Pilot Perang Dunia II Inilah yang Merekam Lagu Karangan Bung Karno

Minggu, 15 November 2015 – 11:41 WIB
Sampul album Bersuka Ria, produksi Irama Record. Foto: Public Domain.

jpnn.com - PRESIDEN pertama Indonesia, Soekarno pernah mengarang lagu. Judulnya Bersuka Ria

Wenri Wanhar - Jawa Pos National Network

BACA JUGA: Irama Record, Babad Alas Industri Musik Indonesia

siapa bilang bapak dari blitar/bapak kita dari prambanan/siapa bilang rakyat kita lapar/indonesia banyak makanan

tukang sayur nama si salim/berjualan di taman lembang/indonesia antineokolim/para seniman turut berjuang...

BACA JUGA: Harta Karun Talaga Warna, Kota yang Hilang Di Tanah Sunda (2/habis)

Lagu Bersuka Ria karangan Bung Karno itu selengkapnya bisa Anda nikmati di situs youtube.

Jack Lesmana memberikan sedikit banyak sentuhan pada musiknya. Dan Bing Slamet yang menyanyikannya. Lagu itu direkam dan diproduksi oleh Irama Record, industri musik pertama di zaman Indonesia merdeka yang didirikan Suyoso Karsono.

BACA JUGA: Harta Karun Talaga Warna, Kota yang Hilang Di Tanah Sunda (1)

Siapa Suyoso Karsono?

Suyoso Karsono berumur 21 tahun saat mendaftar jadi pilot di Angkatan Udara Jepang pada 1942. 

Ketika itu perang dunia kedua tengah berkecamuk. Jepang datang, dan Belanda hengkang. 

Tahun 1942 Jepang datang, Belanda hengkang. 

Sejurus sebelum kedatangan Jepang, lelaki kelahiran Tanjungpandan, Bangka, 18 Juli 1921 itu baru saja menamatkan pendidikannya di Sekolah Dagang.

Berbekal kemampuan intelektualnya, Suyoso diterima sebagai Sodanco.  Pangkat ini lebih kurang semacam perwira-lah. 

Sejarah mencatat, semasa perang dunia kedua, pilot-pilot Jepang dikenal paling nekad sedunia. Aksi kamikazenya itu, kawan…ngeriiih!

Dari "saudara tua" itulah, dia belajar menerbangkan pesawat. 

Pejuang Kemerdekaan

Perang dunia kedua berakhir 15 Agustus 1945, ditandai dengan menyerahnya Jepang pada Sekutu.

Dua hari kemudian Indonesia memproklamasikan kemerdekaannya. 

Jadilah Indonesia  negeri pertama yang merdeka usai perang dunia kedua.

Perang dunia memang sudah berakhir. Tapi Indonesia baru saja akan memulai perang yang sesuangguhnya. Perang mempertahankan kemerdekaan dari rongrongan Belanda.

Berbekal ilmu-ilmu yang didapat dari saudara tua, OomYos--demikian Suyoso Karsono karib disapa--ikut berjibaku menentang kembalinya kolonialisme di tanah airnya.

Ketika republik yang masih seumur jagung baru saja mendirikan Angkatan Udara, Oom Yos menjabat pimpinan staf administrasi di Markas Tertinggi Tentara Republik Indonesia-Angkatan Udara (MT TRI-AU), Yogyakarta.

“Pada 1946 MT TRI AU mendirikan sekolah administrasi militer yang dipimpin oleh Suyoso Karsono," tulis Irna H.N Hadi Soewito dkk dalam buku Awal Kedirgantaraan di Indonesia—Perjuangan AURI 1945-1950.

Sekolah ini diselenggarakan di kantor inspektorat administrasi militer di Jl. Terbantaman Yogyakarta. 

Ketika Belanda melancarkan agresi militer kedua di penghujung 1948, pertahanan Republik Indonesia dipindahkan ke Aceh. 

Ketika itu, kepemimpinan militer Indonesia, tulis S.M. Amin, mantan Gubernur Sumatera Utara (termasuk Aceh), dalam buku Kenang-kenangan Dari Masa Lampau, sebagai berikut:

Angkatan Darat di bawah Kolonel Hidayat, Angkatan Laut di bawah Kolonel Subiyakto dan Angkatan Udara di bawah Letnan Kolonel Suyoso Karsono. 

Selera Musik

Di samping aktif menerbangkan pesawat tempur, Oom Yos tak lupa menyalurkan selera musiknya. 

Dia membentuk grup musik Hawaian Lieve Soveniers di Semarang. Bagi dia, perang sih perang. Berkesenian juga perlu.

Perang kemerdekaan Indonesia berakhir 27 Desember 1949, menyusul kesepakatan Konferensi Meja Bundar. 

Dua tahun usai perang, Oom Yos pensiun dengan pangkat terakhir komodor pada 1952. 

Di alam Indonesia yang sudah merdeka, pemuda berusia 31 tahun itu memilih hidup berkesenian. 

Disulapnya garasi rumahnya di Jl. Gereja Theresia, Menteng, Jakarta Pusat jadi studio musik. 

“Garasi itu berukuran dua kali tiga meter persegi,” tulis Deded Moerad dalam buku Jazz Indonesia.

Saban hari dia bersenandung bersama keluarga dan kawan-kawannya. 

Adik perempuannya yang bernama Nien pandai beryanyi. Nien pacaran dan kemudian hari nikah dengan Jack Lesmana, ayah Indra Lesmana.

Seiring berjalan waktu, studio yang berlokasi persis di belakang Sarinah itu, terus dilengkapi. Dan pada 1954, didirikanlah Irama Record di garasi itu. 

Banyak artis papan atas Indonesia ditelorkan Irama. Mulai dari Bubi Chen, Nick Mamahit, Bing Slamet, Sam Saimun, Titiek Puspa dan banyak lagi bila disebut satu persatu.

Karena berpangkat terakhir komodor, pilot revolusioner yang berpulang pada 26 Oktober 1984 tersebut dijuluki The Singing Commodore.

Elshinta 

Di samping Irama Records, Oom Yos juga membentuk grup musik Elshinta Hawaian Senior--kemudian hari menjadi Hawaian Senior. 

Elshinta diambil dari nama putrinya, nama  yang juga dipakainya ketika mendirikan radio pada 1968.  

Elshinta! Di awal mengudara, radio swasta pertama di Indonesia ini menyiarkan lagu-lagu Hawaiian. Penyiarnya Pak Hoegeng, Kapolri yang legendaris itu. Ya...Oom Yos memang sekondan Pak Hoegeng. (wow/jpnn)

(baca: Irama Record, Babad Alas Industri Musik Indonesia)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Titik Nol Republik Indonesia Itu Di Sini...


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler