Praktik Dukun Cilik Ponari Tutup

Bupati Tak Jamin Berlaku Permanen

Rabu, 11 Februari 2009 – 11:53 WIB
FENOMENAL- Ponari, bocah yang memiliki kemampuan menyembuhkan banyak orang itu menjadi suguhan fenomenal di awal tahun ini. Tampak Bupati dan jajaran Muspida mengundang keluarga Ponari duduk satu meja terkait pengobatan yang dilakukannya. Foto: DONNY/RADAR MOJOKERTO
JOMBANG - Berakhir sudah praktik pengobatan oleh dukun cilik PonariJatuhnya empat korban tewas akibat tidak terkendalinya antrean warga membuat pemerintah daerah, kepolisian setempat, dan keluarga sepakat menutup tempat praktik pengobatan Ponari di Dusun Kedungsari, Desa Balongsari, Kecamatan Megaluh, Jombang, kemarin (10/2).

Radar Mojokerto (Jawa Pos Group) melaporkan, untuk mengakhiri praktik yang selalu dijubeli puluhan ribu orang setiap hari itu, Pemerintah Kabupaten Jombang mengadakan rapat muspida kemarin sore

BACA JUGA: Wakil Rakyat Judi Segera Disidang

Dalam rapat dadakan di Pendapa Kecamatan Megaluh itu, keluarga Ponari dihadirkan untuk mengambil keputusan terkait tempat praktik yang langsung heboh sejak dibuka 19 Januari lalu itu
Hadir juga guru-guru Ponari, aparat Desa Balongsari, Kapolres Jombang AKBP M

BACA JUGA: Setahun Anggota DPRD Bontang 172 Hari ke Luar Daerah

Khosim, dan Bupati Jombang Suyanto,

Dalam pembicaraan secara tertutup hampir dua jam, diputuskan bahwa tempat praktik Ponari ditutup
Keluarga Ponari diminta untuk menandatangani surat pernyataan bahwa kegiatan pengobatan alternatif itu dihentikan

BACA JUGA: Sempat Buka, Ahmad Yani Tutup Lagi

Sayang, penutupan masih bersifat mengambangSebab, dalam surat pernyataan itu tidak disebutkan apakah hanya ditutup sementara atau selamanya.

Paino, paman Ponari, yang selama ini menjadi juru bicara keluarga dan juga ikut dalam pertemuan kemarin mengatakan, pihak keluarga telah menandatangani surat pernyataan yang berisi tiga poinPertama, menutup tempat praktik demi pemulihan kesehatan PonariKedua, menyekolahkan kembali Ponari yang sudah sekitar tiga minggu tidak bersekolahDan, ketiga, pengobatan ditutup agar tidak mengganggu warga sekitar kediaman Ponari.

Menurut Paino, tidak ada kata-kata eksplisit dalam surat pernyataan itu yang menyebutkan bahwa penutupan tersebut berlaku selamanyaAtas isi surat pernyataan itu, keluarga Ponari mengatakan menyanggupi''Karena kondisinya semakin mengkhawatirkan, kami memang berniat menutup tempat praktik,'' ujar Paino.

Saat dikonfirmasikan ke Bupati Jombang Suyanto tentang status penutupan tersebut, bupati belum berani memastikanDia mengatakan, keputusan penutupan permanen itu berada di tangan keluarga Ponari''Bukan hak kami melarang Ponari memberikan pengobatanKami juga tidak bisa melarang masyarakat datang berobat alternatif ke sana,'' tegas Suyanto.

Pada kesempatan yang sama, Kapolres Jombang AKBP Muhammat Khosim mengatakan, polisi dalam waktu dekat tetap akan mengadakan patroli di sekitar desa tempat praktik PonariPolisi juga bakal membantu Ponari beraktivitas seperti biasaSalah satu di antaranya, mengawal Ponari ke sekolahTerhadap calon pasien yang masih bertahan, polisi mengimbau dan mengevakuasi warga, khususnya mereka yang tak mampu pulang karena tidak punya ongkos transportasi.

Sayang, tindakan polisi itu diabaikan para pasien yang telanjur datangMeski sudah diumumkan bahwa tempat praktik Ponari telah ditutup, mereka tetap tak mau meninggalkan lokasi praktik dukun cilik Ponari.

