BACA JUGA: Kader Muda Tolak Munaslub Golkar
Sampai saat ini, membicarakan sosok pengganti Megawati di internal PDIP masih sangat tertutupBACA JUGA: Jamkesmas Masih Amburadul !
Meski begitu, sejumlah nama yang berpotensi untuk menggantikannya sudah adaNama Pun patut diperhitungkan karena dia adalah anak kandung Mega yang notabene cucu Soekarno
BACA JUGA: Telat Lunasi BPIH, Masuk Daftar Tunggu
Selain itu, Mega telah mengader Puan hingga menjadi pengurus partai, panitia Rakernas PDIP di Solo, serta terpilih sebagai anggota DPR dari Solo"Pramono memang bisa menjadi salah seorang kandidat kuatApalagi, yang lain, misalnya Hasto Kristiyanto, Gandjar Pranowo, dan Aria Bima, masih jauh lebih muda," kata pengamat politik UI Andrinof AChaniago di Jakarta kemarin (19/7).
Selama ini Pramono sudah menunjukkan loyalitas dan konstribusinya kepada PDIP, Megawati, dan Taufiq KiemasTapi, Pramono juga punya kelemahan"Soal kewibawaan di internal organisasi, ini perlu dicari solusinya," ungkap Andrinof.
Alternatif lain, seperti Ketua DPP PDIP Bidang Politik Tjahjo Kumolo, juga memiliki resistansiDia bukan kader "asli" PDIPBaru pada Pemilu 1999, Tjahjo bergabung dengan PDIPSebelumnya, Tjahjo menjadi kader Partai Golkar"Hal-hal seperti ini biasanya juga diungkit-ungkit," ujarnya.
Andrinof menyarankan agar sosok Puan Maharani tidak terus digadang-gadangSebab, karakter kepemimpinannya belum terlalu kelihatanPemasangan Puan sebagai ketua panitia Rakernas IV PDIP di Solo akhir Januari lalu, lanjut Andrinof, terkesan hanya formalitasSuara tinggi saat pemilu legislatif dari dapil Jateng V juga diperoleh Puan dari hasil memobilisasi sumber daya partai yang membatasi ruang bagi caleg PDIP lain.
"Puan Maharani masih terlalu jauh lahTeman-teman muda yang baru masuk kurang bisa menerimaDilihat dari luar juga kurang bagus, terkesan sangat dipaksakan," kata direktur eksekutif Cirus Surveyors Group itu
Dalam kondisi kandidat lain dianggap masih terlalu muda, Andrinof menduga sosok purnawirawan senior di PDIP, yakni Adang Ruchyatna, perlu diperhitungkan"Ini pilihan logis saat orang muda belum dipercaya dan tokoh purnawirawan lain seperti Theo Syafei dipandang terlalu senior," cetusnya.
Menurut Andrinof, bagi parpol yang ingin survive, model kepemimpinannya harus berorientasi pada institusi organisasiArtinya, ada keberanian untuk melepaskan diri dari ketergantungan satu figur sentral"Kader-kader yang lama berkarya di partai atau pernah menjadi pejabat negara cocok sekali untuk diberi kesempatan," ungkapnya.
Apalagi, imbuh dia, saat ini PDIP mengalami krisis kepemimpinanTidak ada ketua DPD atau DPC PDIP di daerah yang menonjolSementara itu, modal kepemimpinan di lapis kedua, seperti Laksamana Sukardi, Roy B.BJanis, Noviantika Nasution, dan Didik Supariyanto, telah menyeberang dengan membentuk Partai Demokrasi Pembaruan (PDP)."Mau tidak mau PDIP harus berani mencari dan mengambil pilihan terbaik di antara yang muda-muda," tandasnya(pri)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Jasad Evert Mokodompis Masih Utuh
Redaktur : Tim Redaksi