Dua tambang batubara di Pilbara, Australia Barat menjadi yang pertama di dunia yang mengoperasikan truk raksasa tanpa awak. Truk-truk raksasa pengangkut batubara itu dikendalikan dari jarak sejauh 1.200 kilometer di Kota Perth. 


Truk tambang milik perusahaan tambang Australia, Rio Tinto di lokasi tambang mereka di Yandicoogina di Pilbara.

BACA JUGA: Resep Pekan Ini : Ayam Kebab Sayur Panggang


Pertambangan batubara milik raksasa perusahaan tambang Australia, Rio Tinto yang terletak di Yandicoogina dan Nammuldi  kini mulai menggunakan truk raksasa tanpa pengemudi,  pekerja di tambang ini mengoperasikan dan mengontrol turk raksasa itu dari pusat Kota Perth yang berjarak 1.200 kilometer.Josh Bennett, mengelola pengoperasian pertambangan Rio Tinto di Yandicoogina yang terletak di Barat Laut Newman yang menggunakan 22 truk tanpa pengemudi di lokasi tambang tersebut. Bennett mengatakan kedua lokasi tambang terbuka ini merupakan tambang batubara terbesar di dunia. "Dengan mata telanjang memang tambang ini terlihat seperti dioperasikan dengan cara-cara konvensional. Tapi perubahan utama dari pertambangan ini adalah cara kerja yang dilakukan oleh karyawan dan anggota tim kami saat ini,” katanya. "Jadi yang kami lakukan adalah kami memetakan seluruh kawasan pertambangan ini dan memasukannya kedalam sebuah sistem dan kemudian berhasil mencari cara bagaimana menggerakan truk-truk tersebut dari tambang,” Perusahaan ini sekarang mengoperasikan 69 truk tanpa pengemudi di seluruh lokasi tambangnya di Yandicoogina, Nammuldi dan Hope Downs 4. Truk –truk tersebut beroperasi selama 24 jam dalam sehari, 365 hari per tahun tanpa dikemudikan oleh supir yang perlu pergi ke toilet, istirahat makan siang, sehingga industri ini memperkirakan sistem operasi mereka yang baru ini dapat menghemat 500 jam kerja per tahun. Bennett mengatakan teknologi ini juga telah menghilangkan resiko bahaya dalam pekerjaan mereka sambil memangkas biaya operasi. "Kami telah menghilangkan resiko kerja yang sangat tinggi di pertambangan dimana karyawan terpapar oleh faktor kelelahan,” katanya. "Memang tidak mudah menggeser posisi karyawan manusia dari  pekerjaan rutin seperti ini, tapi salah satu keuntungan yang kami dapatkan setelah menerapkan sistem pengangkutan mandiri seperti ini terutama pada armada truk adalah  penggunaan mesin-mesin truk pengangkut itu menjadi lebih konsisten,” "Salah satu sumber anggaran terbesar adalah biaya untuk merawat aset bergerak, termasuk truk-truk pengangkut bijih batubara dan karena itu kami banyak  menghabiskan waktu untuk melatih operator truk dan mendidik mereka,” "Jadi jelas ada penghematan modal yang kami lakukan dengan sistem yang baru ini, dimana kami tidak perlu mendirikan kamp, menerbangkan orang ke lokasi tambang, jadi semakin sedikit orang yang terlibat maka semakin sedikit biaya operasi yang harus dikeluarkan, meski masih tetap ada biaya yang diperlukan untuk menjalankan dan merawat sistem ini tentunya,”  kata Bennet menjelaskan. 
Ruang pengendali di Kantor Rio Tinto di Perth yang mengendalikan puluhan truk tanpa awak yang mereka operasikan di tambanga otomatis mereka di Pilbara.
  Rio Tinto tampaknya tidak akan berhenti pada pengopersian truk tanpa pengemudia saja, tapi mereka juga berencana juga akan mengoperasikan kereta pengangkut tanpa awak dan robot pengebor dengan tujuan menggunakan mesin robot seluas mungkin  di tambang mereka. Dan pada akhirnya sebagian besar rantai pemasok perusahaan ini dari tambang terbuka ke pelabuhan akan dikendalikan sepenuhnya dari kantor pusat mereka di Perth. Bennett mengaku rencana ini melibatkan penciptaan  lapangan kerja baru bagi orang-orang dengan keahlian tinggi. "Kami memiliki tim yang berdedikasi tinggi di Perth yang mencari tenaga yang dapat memaksimalkan sistem ini, mengurus bagian perawatan dan produktifitas dan pekerjaan semacam ini tidak ada 5 tahun yang lalu,” katanya. Sistem pengoperasian tambang modern yang menggunakan mesin robot yang dikendalikan dari jarak jauh saat ini juga diterapkan oleh pesaing Rio Tinto, BHP Billiton dan Fortescue Metals Group. Kedua perusahaan tambang ini juga telah  meluncurkan pertambangan otomatis baru didunia, dan mengujicobakan  teknologi yang sama di lokasi tambang mereka di Pilbara. Pengajar senior di Fakultas Teknologi Pertambangan Universitas Curtin, Dr Carla Boehl, mengatakan perubahan alami di industri pertambangan ini telah menciptakan peluang baru bagi mahasiswanya.  "Seluruh teknologi ini, bit data dan analisis akan meningkatkan jumlah pekerjaan disektor pekerjaan analisis, ini mengubah dari situasi sebelumnya dari lebih banyak peluang kerja di sektor perdagangan ke sektor yang bersifat analisis,” Sementara pakar robotik  dari Universitas yang sama, Dr Raymond Sheh meyakini perubahan ini dapat menghadirkan peluang yang besar.  "Akan terbuka peluang untuk jenis pekerjaan baru  yang diperlukan untuk mendukung teknologi baru ini,” katanya. "Anda tetap memerlukan orang untuk memonitor operasi sistem itu, untuk menunjukan kearah mana kendaraan tanpa awak itu bergerak dan apa yang harus dilakukan, meskipun kebanyakan dari penjadwalan itu akan dilakukan secara otomatis,” Rio Tinto berencana akan mengoperasikan kereta tanpa awak mereka sepenuhnya pada pertengahan tahun depan begitu otoritas keselamatan kereta Australia memasukan teknologi kereta tanpa awak ini dalam pedoman keselamatan operasi mereka. 

 

BACA JUGA: Uni Eropa Mulai Bicarakan Negosiasi Perdagangan Bebas dengan Australia

BACA JUGA: Perempuan Aborijin Tolak Pembuangan Limbah Nuklir di Australia Selatan

BACA ARTIKEL LAINNYA... Alami Masalah Rem, Pesawat Jetstar dari Bali Mendarat Selamat di Perth

Berita Terkait