BACA JUGA: Tilap Rp 245 Miliar dari 8.700 Nasabah
Sebanyak 12 radar pengawas pantai (coastal radar) yang dibangun di sepanjang Selat Malaka mulai dioperasikan.Kepala Staf TNI-AL (KSAL) Laksamana Tedjo Edhy Purdijatno mengatakan, pembangunan radar sudah selesai Desember 2008
BACA JUGA: Kejagung Jamin Tak Ganggu Notaris
”Tinggal menunggu proses integrasi, secepatnya,” kata Tedjo di Jakarta, Selasa (06/1).KSAL menjelaskan, proses integrasi masih berjalan karena masing-masing radar memiliki karakteristik dan kemampuan masing-masing
Tedjo menjamin, pengawasan di selat terpadat di dunia itu akan semakin mudah
BACA JUGA: KPK Ngotot Tagih Uang Pengganti
”Kejahatan yang terjadi dapat semakin ditekan,” katanyaDari 12 radar itu, delapan radar sumbangan Amerika SerikatEmpat radar sisanya dibeli menggunakan dana APBN senilai Rp 40 miliar.Empat radar yang dibeli dengan uang rakyat itu dipasang pesisir Bengkalis, Sinoboy, Sabang, dan BatamSeluruhnya buatan Jepang dengan daya jangkau 40-50 mil lautSedangkan radar hibah dari AS yang dipasang mulai Belawan, Tanjung Balai, hingga Batam itu bernilai total USD 18,4 juta (sekitar Rp 190 miliar)Radar hibah ini bermerek Sperry Marine dengan jangkauan 40 mil laut.
Tedjo menjelaskan, saat ini awak yang mengoperasikan adalah prajurit TNI-ALNamun, dia berharap radar itu kelak dapat digunakan sejumlah instansi yang terkait termasuk Bakorkamla, Polisi Air, Departemen Kelautan dan Perikanan serta Bea Cukai.
KSAL dari lingkungan penerbang helikopter itu menjelaskan, dana pengoperasian radar bisa dibagi-bagi per instansi”Sementara ini memang masih dipegang TNI-AL, tapi bisa dibicarakan lagi,” kata Tedjo
TNI-AL tak hanya memperkuat pengamanan di Selat MalakaKorps baju putih itu berencana membangun radar di Laut
SulawesiAmerika juga sudah bersedia membantu pembangunan radar di kawasan timur itu”Harapannya pengamanan blok Ambalat makin optimal,” kata Tedjo.
Selain itu, Mabes TNI-AL sedang mengkaji kemungkinan membeli kapal selam baruSaat ini ada dua kapal selam yang dimiliki Indonesia, KRI Nanggala dan KRI CakraKeduanya diperbaiki teknologinya di Korea SelatanNanti ada beberapa negara yang bakal menjadi pilihan seperti Jerman (U-209), Korea Selatan (Changbogo), Rusia (Kelas Kilo), dan Perancis (Scorpene).
KSAL menjelaskan, semua pengadaan alat utama sistem persenjataan, termasuk kapal selam masih digodok di Dephan, termasuk apakah pengadaannya dipercepat atau ditunda hingga masuk rencana strategis (renstra) 2010-2014.
Tim kajian Mabes TNI-AL juga telah menyusun spesifikasi teknik sejumlah peralatan persenjataan yang akan diajukan dengan sisa anggaran KE 2005-2009, yakni tank amfibi BMP-3F, kapal perusak kawal rudal (PKR) dan satu unit kapal selam”Untuk tank BMP-3F sudah selesai prosesnya, dan ditetapkan negara produsennya dari Rusia sebanyak 17 unit sedangkan untuk PKR dan kapal selam, masih dalam proses,” katanya.(rdl/agm)
BACA ARTIKEL LAINNYA... ABK Bajak Kapal, Nakhoda Dibuang ke Laut
Redaktur : Tim Redaksi