Perajin Badui Memasarkan Kain Tenun Melalui Media Sosial

Minggu, 01 September 2019 – 06:15 WIB
Seorang wanita Suku Badui Luar menenun kain di Kampung Kaduketug Kanekes, Lebak, Banten, Sabtu (31/8). Foto: Antara

jpnn.com, LEBAK - Sejumlah perajin Badui di pedalaman Kabupaten Lebak, Banten, mulai memasarkan produk kerajinan kain tenun melalui media sosial karena memiliki jaringan luas.

"Kami merasa kewalahan melayani permintaan pesanan dari berbagai daerah di Tanah Air," kata Amir (40), seorang perajin di kawasan Badui Lebak, Sabtu (31/8).

BACA JUGA: Petani Lebak Beralih Mengembangkan Tanaman Sayuran

Pemasaran melalui media sosial sangat terbantu pendapatan ekonomi karena banyak menerima pesanan. Sebab para konsumen lebih mudah dan mengetahui produk kain tenun Badui melalui WhatsApp, Facebook, Istagram dan Youtube.

Kebanyakan pesanan kain tenun Badui motif tenun suwatsongket, suwatsamata, adumancung, poleng kacang, poleng hidup dan aros.
Kelebihan motif tenun Badu itu lebih condong tradisional dengan warna didominasi biru, hitam dan putih.

BACA JUGA: Lahan Perkebunan Terbakar Nyaris Merembet ke Permukiman Warga

Selain itu juga banyak wisatawan membeli kain tenun Badui untuk dijadikan kenang-kenangan dengan alasan tradisional juga memiliki nilai seni.

BACA JUGA: Ritual Adat Suku Badui, Ungkap Peringatan dari Leluhur

BACA JUGA: Terombang-ambing di Laut, Tujuh Nelayan Asal Lebak Terdampar di Lampung

Benang bahan baku kain tenunan didatangkan dari Majalaya Bandung, Jawa Barat. "Kami bisa menghasilkan omzet sekitar Rp 18 juta/bulan," katanya.

Menurut dia, produksi kain tenun Badui dikerjakan kaum perempuan dengan peralatan secara manual. Biasanya untuk mengerjakan kain dengan ukuran 3x2 meter persegi bisa dikerjakan selama sepekan.

Para perajin perempuan merajut kain tenun sambil duduk di balai-balai rumah yang terbuat dari dinding bambu dan atap rumbia. "Kami yakin kain tenun motif bisa mendunia melalui jaringan media sosial itu," katanya.

Neng (40), seorang perajin kain tenun Badui mengaku selama ini permintaan tenun Badui meningkat setelah dipasarkan melalui medsos juga banyak wisatawan yang membeli dengan jumlah banyak.

Para perajin menjual kain tenun dan pakaian batik Badui itu tergantung kualitas mulai Rp 200.000 sampai Rp 1,4 juta per kain.

Konsumen yang membeli melalui medsos, antara lain dari Bandung, Yogyakarta, Lampung hingga Batam. "Kami bisa menghasilkan omzet penjualan melalui medsos sekitar Rp 15-20 juta per pekan," katanya. (mansyur suryana/ant/jpnn)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Mau ke Sekolah Harus Bertaruh Nyawa Seberangi Sungai


Redaktur & Reporter : Rah Mahatma Sakti

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler