jpnn.com, JAKARTA - Presiden Joko Widodo (Jokowi) dalam rangkaian kunjungan kerja di Jawa Tengah, Senin (25/9) mengunjungi Paguyuban Petani Qaryah Thayyibah di Desa Kalibening, Kecamatan Tingkir, Salatiga. Kunjungan itu merupakan yang kedua sejak Presiden Jokowi mengunjungi Paguyuban Petani Qaryah Thayyibah tiga tahun silam.
Presiden Jokowi dalam kesempatan itu mengawali sambutannya dengan menyapa petani serta menyampaikan rasa hormat dan bangganya bisa hadir di antara masyarakat tani salatiga. Sebab, petani sudah berjasa besar bagi rakyat Indonesia.
BACA JUGA: Kementan Optimistis Rempah Kembali Berjaya
"Bertemu dengan petani merupakan kehormatan bagi saya. Kalau bukan karena petani, kita mau makan apa, bangsa ini mau makan apa,” ujar Jokowi kepada para petani.
Mantan wali kota Surakarta itu menegaskan, masalah pangan menjadi isu strategis. Sebab, pangan akan menjadi rebutan.
BACA JUGA: Presiden Tegaskan Pentingnya Tingkatkan Kesejahteraan Petani
“Negara mana pun pasti membutuhkan makan dan orang mana pun pasti juga butuh makan bahkan ke depan. Urusan Pangan akan menjadi Rebutan di seluruh negara manapun," imbuhnya.
Jokowi menambahkan, petani harus makin berdaya. Dia tak mau petani hanya memperoleh capek sementara pedagang dan tengkulak yang tak menanam justru memperoleh untung besar.
BACA JUGA: Presiden Jokowi: Pelihara Kambing Banyak Semakin Mudah
Menurutnya, petani harus memiliki lima hal. Yaitu berkelompok, berkoperasi, membangun korporasi atau berbisnis, memiliki sarana usaha pasca-panen, dan yang terpenting punya divisi marketing. "Kita akan arahkan seperti itu agar Petani Sejahtera," sebutnya.
Jokowi lantas mencontohkan sebuah kelompok tani di Sukabumi, Jawa Barat yang beberapa waktu lalu dikunjunginya. Kelompok tani di Sukabumi itu sudah memiliki kemampuan mengemas beras organik.
Jokow menjelaskan, usaha tani sangat memberikan keuntungan bila ditunjang unit usaha, mulai produksi hingga pemasaran. Dia mengharapkan Paguyuban Petani Qarya Thayyibah bisa melakukan hal itu.
"Saya berharap serikat Paguyuban Petani Qarya Thayyibah harus bisa seperti ini, tidak lagi berkutat hanya menanam dan memanen. Bila hanya itu yang dilakukan petani Qarya Thayyibah, tidak akan pernah mendapat keuntungan,” ulasnya.
Pada kesempatan ini, Presiden Jokowi memberikan kesempatan berdialog dengan petani anggota Qarya Thayyibah Salatiga. Dari dialog itu terungkap bahwa persoalan yang muncul masih selalu pada sisi lemah petani untuk memiliki sarana usaha.
Dia berharap agar petani tidak selalu menunggu bantuan pemerintah. Menurutnya, petani harus mau berkelompok dan urunan untuk membangun usaha. Minimal dengan luasan lahan 1.000 hingga 5.000 hektare, petani bisa membangun korporasi dan mengakses perbankan tanpa harus menunggu bantuan pemerintah.
"Saya minta petani Salatiga melihat kelompok tani Sukabumi agar ilmunya dilihat langsung,” ujar Jokowi yang di akhir sambutannya membagikan tiga sepeda gunung kepada petani Salatiga.
Sementara itu Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman mengatakan bahwa pemerintah tetap berkomitnen membangun kesejahteraan petani. “ Bapak presiden menugaskan kami untuk menghadirkan negara di tengah-tengah petani dan rakyat Indonesia, kita sudah melakukannya dalam tiga tahun ini,” tuturnya.
Amran juga membanggakan kondisi Indonesia yang saat ini sudah tidak mengimpor beras, jagung dan bawang. “Bahkan kita sudah ekspor, berkaitan dengan sumur resapan," kata Amran.
Amran menjelaskan, sejak awal mendapat tugas sebagai menteri pertanian, akademisi asal Bone, Sulawesi Selatan itu berkomitmen untuk menyelesaikan irigasi untuk tiga juta hektare di Jawa, Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, Nusa Tenggara Timur dan Nusa Tenggara Barat. Target itu sudah diselesaikan dalam tempo dua tahun.
“Kita juga membangun seribu sumur dangkal dan bendungan,” ujarnya.
Amran menambahkan, pada Rapat Kerja Nasional (Rakernas) Pembangunan Pertanian 2016, Presiden Jokowi menugaskan para pembantunya di Kabinet Kerja untuk membangun 30.000 embung serta parit-parit resapan. Penugasannya diserahkan kepada Kementerian Desa dan Daerah Tertinggal.
"Hingga saat ini sudah kita kerjakan. Masyarakat juga kita berikan pencerahan untuk memanfaatkan air hujan yang turun dari langit seperti saat sekarang ini, jangan sampai air hujan terbuang ke laut begitu aja tidak dimanfaatkan untuk kehidupan," ujar Amran seraya mencontohkan Jerman yang bisa memanfaatkan pemakaian ulang air hujan hingga 40 kali sebelum akhirnya dibuang ke laut.(adv/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Presiden Jokowi Diam-diam Belajar jadi Peternak
Redaktur & Reporter : Antoni