Sikap ngeyel pengunjung itu membuat geram polisi dan panitia pengobatanPanitia yang terdiri atas warga sekitar langsung mengusir merekaBahkan, sempat terjadi adu mulut antara panitia dan pasien yang tak mau meninggalkan lokasi.

Seperti diberitakan, bocah lugu Ponari menjadi fenomena menghebohkan sejak dikabarkan menemukan batu sekepal pada 17 Januari laluMenurut kabar yang tak jelas sumbernya, batu berwarna cokelat itu ditemukan Ponari saat disambar petir sewaktu bermain di bawah hujan lebat.

Batu itu kemudian digunakan untuk mengobati pasienCaranya, batu dimasukkan ke segelas air putih, kemudian airnya diminumkan ke orang yang sakitMeski belum ada bukti nyata bahwa pengobatan itu mujarab, ribuan orang yang datang telanjur percaya dan mencari kesembuhan ke tempat praktik Ponari.

Karena tidak kunjung ada tindakan tegas dari aparat keamanan setempat, praktik penyembuhan itu malah memakan korban jiwaHingga Senin (9/2), empat warga tewas mengenaskan karena berdesak-desakan dan kelelahan saat antre menunggu pengobatanWarga yang meninggal adalah Rumiadi, 58, asal Kediri dan Nurul Miftadi asal JombangKeduanya meninggal dua minggu lalu, yakni pada Minggu (2/2).

Kematian keduanya ternyata tak kunjung membuat kapok keluarga, aparat keamanan, dan panitiaSeminggu setelah tragedi pertama, tempat praktik Ponari dibuka lagiKejadian tragis kembali terulangDua warga tewas di tengah antrean, yakni Muchtasor, 56, warga Blitar, dan Marwi, 55, warga Jombang.

Juru Sembuh Sakit
Lelah mengobati orang sakit, Ponari jatuh sakit sejak Senin (9/2)Karena kondisinya tak kunjung membaik, kemarin sekitar pukul 10.00 Ponari yang dipercaya memiliki batu berkhasiat yang dapat menyembuhkan orang sakit dilarikan ke klinik pengobatan Bhayangkara di Jalan Wahid Hasyim, Jombang.

Bocah kelas III SD itu dijemput di kediamannya dengan mobil Isuzu Panther biruPonari ditemani ibunya, Mukaromah, dan beberapa kerabatnya.

Dokter Gunawan, yang memeriksa Ponari, mengatakan bahwa bocah itu memang menderita kelelahan fisik''Kami sudah periksa bocah itudia kecapaian sehingga panas bandanya tinggi sekali,'' ujarnyaHal itu tidak lepas dari kegiatannya setiap hari, yang harus melayani puluhan ribu pasienHanya, lanjut dr Gunawan, penyakit yang diderita Ponari tidak terlalu seriusSetelah dirawat sekira 1,5 jam, Ponari diperbolehkan pulang.

Sikap Depkes
Departemen Kesehatan (Depkes) akhirnya bereaksi menanggapi kasus dukun cilik PonariDepkes menegaskan, masyarakat sah-sah saja memilih pengobatan alternatifHanya, pengobatan itu harus terdaftar di Depkes melalui SK Menkes.

Di sela peringatan Ke-59 Hari Gizi Nasional di Kantor Depkes, Jalan HR Rasuna Said, Jakarta, kemarin, Dirjen Bina Kesehatan Masyarakat dr Budihardja mengatakan bahwa pengobatan alternatif dengan berbagai model penyembuhan tidak dilarang selama tidak merugikan masyarakat''Entah itu penyembuhan dengan memakai ramuan atau pakai cara lainSelama tidak merugikan masyarakat tidak masalah,'' terangnya kemarin.

Yang penting, kata dia, pengobatan alternatif itu terdaftar di Depkes dan melalui SK MenkesDia mengatakan, sejatinya Depkes tidak mempermasalahkan adanya pengobatan alternatif jika tidak menimbulkan dampak negatif''Karena masyarakat percaya, kami tidak bisa melarangSelama tidak ada yang dirugikan, ya nggak apa-apaPersoalannya, kalau ada yang meninggal bagamanaIni yang tidak boleh,'' ujarnya(doy/yr/kit/jpnn/kim)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Polisi Panggil Bos Koran di Medan


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler