jpnn.com - GRESIK - Pengusutan terhadap bocornya kunci jawaban Ujian Nasional (Unas) tingkat SMP di Kabupaten Gresik yang dilakukan Polres Gresik bakal berjalan antiklimaks. Pasalnya, kunci jawaban yang kini diamankan polisi tersebut diduga palsu. Hal ini diketahui, setelah dilakukan pemeriksaan terhadap 10 dari 70 siswa yang terlibat dalam jual beli kunci jawaban Unas SMP, Senin (19/5).
Dalam pemeriksaan kemarin, para siswa mengaku, kunci jawaban khususnya pada mata pelajaran Bahasa Indonesia, antara soal dan jawaban tidak sesuai.
BACA JUGA: Kejaksaan Tunggu Hasil Pansus Honorer K2
“Soal Bahasa Indonesia nomor 1-13 tidak ada soalnya, tetapi di kunci jawaban itu ada jawabannya,” kata Kasatreskrim Polres Gresik, AKP Ayub Diponegoro Azhar, kemarin.
Berdasarkan keterangan siswa, kata Ayub, kunci jawaban yang telah beredar belum sempat dipakai. “Jadi, siswa belum menggunakan kunci jawabannya. Mereka sudah ragu melihat kunci jawaban,” ungkapnya.
BACA JUGA: Petugas Cleaning Service DPRD Cairkan Bansos Rp 1,5 M
Siswa ragu lantaran antara soal dan jawaban tidak sinkron. “Baik hari pertama maupun hari kedua Unas, siswa belum menggunakan kunci jawaban itu,” lanjut dia. Meski begitu, pemberian kunci jawaban palsu itu bisa diproses, karena bisa dipastikan masuk kategori sebagai tindak pidana penipuan. “Jelas itu penipuan,” kata Ayub yang didampingi penyidik.
Tindak penipuan itu bisa diproses jika sang korban, dalam hal ini siswa, melaporkan perkara penipuan tersebut. “Kalau tidak melaporkan kami juga tidak bisa menindak, berarti tidak ada yang dirugikan,” ujarnya.
BACA JUGA: Rencana PK Rahudman Harahap Tak Jelas
Dalam pemeriksaan kemarin, para siswa tidak sendirian. Mereka ditemani masing-masing orang tuanya saat menjalani pemeriksaan di ruang Satreskrim Mapolres Gresik. “Setiap hari kami akan memeriksa sepuluh siswa sampai hari Rabu (21/5),” kata Ayub.
Total keseluruhan siswa yang terlibat ada sekitar 70 siswa. Siswa tersebut berasal dari lembaga pendidikan yang berbeda. “Ada sekitar empat SMP yang siswanya terlibat,” tambah dia.
“Saat siswa-siswa itu membeli kunci jawaban seharga Rp 100 ribu, orang tua tidak mengetahui. Begitu juga sekolahan juga belum mengetahui,” jelas dia.
Sampai saat ini pihak sekolah yang siswanya terlibat juga belum diperiksa polisi. “Sekolahan itu malah tidak tahu kalau siswanya membeli kunci jawaban. Lalu bagaimana kami akan memeriksa,” tandasnya.
Sementara itu, sampai saat ini polisi masih belum menghasilkan perkembangan yang signifikan. Polisi belum menemukan pelaku pembocoran kunci jawaban Unas di Gresik yaitu PA (19). Hingga saat ini polisi hanya mengetahui keberadaan PA di Blitar. “Masih kami buru terus,” kata lulusan Akpol 2006 itu.
Sedangkan yang menjadi perantara, yakni LI dan NU yang juga warga Gresik, hingga saat ini masih sebagai saksi. “Sudah kami periksa sebanyak dua kali, tetapi statusnya masih sebagai saksi,” imbuhnya.(mkr/c4/rou)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Penanganan KAT Terberat di Kawasan Indonesia Timur
Redaktur : Tim Redaksi