jpnn.com - SURABAYA – Berhati-hatilah dengan obesitas. Kegemukan bisa memicu berbagai penyakit kronis. Salah satunya diabetes. Buktinya, sebagian pasien diabetes (diabetisi) berbadan gemuk. Masalahnya, jumlah penderita diabetes kini terus meningkat. Satu di antara lima orang dengan umur lebih dari 50 tahun sekarang menjadi diabetisi.
’’Sekitar 10 persen penduduk Surabaya terkena penyakit gula. Usia penderita juga semakin muda. Untuk diabetes tipe 2, yang diserang usia 20 tahun,’’ ujar dr Hans Tendra SpPD KEMD.
BACA JUGA: Menjaga Kualitas dan Pola Hidup Lansia
Menurut dokter yang bertugas di RS Premier Surabaya itu, angka penderita diabetes di dunia pada 2011 mencapai 350 juta orang. Jumlah itu naik 110 juta penderita jika dibandingkan dengan 2007. Di antara jumlah tersebut, 60 persen berada di Tiongkok, India, dan Indonesia.
Jika diabetes tidak segera diatasi, penderita akan terkena komplikasi penyakit lain. Misalnya, serangan jantung, stroke, pikun, depresi, hipertensi, liver, dan kebutaan. Bahkan, penderita bisa meninggal. Sebab, berdasar data, setiap 10 detik, ada satu orang di dunia yang meninggal lantaran diabetes. Karena itu, diabetes harus segera ditangani, yakni dengan menghindari obesitas.
BACA JUGA: Fashion Teman Rebel Rouser Karya Siswa Arva School
Diabetes berangkat dari kegemukan dan gula berlebih. Hans menyatakan, obesitas dibagi menjadi dua. Yakni, kegemukan di perut dan pinggul. Dia pun memiliki kiat untuk menghalau diabetes dan obesitas. Yakni, pasien sebaiknya menata pola diet dengan tiga J. Yaitu, jam, jumlah, dan jenis makanan.
Caranya, membiasakan sarapan pagi. Jarak antarmakan sebaiknya 6 jam. Artinya, jika sarapan pukul 7.00, makan siang bisa dilakukan pukul 13.00. Kemudian, makan malam kurang dari pukul 19.00. Lalu, minum air putih minimal 2 liter per hari. Buah lebih baik dimakan langsung, bukan dijus. Sebab, serat buah yang dijus bisa hilang 90 persen. Selain itu, tidur tujuh jam sehari.
BACA JUGA: Tips Cepat Obati Flu
’’Menjaga gaya hidup itu kunci menyembuhkan diabetes. Ada pasien diabet tipe I yang bisa berhenti total dari pemberian insulin karena mengubahlifestyle. Tidak perlu operasi atau amputasi,’’ tegas dokter yang juga anggota American Diabetes Association itu.
Selanjutnya, diabetisi perlu membiasakan berolahraga. Yakni, aerobik, bersepeda, atau berjalan kaki. Diabetisi juga harus berhenti merokok.
Menurut Hans, sebatang rokok mengandung 4.000 racun yang akan menurunkan kadar insulin tubuh hingga 15 persen. Alkohol dan kopi juga sebaiknya dihindari. ’’Lalu, biasakan tertawa karena bisa membuat sehat,’’ ujarnya.
Dia menambahkan, jika diperlukan, baru ada intervensi obat. Pemberian obat dilakukan hanya bila diperlukan. Diabetisi harus mengonsumsi obat sesuai dengan resep dokter dengan dosis serta aturan yang tepat. ’’Kalau semua itu dijalani dengan disiplin, perut akan mengecil. HbA1C (tes gula darah, Red) bisa dijaga kurang dari 6,5 persen. Itu berarti sehat,’’ tegasnya.
Sementara itu, salah seorang pasien Hans, yakni Ibnu, 73, menyatakan diabetesnya tidak lagi kambuh setelah dirinya menjaga pola hidup sehat. Pria yang telah pensiun mengajar dari Unesa itu pada Agustus 2013 mengalami gangguan diabetes. Telunjuk kirinya bengkak. Berat badannya mencapai 90 kg.
’’Saya mulai menjaga makan. Malam makan sayur saja. Aktif jalan kaki. Sekarang saya bebas diabetes. Bisa bergerak bebas,’’ ungkapnya. (nir/c5/ayi)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Lansia Rawan Depresi
Redaktur : Tim Redaksi