Petani Sawit Tercekik Bea Keluar CPO

Jumat, 01 Juli 2011 – 05:00 WIB

JAKARTA - Kalangan petani kelapa sawit di berbagai daerah merasa gelisah dan kesal atas sikap pemerintah yang tetap memberlakukan kebijakan bea keluar (BK) minyak sawit mentah (crude palm oil/CPO) yang bersifat progresifKarenanya, mereka mendesak agar pemerintah dalam hal ini Menteri Keuangan dan Menteri Perdagangan segera menghapuskan BK CPO progresif tersebut.

”Para anggota kami sudah sangat kesal karena pemerintah tampaknya sama sekali tidak mendengarkan dan memperdulikan keberatan jutaaan petani kelapa sawit terhadap BK CPO yang progresif," ujar Ketua Dewan Pimpinan Wilayah Asosiasi Petani Kelapa Sawit Indonesia (DPW Apkasindo) Sumatera Utara H.A

BACA JUGA: Pertamina Ingin Jatim Bentuk Konsorsium WMO

Rinto Guntari di sela-sela rangkaian aksi unjukrasa di kompleks parlemen, kantor Kementerian Keuangan, Kementerian Perdagangan dan berakhir di Kementerian Koordinator Perekonomian, Jakarta, Kamis (30/6).

Aksi para petani kelapa sawit yang tergabung dalam Apkasindo tersebut sebagai reaksi atas keputusan pemerintah yang tak kunjung menghapuskan BK CPO
Bahkan, pemerintah kembali menaikkan tarif BK CPO untuk periode Juli menjadi 20 persen

BACA JUGA: Konfidensi Investor Menguat

Seperti yang telah diberitakan, pemerintah menaikkan kembali BK CPO menyusul naiknya rata-rata harga patokan ekspor CPO
Tarif BK tersebut naik dibandingkan tarif periode Juni yang dipatok sebesar 17,5 persen

BACA JUGA: Luhut Panjaitan Sudah Siap Dana Urus Inalum

Kenaikan itu sebagai buntut dari naiknya harga rata-rata patokan ekspor CPO dari rata-rata USD 1.100 per metrik ton pada bulan Mei 2011, menjadi USD 1.200 per metrik ton pada Juni 2011.

Menurut Rinto, para petani kelapa sawit sudah cukup lama tertekan oleh kebijakan yang sama sekali tidak berpihak kepada rakyat kecil ituPasalnya, sejak BK CPO diterapkan secara progresif pada 2007 lalu hingga saat ini, petani sama sekali tidak merasakan manfaatnya"Justru sebaliknya, kami terus menerus dirugikanKarena dengan naiknya BK CPO, harga tandan buah segar (TBS) sawit semakin tertekanKetika tarif BK CPO masih 17,5 persen harga TBS di tingkat petani turun hingga Rp 500 per kg TBSSedangkan dengan BK CPO naik menjadi 20 persen, maka harga TBS di tingkat petani semakin turun hingga Rp 800 per kg TBS," jelas Rinto.

Kerugian yang telah diderita para petani sejak lebih dari tiga tahun lalu dan terus berlangsung hingga sekarang itulah, memicu kegelisahan dan kekesalan para petani sawit di berbagai daerah"Kami merasa dibohongi dan dipermainkan oleh pemerintah pusatKatanya, dana yang terkumpul dari BK CPO ini nantinya akan dikembalikan lagi kepada para petani dalam bentuk pembagian bibit murah, pupuk murah bersubsidi, perbaikan sarana infrastruktur, dan sebagainyaNyatanya, itu semua hanya janji-janji palsu dan omong kosong belaka," tegas Ketua DPW Apkasindo Kalimantan Timur Bambang Sarjito.

Dalam aksi yang diikuti oleh ratusan perwakilan petani kelapa sawit dari Sumatera, Kalimantan dan Sulawesi itu, Sekjen Apkasindo Asmar Arsjad menegaskan, kegelisahan dan kekesalan para petani di berbagai daerah itu mencerminkan bahwa kepercayaan para petani sawit terhadap pemerintah pusat sudah semakin luntur.  "Para petani merasakan, saat ini seolah-olah tidak ada pemerintah pusat, karena mereka tidak merasakan keberpihakan pemerintah pusat dan memperoleh realisasi janji-janji selama ini," katanya(aro)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Indosiar Diakuisisi, Pemilik EMTK Bisa Dipidana


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler