PADANG - Masyarakat Minang di ranah diminta untuk tidak bersikap negatif terhadap organisasi dan masyarakat Minang yang ada di rantauBerbagai kegiatan yang selama ini mengarah ke ranah, menurut Guru Besar UIN Syarif Hadayatullah Azyumardi Azra, justru dilandasi oleh rasa cinta terhadap kampung halamannya.
"Gebu Minang dan perantau janganlah dinilai sok tahu atau akan mendikte masyarakat Minang di ranah
BACA JUGA: Dubes Takjub Makan Pempek Kapal Selam
Berbagai forum dan kontribusi yang selama ini diberikan perantau justru didorong oleh rasa cintanya ke ranah," ujar Azyumardi Azra, dalam Seminar Kebudayaan Minangkabau Gebu Minang, di Premier Basko Hotel, Kota Padang,Minggu (12/12).Menurut Azyumardi, sikap kontra produktif terhadap organisasi dan masyarakat perantau Minang sesungguhnya bertentangan dengan karakter dan kultur Minangkabau yang terbuka, yang eksvolutif, berbeda dengan kebudayaan suku Jawa yang involutif (melingkar ke dalam)
Selain menyikapi kecendrungan disharmonis rantau-ranah, Azyumardi Azra juga mengajak seluruh etnis Minang untuk bersikap realitis terhadap adat di bawah hegemoni agama
BACA JUGA: Tilep Bantuan Sosial, Pejabat Lampung Ditahan
"Antara adat dan agama belum selesai hegemoninya," kata Azyumardi Azra.Membedah belum tuntasnya hegemoni adat-agama bukanlah hal yang keliru karena karakter kultur Minang itu sangat memberikan ruang untuk itu
BACA JUGA: 13 Mahasiswa Akbid Keracunan
Beda halnya dengan Al-Quran," imbuh Azyumardi Azra dihadapan sekitar 800 peserta, antara lain sekitar 534 orang berasal dari unsur pimpinan Kerapatan Adat Nagari (KAN) dan Wali Nagari.Lebih lanjut, dia juga menyinggung soal perlunya mengukur efektifitas pelaksanaan dari gerakan kembali ke Surau yang cenderung terjebak dengan jatidiri konvensional etnis Minang."Gagasan kembali ke Surau saat ini terjebak dengan romantisme masa lalu dan berhadapan dengan realita perubahan yang terjadi," pungkas Azyumardi Asra(faz/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Banjir Serang Butuh Bantuan Pusat
Redaktur : Tim Redaksi