, buku yang dibacakan kalangan peserta selama kegiatan Malay As World Heritage on Stage), Becoming After Seoul (buku tentang tulisan penyair yang ditulis setelah festival KAPLF I lalu di Korea) serta penandatanganan MoU antara Yayasan Sagang dengan yayasan dari Korea.
Peluncuran buku ini ditandatangani Mr Ko Hyeong Ryeol, H Rida K Liamsi, Gubernur Riau HM Rusli Zainal, Tenas Effendy dan Sutardji Calzoum Bachri
Presiden Penyair Korea, Mr Ko Hyeong Ryeol banyak menyampaikan, kalau 1970-an masyarakat Korea dalam penderitaan di masa pemerintahanDengan kondisi tersebut, ada seorang penyair muda yang terluka dan menulis syair ketika ituItulah putrinya ketika masih berumur 20 tahunan.
Saat itu para penyair tak diizinkan menulis puisiTak ada hubungan politik dengan sastraPara penyair merasa itu sebagai kekangan dan malu dengan kondisi tersebutMeski demikian, akhirnya muncul sastrawan yang berpikir majuMereka melahirkan karya sastra di sebuah alun-alun yang menyatakan pemikirannya, bahwa sastra tak ada kaitannya dengan politik.
Bagi seorang penyair, sejarah dan masa lalu adalah tantangan menuju masa depanDalam penyampaian pidatonya, para penyair Korea sebagian ada yang menulis karya-karyanya di Jepang, bekas penjajah negaranya.
Di akhir penyampaiannya, Mr Ko menyerahkan sebuah kenang-kenangan pada Direktur KAPLF II H Rida K Liamsi sebagai sebuah persahabatan di kalangan para penyair.
Sebagai puncak pembukaan pertemuan KAPLF II, sejumlah penyair menyampaikan puisinyaBahkan Gubernur Riau HM Rusli Zainal, H Rida K Liamsi, Mr Ko Hyeong Ryeol serta Presiden Penyair Indonesia Sutardji Calzoum Bachri turut ambil bagian.(afz/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Jadwal Keberangkatan Kereta Diubah
Redaktur : Tim Redaksi