Tidak mudah mendatangkan ratusan artis berkaliber internasional dalam satu evenTapi, Peter Gontha berhasil melakukannya sejak pertama Java Jazz International Festival diadakan pada 2005
BACA JUGA: Horst Henry Geerken, Ungkap Kedekatannya dengan Soekarno lewat Buku A Magic Gecko
Setiap tahun dia memboyong rata-rata 1.300 musikus lokal dan asing ke tanah air======================
IBNU YUNIANTO, Jakarta
======================
SELAMA tujuh tahun segala model bujukan untuk mendatangkan Carlos Santana ke Java Jazz selalu mentok
BACA JUGA: Ke Komunitas Utan Kayu, sehari Setelah Ledakan Bom Buku
Salah satu dewa gitar dunia itu menolak tampil bukan karena kecilnya bayaran yang dijanjikan PeterMeski terkenal suka mengisap ganja di panggung, musikus kelahiran Meksiko tersebut memang dikenal sebagai salah seorang aktivis lingkungan
BACA JUGA: Sugianto Tandio, Pelopor Kantong Plastik Ramah Lingkungan
Santana akhirnya luluh setelah Peter mengirimkan puluhan booklet dan compact disk tentang reboisasi yang digalakkan pemerintah."Saya bujuk dia dengan acara penanaman semiliar pohon bersama Presiden SBY di AncolAkhirnya dia bilang, mau kasih bayaran berapa"? kata Peter lantas terkekeh.
Pada 4-5 April lalu, Santana akhirnya memang manggung di Java JazzPenampilan artis yang telah memenangi 10 Grammy itu menjadi magnet bagi festival musik yang kini telah menjadi Makkah-nya jazz, selain North Sea Jazz Festival dan Montreaux Jazz Festival, tersebut.
Lain lagi pengalaman Peter mendatangkan Toni Braxton dalam Java Jazz tahun laluPenyanyi yang terkenal dengan single Unbreak My Heart itu mau datang dengan syarat disediakan kamar hotel di lantai tertinggiKarena takut kepada penggemar yang dikhawatirkan histeris, Toni meminta syarat tidak masuk dari pintu depan, melainkan dari pintu dapur.
"Pada hari pertama, dia datang lewat dapurHari kedua, dia melihat orang-orang kok pada cuekAkhirnya, pada hari ketiga, dia minta masuk lewat pintu depanHahaha..." ujarnya.
Syarat yang lebih ekstrem diajukan Dianne WarrenMusikus jazz sekaligus pencipta sejumlah lagu tenar itu mensyaratkan agar Peter menyediakan tiga pengawal bersenjata untuk menjaganya selama 24 jamPermintaan itu dituruti pengusaha yang kerap dijuluki Donald Trump dari Indonesia tersebut.
Karena itu, sejak kedatangan Diane di bandara, pencipta lagu I Don?t Want to Miss A Thing yang dinyanyikan Aerosmith dan Unbreak My Heart yang dinyanyikan Toni Braxton tersebut dikuntit ketat tiga petugas keamanan bersenjata lengkapSesuai permintaan, jarak antara Diane dan tiga pengawal itu tak boleh lebih dari satu meter
Tiga petugas tersebut juga berjaga di depan pintu hotel selama 24 jam, sehingga lama-kelamaan membuat Diane risiKarena penggemar juga tidak terlalu histeris atas kedatangannya, besoknya, Diane meminta pengawalnya berdiri tidak kurang dari tiga meter dari dirinya
"Pada hari ketiga, dia malah menghilang tanpa disertai pengawalTampaknya, dia pergi ke pasar pagi Mangga Dua, belanja puluhan tas dan dompet palsu bermerek," tuturnya lalu tergelak.
Soal barang-barang palsu itu, Diane sempat bermasalah dengan imigrasi ASKarena membawa barang-barang yang melanggar hak cipta, beberapa bagasi milik Diane sempat ditahan otoritas bandara"Namun, karena Diane musikus yang agak terkenal, barang-barangnya akhirnya bisa lolos masuk Amerika setelah beberapa petugas diberi dompet LV palsu," katanya lantas kembali terkekeh.
Salah satu grup yang rutin datang ke Java Jazz adalah Manhattan TransferGrup musik asal Los Angeles itu awalnya sulit untuk dikontak secara langsungPeter akhirnya berhasil mendekati mereka dengan undangan makan malam di rumahnya di Hollywood
Di sela-sela makan malam, Peter menggunakan koneksinya sesama musisi jazz yang telah manggung di Java Jazz untuk ber-jam session di studionya sebagai salah satu bentuk apresiasi"Nah, musisi yang saya undang itu biasanya datang membawa musisi lainAkhirnya kenal juga mereka dengan Java JazzIstilah multilevel marketing-nya, member get member," tuturnya
Selain pentas tidak resmi di rumahnya, Peter mengadakan sebuah even musik jazz di alam terbuka di sebuah kebun anggur di selatan California, Temecula Valley Jazz Festival.
Seusai manggung, dia kerap menyodorkan VCD Java Jazz kepada para musikus yang tampilDi antaranya, Brian Auger, Louis Bellson, Richie Cole, Marshall Hawkins, serta Dick Berg"Mereka kaget ada festival bagus di Jakarta, tertarik, dan akhirnya mau tampil di Java Jazz," papar pendiri sejumlah media sehingga berjuluk Rupert Murdoch Indonesia itu.
Namun, penghargaan terbesar diberikan kepada salah seorang legenda jazz George Benson yang memelopori kedatangan artis asing dalam ajang Java Jazz International Festival 2005Ketika itu, citra Indonesia tengah babak belur dihajar bom BaliNamun, musikus multi-Grammy itu tetap mau datang ke Indonesia
Menurut Peter, dirinya sengaja memprovokasi Benson agar datang dengan menyebut bom Bali hanya salah satu di antara sejumlah teror bom di dunia, termasuk kota-kota besar seperti London, Mumbai, New York, serta Washington"Akhirnya dia bilang, betul juga yaDia kan bekas narapidana, mungkin tidak terlalu takut teror bomLagi pula, asal bayarannya bagus, hampir semua musikus mau saja didatangkan," ungkapnya(*/c5/iro)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Jika Ada Gadis di Sofa, Itu Plus-Plus
Redaktur : Tim Redaksi