KALAU pemilihan presiden Amerika Serikat (AS) dihelat hari ini, bisa dipastikan Barack Obama bakal melenggang menuju masa jabatan kedua tanpa pesaingSemua gara-gara keberhasilan tim pasukan khusus AS menewaskan Osama bin Laden di Abbotabad, Pakistan, Minggu malam (1/5) waktu setempat.
Kematian Osama itu memang sungguh datang pada saat yang tepat bagi Obama
BACA JUGA: Justru Malah Akan Subur
Yaitu, saat popularitasnya anjlok dan dianggap sebagai pemimpin militer yang lemahBACA JUGA: Hanya Shock Sesaat
Bulan lalu, menurut polling yang dihelat Reuters/Ipsos sebagaimana dikutip The Guardian, hanya 17 persen warga AS yang menganggap pria berdarah Kenya itu sebagai pemimpin yang kuat
Masih pada bulan lalu, jajak pendapat lainnya oleh Rasmussen memperlihatkan, 49 persen responden tidak setuju dengan kepemimpinan Obama
BACA JUGA: Mujahid Berjuang Bukan untuk Osama
Itu merupakan angka terendah sejak ayah dua anak tersebut menjabatKeberhasilan menewaskan Osama itu sekaligus berarti suami Michelle tersebut memenuhi janjinya pada masa kampanye duluKetika itu, dia menegaskan bahwa menangkap atau melenyapkan Osama bakal menjadi prioritasnya.
Karena itu, dalam pidatonya kemarin WIB yang ditayangkan langsung dari East Wing Gedung Putih, Obama memperlihatkan betul perannya dalam penyergapan OsamaMulai pembahasan operasi hingga perintah langsung penyergapan
Tapi, Obama mesti ingat, popularitas itu bisa jadi hanya jebakan sesaatSebab, sejak dirinya memerintah, berbagai jajak pendapat secara konsisten menunjukkan bahwa keamanan nasional bukan lagi isu menarik bagi warga ASYang justru menjadi konsen utama rakyat Negeri Paman Sam itu adalah ekonomiRapor Obama di sektor ekonomi pun sejauh ini masih merah
Kematian Osama juga berdampak terhadap sektor ekonomi globalHarga minyak menurun 3 persen kemarin (2/5)Itu terjadi karena muncul ekspektasi risiko serangan kelompok Islam radikal bakal berkurang dan tensi di Timur Tengah menurun
Harga minyak mentah Brent menurun USD 4,22 menjadi USD 121,67 per barel, meski akhirnya kembali ke level USD 124,40Bulan lalu, Brent sempat menyentuh level tertinggi, yaitu USD 127 per barelSementara itu, harga minyak mentah AS menurun USD 1,25 menjadi USD 112,68
Tapi, diperkirakan pengaruh itu tak akan lama"Sebab, kenyataannya, konflik di Libya dan negara-negara Timur Tengah masih terus berlangsung sampai kini," kata Carsten Fritsch, analis komoditas di Commerzbank, Frankfurt, kepada Reuters.
Belum lagi munculnya kekhawatiran serangan balasan atas kematian OsamaNamun, para analis minyak berkeyakinan, kalaupun terjadi, hal itu tak akan sampai mengganggu suplai minyakAl Qaeda hanya pernah sekali menyerang industri minyak, yaitu pada 2006 di Arab Saudi
Tewasnya Osama juga berdampak positif terhadap bursa sahamSebagaimana dilaporkan Wall Street Journal, harga saham di bursa Jepang dan Korea Selatan naik drastis serta berhasil mengatrol saham di Australia yang selama lima pekan terakhir terpuruk
Saham di Bursa Saham Nikkei, Jepang, naik 1,6 persen menjadi 10.004,20 yang berarti melonjak 10 ribu poin untuk kali pertama sejak 14 MaretDi bursa saham Kospi Korea Selatan, harga saham naik 1,7 persenAda pun pasar saham di Tiongkok, Hongkong, Malaysia, Singapura, Taiwan, Thailand, dan Vietnam kemarin tutup karena hari libur.
"Tidak berarti terorisme akan berakhirTapi, ini jelas insentif perdagangan yang positif karena perburuan Osama bin Laden sudah berlangsung selama lebih dari satu dekade," kata Kazuhiro Takahashi, general manager di Daiwa Securities, Tokyo(c5/ttg)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Perompak Somalia Sandera 13 WNI
Redaktur : Tim Redaksi