Pertamina Dianggap Lambat Sesuaikan Harga BBM Bersubsidi

Rabu, 20 Januari 2016 – 17:00 WIB

jpnn.com - JAKARTA - Peneliti Institute for Development of Economics and Finance (Indef), Enny Sri Hartati mengkritik Pertamina karena menyesuaikan harga bahan bakar minyak bersubsidi dengan kondisi pasar. Padahal tren harga minyak dunia terus merosot.

Menurutnya, dalam kondisi seperti ini Pertamina mengambil untung besar dari penjualan BBM bersubsidi baik jenis premium maupun solar. "Masalah utama penjualan BBM oleh Pertamina yang lebih mahal ini karena Pertamina sendiri tidak pernah terbuka. Berapa cost-nya dan berapa untungnya. Jadi ini keterlaluan, Pertamina jual BBM di SPBU malah mahal, sementara yang dijual di perusahaan harga BBM-nya ada potensi untuk dijual lebih murah," kata Enny di Jakarta, Rabu (20/1/2016).

BACA JUGA: Kereta Pangrango Kelas Eksekutif Aktif Lagi, Ada Perubahan

Dia menilai keuntungan ini diperoleh dari anjloknya harga minyak dunia dan tidak ada lagi bea masuk dari setiap pembelian minyak dari negara tetangga. Karena, dengan berlakunya Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA), semua produk dari negara ASEAN lain termasuk minyak tidak lagi dikenai bea masuk.

"Juga sekarang ketika harga minyak dunia anjlok, potensi kebocoran minyak di tengah jalan untuk dikirim ke luar juga kecil karena memang harganya sedang turun," tambah dia.

BACA JUGA: Nantinya, Pensiunan Tak Perlu Repot-repot Datang ke Taspen

Menurut dia, untuk solar sendiri saat ini tidak lagi disubsidi karena haraganya terus menurun. Tapi terkadang Pertamina dan juga pemerintah lambat melakukan penurunan ketika harga minyak dunia terus menurun.

Berbeda jika harga minyak dunia naik malah cepat merespon untuk segera naik. "Pemerintah dan Pertamina tidak tegas mengatur penurunan harga. Padahal kita sudah tidak lagi disubsidi. Apalagi minyak terus melorot di bawah US$ 40. Angka itu kan jadi patokan asumsi pemerintah, jika di atas US$ 40 baru disubsidi," terang Enny. (dil/jpnn)

BACA JUGA: Inikah Alasan Anak Muda Jarang Mau Menetap di Desa?

BACA ARTIKEL LAINNYA... Ini Jumlah Kebutuhan Beras per Tahun


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler