Program 100 Hari Belum Terasa

Selasa, 29 Desember 2009 – 17:08 WIB

JAKARTA - Ketua Dewan Perwakilan Daerah (DPD) RI, Irman Gusman menegaskan menjelang 100 hari kerja Kabinet Indonesia Bersatu jilid II, hingga kini belum juga menunjukkan hasil kerja yang kongkritTerutama di tiga sektor, yakni sektor revitalisasi pertanian, perikanan dan kehutanan

BACA JUGA: Konflik Agraria Diatasi dengan Cara Primitif

Mestinya, hasil kerja kabinet di tiga sektor yang disebut triple track strategy itu sudah terasa


"Padahal triple track strategy tersebut sudah disepakati bersama sebagai satu-satunya cara yang paling tepat dan efektif untuk mengurangi kemiskinan dan pengangguran serta meningkatkan daya saing ekonomi," kata Irman Gusman dalam acara Catatan Refleksi DPD Menyambut Tahun 2010, di loby DPD, komplek Parlemen, Senayan Jakarta, Selasa (29/12).

Ditegaskan Irman, penurunan kemiskinan dan penggangguran mengharuskan pembangunan ekonomi guna mencapai pertumbuhan rata-rata ekonomi 6,6 persen per tahun

BACA JUGA: Demokrat Tolak Jadi Referensi Pansus

Sementara pertumbuhan rata-rata sektor pertanian, perikanan dan kehutanan harus dipacu masing-masing hingga 3,5 persen per tahun.

"Salah satu kunci penyelesaian persoalan kemiskinan dan pengangguran adalah menata kembali sektor-sektor resources-based seperti pertanian, perikanan dan kehutanan dari hilir hingga hulu
Jika ketiganya dijadikan andalan maka tekad dan komitmen pemerintah untuk mendorong dan memajukan ekonomi rakyat sangat mungkin jadi kenyataan," tegas Irman Gusman.

Selain itu, Ketua DPD juga menilai ironis sikap pemerintah yang masih saja terjebak dengan kebiasaan impor dan tidak bertekad memanfaatkan potensi nasional yang sekaligus berdampak terhadap penyerapan tenaga kerja lokal

BACA JUGA: Baridin dan Atta Resmi Tersangka

"DPD menilai sangat ironis potensi aspal Buton yang sangat besar tapi tidak dimanfaatkan, malah Indonesia kian tergantung impor aspal minyak"Kebutuhan aspal nasional 1,2 juta ton per tahun harus disubstitusi dengan memanfaatkan sebesar-besarnya aspal Buton," tegasnya.

Apalagi, teknologi pemrosesan aspal Buton telah dikuasai, dan kebijakan pemanfaatannya telah diterbitkan Menteri Pekerjaan UmumBeberapa ruas jalan nasional terutama di bagian timur Indonesia telah dianjurkan menggunakan aspal Buton, imbuhnya.

"Dulu aspal Buton kurang digemari karena hasil olahannya masih berupa aspal granular (berbutir), yang dipakai untuk jalan berfrekuensi kendaraan rendah atau ringanKini, hasil olahan aspal Buton sudah berupa aspal cair yang bisa digunakan untuk jalan berfrekuensi kendaraan tinggi dan berat," tegasnya(fas/jpnn)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Prita Divonis Bebas


Redaktur : Soetomo Samsu

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler