jpnn.com - JAKARTA - Direktur Riset Charta Politica, Yunarto Wijaya, menyatakan dari rentang waktu yang tersisa jelang pendaftaran Capres-Cawapres, terbentuknya poros baru di luar poros PDI Perjuangan dan poros Partai Gerindra sudah tidak mungkin lagi.
Poros PDIP sudah memantapkan mengusung calon presiden Jokowi Widodo, sementara Partai Gerindra juga sudah bulat mencalonkan presidennya Prabowo Subianto.
BACA JUGA: Kandidat Anggota KASN Mengerucut 14 Nama
"Dari ketersediaan waktu, saya pesimis akan muncul poros baru di luar PDIP dan Gerindra," kata Yunarto Wijaya, kepada wartawan di Jakarta, Selasa (13/5).
Namun dari sisi besarnya perolehan suara lanjutnya, Partai Demokrat yang meraih 10,19 persen dan Partai Golkar 14,75 persen suara pada pemilu legislatif, memang masih berpeluang membangun poros baru.
BACA JUGA: Dukung Jokowi, Golkar Disebut Tak Minta Kursi Menteri
"Tapi itu saya katakan tidak realistis. Kalau dipaksakan, akan sulit bertarung karena elektabilitas capres Jokowi dan Prabowo Subianto sulit untuk dikejar," tegasnya.
Dijelaskannya, pilpres akan digelar pada 9 Juli mendatang. "Dengan sisa waktu yang ada, tidak mungkin capres dari poros ketiga bisa mengalahkan elektabilitas Jokowi dan Prabowo," imbuhnya.
BACA JUGA: Prestasi PNS Tak Lagi Diukur dengan Angka Kredit
Kalau poros ketiga terbentuk, Yunarto menilai niatnya bukan untuk memenangkan pilpres, tetapi untuk menyelamatkan harga diri petinggi partai di depan kader-kadernya dan itu butuh biaya tinggi. "Artinya mereka bertarung dengan gagah, tapi untuk kalah," ujarnya.
Seandainya itu yang terjadi, menurut Yunarto, pihak yang paling diuntungkan adalah Partai Demokrat, karena suara Ketua Umum Partai Demokrat, SBY lebih didengar oleh kadernya.
"Sementara suara Ketua Umum Partai Golkar, Aburizal Bakrie atau Ical karena elektabilitasnya dipermasalahkan, berpotensi tidak didengar kader," pungkasnya.(fas/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Anas Bantah Keterangan Nazaruddin Soal Sertifikat Tanah Hambalang
Redaktur : Tim Redaksi