Pertamina Dianggap Hanya Kejar Untung

Kamis, 21 Januari 2016 – 11:30 WIB

jpnn.com - JAKARTA - Transparansi Pertamina terkait harga Bahan Bakar Minyak (BBM) makin dipertanyakan. Pertamina dinilai mencari untung besar dengan memanfaatkan kondisi harga minyak dunia yang sedang turun saat ini.

Ketua PP KAMMI Bidang Ekonomi Barry Pratama menilai Pertamina saat ini sudah bersebrangan dengan tujuan dan cita-cita dibentuknya BUMN. Pasalnya, perusahaan pelat merah itu justru berusaha mencari keuntungan sebesar-besarnya tanpa memperdulikan kondisi rakyat

BACA JUGA: BPK Minta Pemerintah Tak Sembrono Garap Kereta Cepat

“Sangat aneh dan terkesan pertamina mencari untung, padahal ada hak (rakyat) disana yang harus dilindungi,” tulis Barry melalui pesan elektronik kepada wartawan, Kamis (21/1).

Selanjutnya Barry menilai, selama ini penerapan subsidi pemerintah dalam BBM dilakukan dengan perhitungan yang tidak transparan. Ia berharap pemerintah harus berbuat adil kepada masyarakat untuk melakukan penyesuaian harga minyak.

BACA JUGA: Pertamina Dianggap Lambat Sesuaikan Harga BBM Bersubsidi

“Memang tidak transparan penghitungannya, di saat harga minyak dunia sedang jatuh justru terlihat tidak ada penyesuaian harga, namun pada saat harga minyak dunia naik, pemerintah sangat reaktif ingin menaikkan harga,” pungkas Barry.

Untuk kita ketahui bahwa harga minyak Means of Platts Singapore (MOPS) untuk jenis solar saat ini sudah menyentuh harga USD 40 per barel. Artinya jika dirupiah dan diliterkan, harga keekonomian solar berdasarkan MOPS adalah Rp 3500/liter (belum termasuk biaya pengangkutan dan pajak). Berdasarkan angka tersebut, sejumlah pihak mengkalkulasi bahwa harga solar di Indonesia seharusnya berkisar di harga Rp 4370-Rp 4500 per liter.

BACA JUGA: Kereta Pangrango Kelas Eksekutif Aktif Lagi, Ada Perubahan

Tapi kenyataannya harga Solar subsidi sampai saat ini Rp 5.750 per liternya. Dengan begitu ada selisih harga Rp 1.380 dari harga subsidi. Pertamina pun disinyalir meraup keuntungan yang sangat besar dari selisih penjualan tersebut. 

Di sisi lain, tidak menutup kemungkinan ada pihak yang berani menjual harga solar non subsidi di bawah harga solar subsidi. Seperti yang pernah terjadi pada bulan Agustus 2015 lalu yang saat itu harga solar subsidi di SPBU dijual dengan harga Rp 6.900 per liter, PT AKR Corporindo Tbk, justru menjual solar industri di level Rp6.400 per liter, lebih murah Rp 500 per liter. (dil/jpnn)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Nantinya, Pensiunan Tak Perlu Repot-repot Datang ke Taspen


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler