BACA JUGA: Komisi XI Restui Lepas BPUI dan Askrindo
"Sementara untuk memproduksi geothermal sebanyak 1.342 MW pada 2014, dibutuhkan investasi USD 3,3 miliar atau Rp 33 triliun," kata Direktur Utama PT PGE, Abadi Purnomo, di Jakarta, Rabu (25/11).Asumsi itu, menurut Abadi, didasari perhitungan bahwa untuk menghasilkan 1 MW dari hulu dibutuhkan biaya USD 3 juta
Investasi produksi geothermal sebesar itu, kata Abadi lagi, tidaklah terlalu susah
BACA JUGA: Verifikasi Indover Ditetapkan 23 Desember
Dana Rp 33 triliun itu bisa berasal dari corporate loan dan menjadikan PT Pertamina sebagai perusahaan indukBACA JUGA: Pemerintah Terima Hibah Dua Anak Perusahaan BI
"Selain itu, ADB juga mau masukBanyak sekali investor mau masukTinggal sekarang bagaimana mengatur refinancing-nya," ujar Abadi.Besarnya minat investor untuk masuk ke panas bumi tersebut, tidak terlepas dari perubahan global di mana dunia sepakat untuk mengurangi gas rumah kacaTermasuk Presiden AS Barack Obama juga akan mempercepat pengurangan gas rumah kacaTekad itu yang mendorong dunia untuk mengurangi penggunaan bahan bakar (berasal dari) fosil"Artinya, investasi di fossil oil dikurangi dan dialihkan ke energi terbarukan," tambah Abadi.
Kondisi global tersebut sangat menguntungkan bagi PGE guna mengembangkan geothermalnyaBanyak investor yang siap mendanai proyek PGEBelum lagi bila dikaitkan dengan 10.000 MW tahap dua, di mana sebanyak 4.733 MW harus dipasok oleh panas"Dari jumlah tersebut, Pertamina sampai dengan 2014 memasok 30 persen panas bumi," ungkap Abadi pula.
Namun, meski minat investasi panas bumi cukup tinggi, Abadi pun mengingatkan bahwa realisasi investasi itu akan sangat bergantung dengan nilai keekonomian dari geothermalKenyataannya, sampai kini belum ada harga patokan sendiri (HPS), hingga menyulitkan perhitungan keekonomian pengembangan.
Dari hasil perhitungan PGE dengan mempertimbangkan faktor teknis di hulu, Pertamina mengusulkan kepada pemerintah untuk menentukan harga tertinggi dan terendah (HET) listrik dari panas bumi itu antara USD 0,87–0,97 per KwhUntuk daerah yang infrastrukturnya lengkap, harganya bisa USD 0,8, tetapi untuk daerah yang sulit tentu harganya semakin meningkat hingga USD 0,97.
"Untuk daerah Kemojang misalnya, bisa saja harganya USD 0,87Tetapi untuk di Ulu Belu, bisa USD 0,88Sedangkan untuk Lahendong yang posisinya di hilir, idealnya USD 0,97," imbuh mantan Vice President Komunikasi Pertamina itu.
Abadi juga menegaskan bahwa potensi panas bumi di Indonesia yang sebesar 27.714 MW termasuk terbesar di beberapa wilayah AsiaSejauh ini, lapangan yang telah memproduksi antara lain di Sibayak, Kamojang, Lahen Dong, Dieng Wayang Windu, Drajat, serta Salak, dengan total kapasitas mencapai sebesar 1.052 MW, sementara kapasitas lapangan dalam pengembangan sekitar 1.537 MW.
Lapangan panas bumi PGE yang sudah berpoduksi sampai dengan 2009 sendiri, antara lain adalah Kemojang (sebesar 200 MW), Lahendong (60 MW) dan Sibayak (12 MW)Bakal segera menyusul pada 2011 ini di Ulu Belu (55 MW), sementara untuk Lumubalat, Hululais, Kotamobagu, Sungai Penuh dan Karaha, akan berproduksi pada 2012, serta lahan Argopuro diproyeksikan pada 2014Bila kesepuluh ladang panas bumi itu berproduksi, maka pada tahun 2014 produksi listrik PGE bisa mencapai 1.342 MW dari cadangan sebesar 1.970 MW(fas/JPNN)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Sri Mulyani Bela Diri Soal Bank Century
Redaktur : Tim Redaksi