Pilgub Jatim Bakal Pengaruhi Pertarungan Jokowi vs Prabowo

Minggu, 05 November 2017 – 18:20 WIB
Presiden Joko Widodo bersama Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto yang menjadi rivalnya pada Pilpres 2014. Foto: Biro Pers Kepresidenan Ilustrasi

jpnn.com, JAKARTA - Pengamat politik Ziyad Falahi memprediksi pemilihan Gubernur Jawa Timur atau Pilgub Jatim bakal menjadi indikator perkembangan politik nasional jelang Pilpres 2019.

Seluruh partai politik akan habis-habisan menghadapinya. Bahkan, Pilgub Jatim juga diprediksi akan memengaruhi pertarungan dua calon presiden yang disebut-sebut akan kembali maju di Pilpres 2019, Presiden Joko Widodo dan Ketua Umum DPP Gerindra Prabowo Subianto.

BACA JUGA: La Nyalla jadi Gubernur jika Pilgub Jatim Digelar Hari Ini

"Hal itu tercermin dari permintaan Ketua Nasdem kepada Cagub Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa untuk memenangkan Joko Widodo jika terpilih nanti," ujar Ziyad di Jakarta, Minggu (5/11).

Ziyad menilai, kampanye Pilgub Jatim nantinya berpotensi menjadi konsolidasi bagi partai pengusung Khofifah untuk sekaligus memenangkan Joko Widodo di 2019.

BACA JUGA: Mengintip Menu Tradisional di Pernikahan Kahiyang (2/habis)

Di sisi lain, langkah PKB mengusung Syaifullah Yusuf tidak lain menggambarkan uji coba bagi PKB sebagai partai pemenang di Jatim untuk menyusun kekuatan lokal. Diprediksi dalam rangka mendorong Ketua Umum PKB Muhaimin Iskandar dipasangkan dengan Joko Widodo nantinya.

"Sekarang pertanyaanya, siapa tokoh yang bisa menjadi lawan setara sebagai cagub/cawagub Jawa Timur dari kubu pengusung Prabowo? Kurang dimengerti, DPD Gerindra justru memunculkan Muklas Sidik yang merupakan mantan Wakil KSAL dan Ketua Harian DPP Gerindra," ucapnya.

BACA JUGA: Jokowi Nyaris Tak Punya Lawan di Pilpres 2019

Ziyad mengingatkan, ‎walaupun Muklas tokoh nasional dan asli dari Jawa Timur, namun feature Pilkada Jatim berbeda jauh dengan Jakarta yang lebih liquid. Ketika di Jakarta mood voters bisa berubah drastis setelah melihat figur baru, di Jatim sulit terjadi. Di sinilah pengalaman si calon berinteraksi dengan tokoh lokal dan warga Jatim menjadi variabel penting.

"Terbukti, nama khofifah muncul kembali walau dua kali kalah. Mengingat pentingnya tradisi tersebut, maka nama seperti La Nyalla Mattaliti yang memiliki pengalaman berinteraksi dengan tokoh dan warga Jatim, secara logika lebih bisa diunggulkan daripada nama baru seperti Muklas Sidik," katanya.

Menurut alumnus Unair dan UI ini, nama La Nyalla tidak hanya potensial bagi poros Prabowo, tapi juga poros SBY yang sudah dua kali mengalahkan Khofifah di Jawa Timur. Karena itu menjadi sebuah ironi dan sangat disayangkan, jika SBY memohon posisi wakil dari Khofifah.

"Saya pikir, setelah AHY kalah telak di Jakarta maka tidak tertutup kemungkinan poros SBY bersama Poros Prabowo menjadi lawan kuat untuk menandingi Poros Mega-Muhaimin- Jokowi. Kita lihat saja, yang pasti SBY pasti sangat cerdas membaca tradisi Pilgub Jatim," pungkas Ziyad. (gir/jpnn)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Emil Dardak Kian Moncer di Medsos untuk Dampingi Khofifah


Redaktur & Reporter : Ken Girsang

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler