jpnn.com - JAKARTA - Pertamina diperkirakan mengalami kerugian sebesar US$ 510 juta atau Rp 5,4 triliun dari bisnis gas Elpiji 12 kg pada tahun ini. Hal ini terjadi setelah Pertamina merevisi kenaikan harga Elpiji 12 kg dari Rp 3.500 per kilogram menjadi Rp 1.000 per kilogram.
"Dengan perubahan ini Pertamina masih menanggung kerugian Rp 4.566 per kilogram sehingga proyeksi kerugian bisnis elpiji 12 kg menjadi sebesar Rp 5,4 triliun," kata Direktur Utama PT Pertamina, Karen Agustiawan dalam jumpa pers di kantor Pertamina, Gambir, Jakarta Pusat, Senin (6/1).
BACA JUGA: Harga Elpiji 12 Kg Maksimal Rp120.100
Menurutnya, kerugian tersebut masih perkiraan kasar yang menggunakan asumsi kurs rupiah APBN, yaitu Rp 10.500 per US dollar. Dalam kenyataannya, kerugian yang dialami perusahaan BUMN ini bisa lebih besar. Mengingat saat ini kurs rupiah terhadap dollar sudah menembus angka Rp 12 ribu.
BACA JUGA: Pertamina Tolak Dicap Monopoli Gas Elpiji
"Jika kurs terus berkembang maka kerugian bisa mencapai Rp 6,7 triliun," ujar Karen.
Menurutnya, untuk menutupi kerugian tersebut Pertamina harus menggunakan keuntungan dari bisnis lainnya. Sehingga dapat dipastikan laba Pertamina tahun ini akan semakin kecil.
BACA JUGA: Ini Alasan Pertamina Masih Impor Gas Elpiji
Menurut Karen, pertumbuhan laba Pertamina tahun ini diperkirakan turun sekitar 7 persen.
"Proyeksi pertumbuhan profit Pertamina tahun ini turun dari 13,17 persen menjadi 5,65 persen," terangnya. (dil/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Pertamina Resmi Revisi Harga LPG 12 Kg
Redaktur : Tim Redaksi