Menurut data terbaru yang didapat dari robot luar angkasa NASA ‘Curiosity Rover’, planet Mars mungkin memiliki cadangan air yang reguler di permukaannya.

Temuan yang dilaporkan dalam jurnal ‘Nature Geoscience’ ini, menunjukkan, uap air di atmosfer Mars bisa membentuk salju semalam di tanah, yang berubah cair karena kandungan garam di tanah Mars.

BACA JUGA: Jam Kerja Ibu Berpengaruh terhadap Prestasi Akademik Anak di Sekolah

"Kami telah menemukan zat kalsium perklorat di tanah dan di bawah kondisi yang tepat, menyerap uap air dari atmosfer," jelas penulis utama jurnal, Profesor Morten Bo Madsen dari Institut Niels Bohr di Universitas Kopenhagen.

Ia menyambung, "Pengamatan kami dari stasiun pemantau cuaca robot Curiosity rover menunjukkan, kondisi ini terjadi di malam hari dan hanya setelah matahari terbit di musim dingin Mars."

BACA JUGA: Kebiasaan Nonton TV pada Anak Usia Dini Bisa Picu Perilaku Pasif


Foto: NASA/JPL-Caltech

Pengumpulan data dilakukan oleh robot Curiosity dari kawah Gale, yang terletak tepat di sebelah selatan khatulistiwa Mars.

BACA JUGA: Standar Kehidupan di Australia Dikhawatirkan Berpotensi Menurun

Pengukuran suhu dan kelembaban yang dilakukan oleh robot Curiosity menunjukkan, air bisa diserap oleh garam, membentuk air garam, yang menurunkan titik beku air yang memungkinkan untuk membentuk cairan.

"Jumlah air yang kita bicarakan benar-benar mikroskopis," kata salah seorang penulis jurnal lainnya, Dr Michael Mischna dari Laboratorium Pendorong Jet NASA di Pasadena, California.

Ia mengungkapkan, "Ini adalah selaput air yang sangat tipis, yang bisa mengikat butiran tanah. Hampir tidak ada cukup air bahkan bagi kehidupan mikroba, dan bahkan jika ada, air ini adalah air garam yang sangat asin, sehingga akan terlalu asin untuk hampir semua jenis kehidupan. "

Dr Michael mengatakan, air garam akan dibatasi hingga 5 sampai 15 sentimeter di atas tanah karena akan terlalu dingin bagi air untuk tetap cair.

"Temuan ini menarik,” kata Dr Simon O'Toole dari Observatorium Astronomi Australia.

Dr Simon berspekulasi bahwa kondisi yang sama bisa terjadi pada bagian lain dari planet merah ini.

"Jika Anda bisa memiliki air garam asin yang kaya khlor/kaporit di bagian terkering dan terpanas dari Mars, di dekat khatulistiwa, saya tak mengerti mengapa Anda tak bisa memiliki situasi yang sama untuk terjadi di bagian yang sedikit lebih dingin dari planet ini," ujarnya.

Air Mars yang menghilang

Sekitar 4,5 miliar tahun lalu, Mars memiliki atmosfer lebih tebal dan memiliki air sebanyak enam setengah kali lipat dari jumlah saat ini.

Mars mulai kehilangan air ketika inti besi cairnya mulai dingin dan mengeras.

Hal ini menyebabkan medan magnet global yang protektif, yang dihasilkan oleh inti besi cair, menghilang begitu saja.

Medan magnet global melindungi atmosfer planet terhadap degradasi partikel berenergi tinggi dalam angin surya dari Matahari, yang perlahan meniup atmosfer ke ruang angkasa sedikit demi sedikit.

Tanpa atmosfer tebal, simpanan air Mars akan menguap.

Robot Curiosity mendarat di dalam kawah Gale yang selebar 154-kilometer pada bulan Agustus 2012.

Selama dua setengah tahun terakhir, ia bergerak lebih dari sepuluh kilometer dari lokasi pendaratan ke kaki Gunung Sharp, melakukan banyak penelitian di sepanjang jalan, yang telah memberi bukti kuat bahwa planet merah ini pernah menjadi planet yang jauh lebih hangat dan basah yang mampu mendukung kehidupan.

BACA ARTIKEL LAINNYA... Tidak Ada Bukti Sertifikasi Halal di Australia Mendanai Aksi Teror

Berita Terkait