Polisi Australia mencurigai sebuah perusahaan asal Sydney, yang dimiliki keluarga terdakwa teroris Khaled Sharrouf, digunakan untuk mengirim dana lebih dari 200.000 dolar ke kelompok ISIS di Suriah dan Irak.
Perusahaan jasa transfer uang tunai 'Bisotel Rieh', yang juga merupakan tempat utama bagi Muslim Australia untuk mengirim uang ke luar negeri, ditutup setelah organisasi pengawas pencucian uang 'AUSTRAC' menemukan perusahaan ini terlibat dalam pendanaan kelompok ISIS.
BACA JUGA: Dalam Setahun, 70 Kasus Korupsi Terungkap di Australia Selatan
Dalam surat penutupan yang ditujukan kepada perusahaan ini bulan lalu, AUSTRAC menyebut bahwa perusahaan ini mengirim 21,3 juta dolar ke luar negeri namun tak mencatat 9 juta dolar di antaranya dan terus gagal melaporkan nama-nama pengirim dan penerima uang tersebut.
Polisi mendapat keterangan intel yang menyebut, lebih dari 200.000 dolar dikirim melalui Dubai ke teman lama dan teman seperjuangan Khaled, Mohamed Elomar di Suriah.
BACA JUGA: Penulis Australia Menangkan Man Booker Prize 2014
Australia mencurigai keduanya adalah komandan pasukan ISIS di Suriah.
Bulan lalu, Kepolisian New South Wales dan Kepolisian Federal Australia menggerebek 'Bisotel Rieh' bersama AUSTRAC, menemukan bukti sejumlah transaksi transfer senilai 200.000 dolar ke Dubai.
BACA JUGA: Canberra Ingin Cetak Rekor Dunia Hiasan Lampu Natal Terbanyak
Tak ada catatan mengenai siapa pengirim dan penerima uang tersebut.
Juan Zarate, yang memimpin pencarian Amerika Serikat (AS) atas dana teroris setelah tragedi 11 September dan kemudian menjadi penasehat keamanan nasional Presiden George W. Bush, mengatakan, transfer senilai 200.000 dolar itu bisa memiliki konsekuensi yang berbahaya.
"200.000 dolar di lingkungan itu - lingkungan perang maksudnya - adalah sebuah berkah," tutur Juan, yang sempat menjadi Sekretaris Asisten 1 bidang pendanaan teroris untuk Departemen Keuangan AS
"Dua anggota ISIS bisa hidup dari jumlah itu untuk beberapa bulan, atau mungkin beberapa tahun. Mereka tentu bisa menggunakan uang itu untuk membeli senjata di pasaran, untuk mempengaruhi atau merekrut, dan memperluas gerakan mereka serta mempengaruhi bahkan di dalam kelompok sendiri - 200.000 dolar di tangan anggota ISIS asal negara Barat itu sangat berbahaya," jelasnya.
Ia menerangkan, "Ada juga pembayaran untuk hal lain seperti fasilitas, paspor palsu dan hal lainnya yang bisa memfasilitasi sebuah kelompok untuk mendukung pergerakannya di luar negeri. Tak hanya mendukung aktivitas yang berlangsung di Suriah dan Irak tapi juga mendukung mereka yang ingin kembali ke Australia atau negara Barat lainnya untuk melakukan penyerangan."
"200.000 dolar mungkin tak terlalu banyak untuk anggaran ISIS, tapi di tangan sepasang anggota asal negara Barat yang mungkin merencanakan sesuatu, tak hanya di Timur Tengah tapi juga di Australia, itu bisa cukup berbahaya," ungkap JUan.
Dalam surat penutupan 'Bisotel Rieh', AUSTRAC juga mengatakan bahwa perusahaan ini mengirim sekitar 18,8 juta ke Turki dan Lebanon antara bulan Januari dan Agustus tahun ini serta terus gagal menyediakan data penerima dari transaksi ini.
Bisotel Rieh sebelumnya telah mengakui menyelundupkan uang ke perbatasan Turki untuk dikirim ke Lebanon, tempat di mana perusahaan ini tak mampu menyelamatkan sebuah rekening bank meski memiliki kantor di Tripoli.
AUSTRAC juga menemukan adanya transfer uang senilai 226.123 dolar ke Istanbul pada bulan lalu dan 38.000 dolar ke Malaysia pada bulan Juli dan Agustus.
Malaysia telah menjadi titik awal bagi militan asal Australia yang hendak menuju Irak dan Suriah, termasuk Khaled dan Elomar.
Pemilik Bisotel Rieh, Ahmed Alwash dan Damour Sharrouf, membantah mentah-mentah tuduhan mendanai teroris.
"Bisotel mengetahui bahwa saudara laki-laki nona Damour, Khaled Sharrouf, adalah anggota kelompok ISIS yang belakangan ini terlibat dalam tindakan brutal yang melanggar hukum dan nilai-nilai yang berlaku di Australia, dan bahwa nona Damour sendiri memandang hal tersebut sangat mengerikan," begitu tulis pernyataan resmi perusahaan transfer tersebut.
BACA ARTIKEL LAINNYA... Lulusan Universitas Top Australia Dapat Gaji 6 Persen Lebih Tinggi