Secara eksplisit, keinginan itu diungkapkan Menteri Perindustrian Fahmi Idris di gedung Departemen Perindustrian Selasa (27/1)Menurut Fahmi, perusahaan baja asal AS tersebut memang berencana merelokasi pabriknya ke Indonesia
BACA JUGA: Proteksi Mesir Hambat Ekspor Tekstil
Sayang, dia belum bersedia menyebut nama perusahaan tersebutBACA JUGA: Penerimaan Cukai Bisa Turun 3 Persen
Tapi asalnya dari Baltimore dan Chicago (Amerika Serikat),” ujarnyaTotal kapasitas produksi perusahaan baja tersebut diperkirakan mencapai dua juta ton per tahun
BACA JUGA: Sejuta Pekerja Terancam PHK
Menurutnya, saat ini perusahaan tersebut sedang mencari mitra kerjasamaNamun, dia menegaskan bahwa sebaiknya perusaan itu mencari daerah yang masih banyak bahan bakunyaSalah satunya di kawasan terintegrasi industri baja, Kalimantan Selatan (Kalsel) “Tempat yang sesuai untuk relokasi pabrik itu antara lain daerah Kalsel dan Sumatera Selatan,” ungkapnyaIndonesia memang masih menjadi incaran produsen-produsen baja duniaSalah satunya yang sudah santer diberitakan adalah Mandan SteelPerusahaan baja asal Tiongkok itu akan merealisasikan relokasinya ke Indonesia dengan investasi awal sekitar USD 220 juta pada semester pertama tahun iniMandan Steel akan memindahkan pabriknya ke Kalsel menyusul kebijakan pemerintah Tiongkok yang membatasi jumlah perusahaan baja skala menengah kecil untuk mengurangi dampak kerusakan lingkungan
Menurut Direktur Industri Logam Departemen Perindustrian (Depperin) Putu Suryawirawan, proses pembangunan pabrik Mandan Steel di Kalsel terus dimatangkanPabrik baru itu direncanakan berkapasitas 300 ribu ton per tahun“Mandan Steel melakukan relokasi dengan total investasi hingga USD 1 miliar dengan kapasitas satu juta tonTapi rencana itu dilakukan secara bertahap,” tutur Putu
Putu mengungkapkan, harga baja dunia saat ini mencapai titik terendah di level USD 450 per tonKalaupun bergerak, harga baja dunia diproyeksikan akan stagnan antara USD 450-460 per ton”Pada Maret-Juni, akan ada peningkatan harga lagi kemudian bergerak flat (mendatar) selama beberapa minggu, dan kembali naik perlahanPada Juni 2009, harga baja diperkirakan terdongkrak sekitar USD 600 per tonDi sinilah saat titik balik terjadi,” terangnya
Perkiraan tersebut, lanjut dia, berdasarkan analisis dari Indonesian Iron and Steel Industry Association (IISIA) yang menyatakan harga baja dunia mulai pekan kedua Maret akan kembali ke harga yang bagusOleh sebab itu, produsen baja terbesar di dunia, Tiongkok, secara bertahap mulai meningkatkan produksi”Tiongkok akan kembali menjadi barometer pergerakan pasar baja dunia pada tahun iniSejumlah konsumen yang relatif tak terpengaruh terhadap dampak negatif resesi global akan meningkatkan konsumsi,” jelasnya(wir/bas)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Tiga Sektor jadi Prioritas Investasi
Redaktur : Tim Redaksi