JAKARTA - PT Pertamina (Persero) mengaku siap melaksanakan pembatasan bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi pada 1 Januari 2011 nantiPasalnya, sejumlah SPBU (stasiun pengisian bahan bakar umum) di wilayah Jabodetabek telah mengganti dispenser Premium menjadi Pertamax.
"Untuk kota-kota besar di region III yaitu wilayah Jabodetabek (Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang , dan Bekasi) sudah siap untuk pelaksanaan per 1 Januari 2011
BACA JUGA: Omzet Toyota Tembus Rp 35 Triliun
Secara infrastruktur dari 600 SPBU di Jabodetabek sekitar 400 SPBU sekarang telah terkonversi untuk mendistribusikan BBM nonsubsidi," ujar Direktur Pemasaran dan Niaga Pertamina Djaelani Sutomo saat dihubungi kemarin (12/12).Pergantian dispenser Premium menjadi Pertamax itu tidak dilakukan seluruhnya karena masih ada kendaraan yang mendapat fasilitas subsidi dari pemerintah, yaitu sepeda motor dan angkutan umum
BACA JUGA: Perajin Patung di Muntilan Terpukul
"Tapi untuk tahap pertama akan kita mulai di Jabodetabek," tegasnya.Setelah Jabodetabek berhasil, pada tahap kedua, Pertamina menargetkan pembatasan BBM bersubsidi dilaksanakan di wilayah Jawa dan Bali
BACA JUGA: BII Perluas Layanan Syariah
"Untuk tahapan berikutnya, kami menargetkan pada tahun 2012 di pulau Sumatera dan KalimantanSementara Sulawesi kemungkinan baru 2013," kata dia.Sedangkan untuk wilayah Timur, seperti Papua, Djaelani mengaku belum bisa memastikan kapan akan dilakasanakanSebab, Pertamina masih harus melakukan pembicaraan terlebih dahulu dengan depo BBM di wilayah itu"Karena disana kapasitas, atau konsumsinya masih kecil, hanya sekitar 2-3 persen saja dari total nasionalJadi kami akan bicarakan dulu dengan depo," lanjutnya.
Djaelani memperkirakan, jika seluruh kendaraan roda empat plat hitam dilarang membeli Premium, maka untuk tahun 2011 estimasi penghematan BBM jenis Solar dan Premium mencapai 500 ribu kiloliter (KL)Sedangkan jika dilaakukaan hingga Jawa dan Bali penghematannya mencapai 4 juta KL"Apabila jumlah penghematan subsidi senilai Rp 2 ribu per liter, berarti pemerintah kan bisa hemat Rp 8 triliun," ungkapnya.
Sementara mengenai persaingan harga dengan SPBU lain dari perusahaan asing, seperti Shell atau Petronas, BUMN migas ini mengaku siap karena memiliki jumlah SPBU yang lebih banyakApalagi perbedaan harga antara Pertamax dengan BBM sejenis dari perusahaan lain tidak terlalu jauh"Kita siap bersaing dengan asingNggak ada masalah," cetusnya.
Sebagai contoh, di Jakarta, harga Pertamax per 1 Desember adalah Rp 6.900 per liter, jika dibandingkan dengan BBM sejenis dari Shell yaitu Super R92 yang dijual Rp 6.850 tentunya berbeda tipisDemikian juga untuk pertamax plus yang dijual Rp 7.250 per liter, malah lebih murah dibanding produk sejenis dari Shell yaitu Super Extra yang dijual Rp 7.300 per liter.
Namun begitu, Pertamina juga masih menunggu kepastian dari Peraturan Presiden (Perpres) No55 tahun 2005 Tentang Harga Jual Eceran BBM Dalam Negeri dan Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 9 Tahun 2006 "yang rencana masuk dalam agenda rapat bersama DPR hari ini"Kita tidak akan tinggal diam, tentunya akan kita lihat berdasar perkembangan nanti," sambutnya.
Vice President Corporate Communication Pertamina, Mohammad Harun menambahkan, baahwa pihaknya membutuhkan waktu setidaknya enam bulan untuk menyiapakn seluruh SPBUSebab, beberapa SPBU perlu juga mengubah tangki timbunnya dari Premium menjadi Pertamax"Supaya matang kami perlu penyesuaian infrastruktur," lanjutnya.
Namun begitu, Pertamina tidak akan kesulitan untuk memenuhi kebutuhan Pertamax jika pembatasan dilaksanakanPasalnya, BUMN migas ini memiliki kilang Balongan yang siap memproduksi Pertamax hingga 125 ribu barel per hariDengan begitu, Pertamina tidak perlu impor Pertamax"Kalau sekarang konsumsi Premium saja hanya 65 ribu kiloliter per hari, Pertamax cuma dua ribu kilo liter perhari," jelasnya.
Secara terpisah, Himpunan Wiraswasta Nasional Minyak dan Gas (Hiswana Migas) menilai larangan penggunaan premium bagi mobil pribadi rawan penyelewengan
Karena itu, kelompok pengusaha pompa bensin ini mengusulkan pemerintah lebih baik menempuh jalan yang lebih mudah, yakni menyamakan harga premium dengan pertamax.
"Dengan selisih harga pertamax dan premium Rp 2 ribu per liter, sangat rawan terjadi penyelewengan di lapangan," kata Ketua Hiswana Migas Eri Purnomo HadiDibandingkan melarang mobil pribadi menggunakan Premium, Eri menilai jauh lebih simpel bila harga Premium dan Pertamax disamakan
"Khawatirnya akan ada dua harga, yakni Premium untuk angkutan umum yang harganya murah dan Pertamax untuk umum yang harganya lebih mahalKalau demikian, nanti angkutan umum memperbesar tangki BBM lalu bolak-balik ke SPBU," terangnya.
Hiswana Migas juga tidak sepakat dengan rencana pemerintah mulai membatasi Premium pada awal JanuariDia menilai, Februari atau Maret adalah waktu yang paling baik, karena seluruh SPBU Pertamina sudah siap dengan pasokan PertamaxBila diterapkan awal Januari, Hiswana Migas khawatir akan terjadi kelangkaan BBM karena Premium mulai dibatasi, sementara pasokan Pertamax cukup untuk menggantikan kebutuhan(wir)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Besok, Pertamina Teken HoA East Natuna
Redaktur : Tim Redaksi