Pernyataan Sikap Ketua Sinode GMIT dan Ketua MUI NTT

Rabu, 14 Desember 2016 – 05:44 WIB
Irwansyah, pelaku penganiayaan siswa, saat diamankan polisi dan akhirnya tewas dirajam massa, Selasa (13/12). Foto: Polres Kupang for Timor Ekspress

jpnn.com - KUPANG – Pendeta dan ulama langsung mengeluarkan pernyataan sikap terkait kasus pencobaan pembunuhan terhadap tujuh orang anak SD Negeri Sabu Barat di Kabupaten Sabu Raijua, NTT yang berbuntut pada penganiayaan terhadap pelaku hingga tewas, Selasa (13/12).

Ketua Sinode Gereja Masehi Injili di Timor (GMIT), Pdt DR Merry Kolimon, dalam seruannya yang diterima Timor Ekspress (Jawa Pos Group), mengecam tindakan itu.

BACA JUGA: 30 Warga Membabi Buta, Dua Brimob Tumbang

"Kami mengecam penyerangan terhadap anak-anak di lingkungan sekolah pada jam belajar di Seba, Pulau Sabu, NTT. Kekerasan terhadap anak adalah kekerasan terhadap kemanusiaan. Kami minta pemerintah dan pihak keamanan bekerja dengan sungguh-sungguh mengungkap pelaku, tindakan penyerangan, dan motivasinya."

Dia juga mengimbau jemaat dan masyarakat luas tidak terprovokasi.

BACA JUGA: Bupati Halsel Diperiksa Soal Insiden Pengibaran Bendera RRC di Obi

“Kami minta agar umat lintas beragama di Sabu saling menjaga untuk memelihara kerukunan dan bersama-sama bersuara menuntut keadilan bagi anak-anak kita. Mari kita jaga Pulau Sabu dan NTT sebagai rumah bersama."

GMIT mengimbau tokoh-tokoh agama saling berkoordinasi untuk memastikan toleransi dan kerukunan tetp terawat. Dia mengajak semua menanti informasi yang benar dari pihak berwenang.

BACA JUGA: Dibayar Rp 45 Juta Sebulan, Dokter Ogah ke Daerah Terpencil

"Mohon jangan menyebarkan informasi yang hanya akan memperkeruh keadaan. Kita berharap anak-anak korban mendapat perawatan yang cepat dan dipulihkan. Pihak keamanan kami mohon agar segera mengambil lanhkah cepat mengungkap pelaku dan menyampaikan segera untuk meredam situasi."

Sementara, Majelis Ulama (MUI) Provinsi NTT dalam seruannya yang diterima Timor Ekspress, diteken H. Abdul Kadir Makarim (Ketua) dan H. Mandarlangi Pua Upa, MM  (Sekretaris).

MUI NTT menyayangkan kasus itu. "Anak adalah aset bangsa dan merupakan pelanjut peradaban bangsa. Oleh karena itu segala bentuk kekerasan terhadap anak akan merusak masa depan bangsa Indonesia."

MUI NTT mengecam keras tindakan kekerasan terhadap anak yang terjadi di lingkungan sekolah itu, terlebih terjadi ketika kegiatan belajar-mengajar berlangsung. MUI menyebut peristiwa ini sebagai tragedi kemanusiaan.

MUI NTT mendesak kepada pemerintah dan pihak keamanan untuk segera mengusut tuntas kasus ini, menguak motivasi tindakan tersebut.

Menghimbau kepada masyarakat Sabu Raijua dan NTT secara umum untuk tetap tenang dan mempercayakan penuh kepada pemerintah dan pihak kepolisian untuk bekerja secara porfesional dalam mengungkap misteri kasus ini.

Kepada umat beragama di Sabu Raijua dan NTT secara umum agar tetap menjaga kerukunan antar umat beragama dengan tidak mudah terprovokasi oleh pihak-pihak yang tidak bertanggung jawab.

MUI menyatakan akan segera berkoordinasi dengan tokoh-tokoh agama lintas agama dan pemerintah untuk saling menjaga dan merawat kerukunan umat beragama yang sudah terjalin selama ini.

MUI juga mengimbau kepada masyarakat untuk menunggu dengan tenang informasi yang valid dan tindak lanjut dari pihak kepolisian demi kejelasan/kepastian hukum.

Masyarakat diimbau jangan menyebarkan informasi yang sifatnya belum pasti karena bisa menjadi provokasi.

Anak-anak korban kekerasan pun diharapkan cepat ditangani secara medis sehingga cepat dipulihkan baik secara fisik maupun trauma psikis. (**/boy/sam/jpnn)

 

BACA ARTIKEL LAINNYA... Oh Derawan, Kini Kau tak Sejernih Dulu Lagi


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler