Men BUMN Sofyan Djalil mengatakan, sebagai perusahaan besar, bisnis Pertamina memang sangat kompleks
BACA JUGA: BI Larang Bank Terbitkan Deposito Dual Currency
''Karena itu, perlu personel yang benar-benar mengerti bisnis minyak, keuangan, dan korporasi secara umum,'' ujarnya di Kantor Kementerian BUMN, Jakarta, Jumat (28/11)BACA JUGA: Pemerintah Nyaman Kurs Rp 12 Ribu
''Saat ini tinggal tigaPertengahan Desember 2006, Men BUMN (saat itu) Sugiharto melantik lima komisaris Pertamina
BACA JUGA: Kenaikan UMP Turunkan Kualitas
Yakni, Endriartono Sutarto sebagai komisaris utama, Umar Said (mantan Sekjen Departemen ESDM), Maizar Rahman (Gubernur OPEC), MAbduh (komisaris independen), dan Irnanda Laksanawan (Asisten Deputi Urusan Strategis Kementerian BUMN) sebagai komisarisPada 2 Juli 2007 Dirjen Anggaran Depkeu Achmad Rochjadi menggantikan posisi Irnanda LaksanawanFormasi komisaris Pertamina berkurang setelah Achmad Rochjadi meninggal pertengahan Juni 2008Pada September lalu Endriartono Sutarto mengundurkan diriSehingga komisaris Pertamina tinggal tiga personel.
Jumlah tersebut, kata Sofyan, memang kurangDia mencontohkan, saat ini Telkom memiliki sembilan komisarisPertamina minimal harus punya tujuh komisaris''Jadi, akan ditambah empat orang lagi,'' terangnya.
Sofyan belum bersedia menyebut nama komisaris baru PertaminaAlasannya, pihaknya masih harus membahas nama-nama calon bersama menkeu dan menteri ESDM selaku menteri teknis dalam bidang energi''Setelah itu, baru kami serahkan pada Tim Penilai Akhir yang diketuai presiden,'' jelasnya.
Dia juga tidak mau menjawab soal kemungkinan masuknya mantan Kapolri Sutanto dan mantan KSAD Ryamizard Riacudu sebagai calon komisaris Pertamina.
Sementara itu, lonjakan harga minyak selama delapan bulan pertama tahun ini membawa berkah bagi PertaminaRevenue (pendapatan) BUMN migas itu melonjak signifikan.
Dirut Pertamina Ari HSoemarno mengatakan, hingga akhir November ini revenue diproyeksikan Rp 400 triliun''Ini melampaui total revenue tahun lalu,'' ujarnya seusai acara peresmian pengaliran gas pertama ke PLTGU Muara Tawar di Kantor Pertamina Pusat Jumat (28/11)Tahun lalu, Perrtamina membukukan pendapatan Rp 390,19 triliun dan laba bersih Rp 24,45 triliun.
Menurut Ari, pendapatan dan laba Pertamina memang bergantung pada fluktuasi harga minyakKarena itu, pihaknya belum bisa menghitung besar pendapatan dan laba bersih hingga akhir tahun ini''Kami terus mencermati fluktuasi harga minyak,'' katanya.
Dia mengakui, 90 persen keuntungan Pertamina disumbang sektor hulu (produksi migas)Karena itu, meski saat ini harga minyak sedang turun, Pertamina tetap akan fokus menggenjot kinerja sektor hulu''Sebab, sektor ini menjadi backbone profit kami,'' terangnya(owi/dwi)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Ketua DPR Lega SKB 4 Menteri Direvisi
Redaktur : Tim Redaksi