Produsen Tabung Gas Rugi Rp 3 Triliun

Rabu, 21 Juli 2010 – 04:39 WIB

JAKARTA - Produsen tabung gas ukuran 3 kilogram mengalami kerugian sekitar Rp 3 triliun akibat pemberhentian program konversi minyak tanah ke gas untuk sementara waktu yang dilakukan pemerintahPemesanan yang sudah terjadi terpaksa dibatalkan.

"Pemerintah telah memesan 8 juta tabung gas ukuran 3 kilogram pada semester 1 tahun 2010

BACA JUGA: Pemerintah Ingin Ubah Tampilan Rupiah

Namun baru sampai 1 juta tabung gas ukuran 3 kilogram yang didistribusikan, pemerintah telah menghentikan distribusinya (untuk tahun ini)
Yang masih tersisa sebanyak 7 juta tabung

BACA JUGA: RI Pertimbangkan Moratorium Utang Luar Negeri

KERUGIAN SEKITAR Rp 3 triliun," ungkap Ketua Asosiasi Industri Tabung Baja (Asitab) Tjiptadi di kantor Kementerian Perindustrian, kemarin.

Menurutnya, saat ini sudah tidak ada produsen yang memeroduksi tabung gas berukuran 3 kilogram lagi sejak April 2010
"Sebelumnya pemerintah melalui PT Pertamina (Persero) memesan kepada produsen tabung gas ukuran 3 kilogram sebanyak 8 juta tabung pada semester 1 tahun 2010

BACA JUGA: DPR Terus Kritisi Pengelolaan Keuangan Pemerintah

Kemudian untuk semester 2, Pertamina juga memesan 8 juta tabung," tutur Tjiptadi.

Sampai saat ini pihaknya mengaku tidak mengetahui mengenai kelanjutan program konversi minyak tanah ke gas tersebutPemerintah sendiri untuk sementara akan mengakhiri program konversi minyak tanah ke gas pada tahun 2010"Kita tidak mengetahui kelanjutan konversi minyak tanah ke gas atau berhenti pada 2010Jadi kita tidak tahu sampai kapan order dari PT Pertamina (Persero) itu berlanjut," tuturnya.

Tjiptadi berharap agar pemerintah dan DPR harus membentuk satu badan yang akan mengurusi produksi dan distribusi tabung gas ukuran 3 kilogramSelama ini kinerja PT Pertamina (Persero) dalam mendistribusikan tabung gas dinilai kurang memuaskan"Sekarang harus ada orang yang mengerti pengurusan tabungProses pengiriman dari PT Pertamina (Persero) sangat buruk, tabung sering dibanting," ujar Tjiptadi.

Lebih lanjut, Tjiptadi mengatakan, pemerintah juga harus merevisi masa berlaku tabung gas ukuran 3 kilogram dari semula 5 tahun menjadi 3 tahun"Apalagi tabung gas 3 kilo memiliki siklus pengisian yang cepat daripada tabung gas 12 kilogram," terangnya.

Menurut Tjiptadi, saat ini ada 10 juta tabung gas 3 kilo yang sudah beredar di masyarakatDengan pemberhentian distribusi tabung baru maka dari sejumlah itu dilakukan perbaikan untuk kebutuhan masyarakatKonsekuensinya, beberapa produsen akan melakukan PHK karyawan"Jika pemerintah menghentikan program konversi dan me-repair 10 juta tabung terlalu lama, maka akan ada permasalahan pasca konversiKalau demand turun, maka akan ada masalah penghentian tenaga kerja masal," ungkapnya.

Meski begitu produsen ancang ancang melakukan ekspor produknyaNegara tujuan utama salah satunya adalah Nigeria yang juga berencana melakukan konversi minyak tanah ke gasPara produsen menyanggupi ekspor tabung gas dengan kapasitas 120 juta tabung per tahun"Tapi itu masih belum pasti karena produsen tabung gas Indonesia harus bersaing dengan produsen tabung gas Tiongkok dalam memenuhi permintaan tabung gas di Negara lain," katanya.

Tabung gas lokal harganya Rp 108 ribu sedangkan tabung dari Tiongkok lebih murah yaitu Rp 98 ribuMenurut Tjiptadi, kondisi tersebut tidak kompetitif karena harga bahan baku dari PT Krakatau Steel masih mahal.(gen)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Diwarnai Interupsi, DPR Bentuk Pansus OJK


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler