jpnn.com, JAKARTA - Dalam rangka memaksimalkan target produksi serta meminimalisasi dampak kerusakan lingkungan akibat aktivitas pertambangan, PT TIMAH Tbk terus berupaya melakukan inovasi dan upgrading alat-alat produksinya.
Salah satu inovasi alat tambang yang dilakukan adalah Tambang Kecil Terintegrasi (TKT), yakni teknologi yang digunakan dalam pola penambangan bawah permukaan atau biasa disebut sub-surface hydrolic mining, yakni penambangan semprot yang dilakukan di bawah tanah.
BACA JUGA: Komisi VII DPR Optimistis PT Timah Bisa Tingkatkan Produksi
Sekretaris Perusahaan PT Timah Tbk. Amin Haris Sugiarto mengatakan TKT bisa dijadikan solusi sebagai pola penambangan yang cukup ramah lingkungan. Sebab, secara teknis, alat ini terbukti mampu menambang timah aluvial dengan efektif dan efisien, tanpa harus melakukan bukaan area yang luas.
"Alat ini tidak perlu mengupas overburden dan hanya memerlukan bukaan vegetasi yang sangat minimal. Keunggulan kompetitif alat ini yakni mampu menambang timah yang spotted namun high grade, di mana alat tambang lain sulit untuk menambangnya secara ekonomis," ujarnya dalam keterangan tertulisnya, Kamis (2/8).
BACA JUGA: Indonesia Diharapkan Tingkatkan Produksi Timah
Amin menjelakan, keunggulan lain sub-surface hydrolic mining antara lain; luasan area penambangan dan potensi limbah minimal, kegiatan land clearing dan stripping overburden minimal, penggalian bijih (ore) lebih maksimal serta akspek keselamatan (safety) bisa lebih dimaksimalkan.
"Eksperimen alat ini sudah dilakukan sejak akhir 2012. Tahun 2015 dilakukan proses paten dan mulai dioperasikan pada Februari 2018," kata Amin.
BACA JUGA: PT TIMAH Teken Kesepakatan dengan Topwide Venture Ltd
Dikatakan Amin, saat ini teknologi sub surface mining baru dioperasikan untuk penambangan di darat. Targetnya, tahun depan dengan prototype yang sama, PT Timah akan mengoperasikannya di laut. PT Timah berencana menggandeng masyarakat sebagai mitra untuk menggunakan teknologi tersebut.
’’Sekarang yang hampir availabe ada 100 unit. Kami baru mendistribusikan sebanyak 30 unit untuk penambangan di Bangka, dan 10 unit di Belitung. Memang masih belum banyak karena pendistribusian baru dibuka pada Mei kemarin,’’ tutur Amin.
Diketahui, penambangan timah alluvial saat ini biasa dilakukan dengan metode semprot (hydraulic mining), dan secara terbuka (open mining). Cara konvensional ini cenderung menyebabkan benturan dengan sektor lainnya disebabkan kebutuhan area penambangan yang luas. (esy/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Genjot Kinerja, PT Timah Tbk Butuh Pendampingan Kejagung
Redaktur & Reporter : Mesya Mohamad