Perempuan Berkulit Putih Mulus Itu Minta Ineks, Oh Mahal

Sabtu, 22 Desember 2018 – 00:06 WIB
Petugas menggeledah pengunjung kelab malam di Jakarta. Foto: dok. JawaPos.com

jpnn.com - Perang melawan narkoba dan prostitusi di Jakarta ditandai dengan penutupan Hotel Alexis beberapa waktu lalu. Namun, nyatanya, sampai saat ini narkoba masih bisa didapat di ibu kota.
---
SEBOTOL Macallan single malt whisky sudah tandas di atas meja tempat kami bersua. Gelas-gelas yang sebelumnya penuh juga sudah kering. Band yang memandu kemeriahan pesta di sebuah bar di kawasan Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, itu pun telah mengalunkan lagu terakhir.

Sebuah lagu RnB lawas berjudul Inikah Cinta yang dibawakan grup vokal ME menjadi teman terakhir para pengunjung di tempat tersebut. Hari itu, Selasa (27/11), pukul 02.00.

BACA JUGA: Bawa Sabu, Oknum Kader Partai Terciduk Bersama WN Malaysia

Beberapa pengunjung yang masih terlihat mabuk enggan pulang. Mereka tetap bergoyang ketika lagu tersebut dilantunkan. Di meja kami awalnya duduk lima pria. Namun, dua orang pamit pulang karena ada janji meeting saat pagi. Tersisa tiga orang, termasuk saya.

Seorang di antara mereka yang masih tersisa pun berbicara ke saya, dia masih ingin pesta. Tapi, dia mau ada cewek yang menemani. Well, pukul 2 dini hari di Jakarta bisa dibilang masih sore untuk mengakhiri sebuah pesta. Namun, di Jakarta Selatan, memang kebanyakan saat weekdays, kelab, bar, atau lounge menutup tirainya pada pukul 02.00.

BACA JUGA: Terlibat Peredaran 15 Kg Sabu, Brigadir Purwanto Ditangkap

Mau tidak mau kami pun bergeser ke Jakarta Barat. Tepatnya di kawasan Mangga Besar. Di sana ada kelab yang bisa buka sampai pagi.

Setelah sempat muter-muter di area kelab yang hampir tutup itu, saya akhirnya berkenalan dengan seorang cewek. Dia mengenakan short dress berwarna krem plus high heels beraksen gold. Kulitnya putih mulus dengan rambut lurus sebahu yang tergerai.

BACA JUGA: Polisi Berhasil Gagalkan Peredaran 2 Kg Sabu-sabu di Medan

Saya pun menyapanya, lalu tanpa basa-basi langsung saya ajak dia untuk lanjut pesta ke Jakarta Barat. Awalnya dia ogah. Namun, setelah saya terus pepet, dia akhirnya mau. Namun, dia mengajukan syarat. ''Oke, aku tahu tempatnya. Tapi, nanti mau beli ineks,'' ujar cewek yang mengaku bernama Dara itu.

Saya kaget juga ketika dia bilang seperti itu. Sebab, sepengetahuan saya, di Jakarta sudah bersih dari yang namanya segala macam narkoba. Namun, saya iyakan saja permintaannya. Dia kemudian mengenalkan kami kepada seorang kawan lelakinya yang dari gerak-geriknya terlihat kemayu serta seorang teman perempuannya yang ketika itu memakai T-shirt biru, skinny jeans, dan high heels.

Saya kemudian mengorder taksi online yang menjemput di depan kelab pada pukul 02.45. Sebuah mobil Toyota Avanza silver membawa kami ke tempat yang dimaksud Dara. Sesampai di tempat yang berlokasi di bilangan Mangga Besar itu, kami pun turun, lalu memasuki lobi.

Dara sepertinya sudah biasa hang out di tempat itu. Sembari menunggu di lobi, Dara tampak berbicara dengan seorang resepsionis. Kami lalu diantarkan ke sebuah room karaoke yang lumayan luas. Cukup menampung sampai sepuluh orang di sofa yang berbentuk huruf U. Sebuah televisi berukuran 64 inci menghadap ke sofa. Di pojok ruangan itu terdapat toilet dan ruang tidur.

Setelah kami berenam duduk di situ, seorang waiter datang. Rupanya, dia adalah kenalan Dara. Dia kemudian memutar musik deep house yang bertempo pelan nan menghanyutkan. Dara tampak berbicara kepada orang tersebut.

Waiter itu pun mengangguk. Lalu, Dara menghampiri saya. ''Ada nih, satunya Rp 600 ribu. Ambil tiga, ya. Buat aku sama temen-temen aku,'' ucapnya.

Wow. Tidak menyangka. Ternyata masih ada juga barang seperti itu di ibu kota. Seorang teman saya lalu menyerahkan uang Rp 1,8 juta kepada Dara dan dengan cepat berpindah kepada waiter yang mengenakan rompi hitam di balik kemeja putihnya itu.

Saya kemudian memberikan uang Rp 2 juta untuk ongkos menyewa room selama lima jam plus untuk membeli aneka minuman dan makanan. Total, di tempat itu keluar biaya Rp 3,8 juta. Langkanya mendapatkan membuat harga narkoba melejit.

Berbagai minuman dan buah-buahan yang dipesan datang tidak lama kemudian. Namun, "obat kuat joget" yang diminta Dara baru datang sekitar setengah jam kemudian. ''Kok lama banget obatnya,'' tanya saya kepada waiter itu.

Dia menjawab harus memastikan aman dulu sebelum mengeluarkan obat yang dimaksud. Sebab, saat ini memang benar-benar ketat. Dia tidak mau memberikan kecuali kepada orang yang sudah dikenal. ''Dulu sih enak. Bebas aja kasih ke siapa aja yang mau,'' kata dia.

Dara dan dua orang temannya lalu meminum obat itu dengan air mineral. Beberapa menit kemudian, tiga orang tersebut terlihat berjoget mengikuti lagu yang diputar di ruangan yang sudah di-blackout alias gelap gulita itu.

Meski sudah memberikan uang sewa selama lima jam, kami hanya menempati room itu selama tiga jam. Tepat pukul 7 pagi, kami check out dari situ. ''Makasih ya. Kapan-kapan kalau mau keluar lagi kontak aku,'' ucap Dara kepada seorang teman saya sambil memasukkan beberapa lembar uang ratusan ribu dari teman saya itu ke dalam clutch Dara yang dibawanya.

Sejak Alexis ditutup pada Maret lalu, obat-obatan terlarang serta prostitusi di dunia malam memang ikut tiarap. Sebulan sesudahnya, diskotek Eksotis, Mangga Besar, juga menyusul ditutup karena ada pengunjung yang tewas overdosis narkoba.

Pada Oktober diskotek Old City di Tambora, Jakarta Barat, juga ditutup setelah dalam razia ditemukan 52 orang yang dinyatakan positif mengonsumsi narkoba. Dua tahun lalu diskotek Mille's di Lokasari, Mangga Besar, ditutup karena ada pengunjung yang tewas karena narkoba.

Buntut dari berbagai kejadian itu, narkoba akhirnya tidak lagi bisa ditemukan dengan gampang. Namun, nyatanya, susah ditemukan bukan berarti tidak ada. (tim Jawa Pos/c10/agm)

 

BACA ARTIKEL LAINNYA... Dua Pengedar Dibekuk Polisi, 4.925 Butir Ekstasi Diamankan


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler