JAKARTA — Untuk mengurangi ketergantungan pada penggunaan Bahan Bakar Minyak (BBM) subsidi jenis premium, masyarakat yang mampu diharapkan mengalihkan konsumsi BBM mereka ke jenis PertamaxNamun bagaimanapun, pemerintah harus bisa mengintervensi harga Pertamax maksimal Rp 8.000 per liter
BACA JUGA: SBY Prihatin, Harga Minyak Kian Melonjak
Ketua Tim pengkaji pembatasan BBM subsidi, Anggito Abimanyu pada wartawan di Jakarta, Senin (7/3) mengatakan, dari kajian yang dilakukan timnya, harga Pertamax sebesar Rp 8.000 dinilai sesuai dengan hasil survey kemampuan daya beli masyarakat pengguna Pertamax.
‘’Jika lebih mahal lagi misalnya harga Rp 9.000, maka percuma saja
BACA JUGA: Untungkan Pengusaha Lokal
Program pembatasan premium justru jadi konflik nanti,’’ tegas Anggito.Untuk itu kata Anggito, pemerintah perlu memikirkan cara untuk bisa menjaga harga Pertamax diangka Rp 8.000
‘’Tidak ada yang memberikan ketentuan bahwa pertamax tidak bisa disubsidi
BACA JUGA: Banyak Kasus, Kepatuhan Pajak Masih Meningkat
Karena kalau tidak, nanti orang pindah ke premiumMisalkan sekarang harganya Rp 9.000, maka perlu dijaga ke Rp8.000Subsidi Rp 1.000 dikali 6 juta KL, jadi perlu sekitar Rp 600 miliar,’’ kata mantan Kepala Badan Kebijakan Fiskal (BKF) Kementrian Keuangan ini.Kepala BPH Migas Tubagus Haryono mengakui terjadi peningkatan konsumsi Pertamax di 2011Pada Februari 2011, konsumsi BBM non subsidi ini mencapai 1,8 juta KLNamun kelebihan kuota tersebut, masih diwaspadai BPH Migas, bilamana terjadi karena adanya kebocoran.
‘’Saya belum tahu elastisitasnya berapa tapi memang ada peralihan (dari premium ke Pertamax)Soal segala kemungkinan, bisa sajaUntuk itu BPH Migas kerjasama dengan penegak hukum dan Polri,’’ kata Tubagus.
Namun BPH Migas masih belum ada rencana untuk menambah kuota BBM subsidi hingga akhir tahunDalam APBN 2011, kuota BBM subsidi ditarget 38,5 juta KLUntuk jenis premium, realisasi pemakaian sudah melebihi kuota yakni dari kouta 1,7 juta KL namun sudah terealisasi 1,8 juta KLRinciannya, premium 1,82 juta KL, minyak tanah 149 ribu KL, dan solar 1,02 juta KL.
Berdasarkan data Badan Pengatur Hilir Migas (BPH Migas), total alokasi BBM untuk Februari 2011 sebanyak 2.852.146 kiloliterDengan rincian Premium sebanyak 1.706.361 kiloliter, Kerosene 206.043 kiloliter, dan Solar 939.742 kiloliter.
Sementara realisasi pada Februari 2011 yang belum diverifikasi, totalnya mencapai 3.000.888 kiloliterDengan rincian Premium sebanyak 1.822.098 kiloliter, Kerosene 149.977 kiloliter, dan Solar 1.028.813 kiloliter.(afz/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... BI Khawatirkan Ekses Likuiditas
Redaktur : Tim Redaksi