HAMPIR dua tahun anggota DPRD Batam periode 2009-2014 bertugasBanyak catatan yang diberikan masyarakat terhadap kinerja mereka
BACA JUGA: Bono di Riau Bakal Jadi Magnet Peselancar Dunia
Berikut beberapa gaya dan perilaku wakil rakyat Batam saat bersidang.Ruang rapat Komisi III DPRD Batam, Rabu (1/6), yang awalnya hening saat membahas penyelesaian objek retribusi kebersihan dengan penyampaian saran dari Ketua Pansus Edward Brando, seketika berubah riuh saat Kepala Dinas Kebersihan Kota Batam, Azwan mengatakan indikator yang dipakai menentukan tarif retribusi di perumahan berdasarkan kriteria rumah yang ditetapkan REI.
Sontak saja, penetapan klasifikasi tarif kebersihan terhadap rumah tinggal dan perbedaan indikatornya membuat anggota Pansus lainnya seperti Nurita Aslinda, Siti Nurlailah, Jahuin Hutajulu, dan Idawati Nursanti meminta Ketua Pansus dan Kepala Dinas menganggarkan kembali rencana kunjungan kerja, guna melihat bagaimana tetapan retribusi sampah di perumahan mewah di Pulau Jawa.
“Kalau begitu, ada baiknya kita perlu kunker rumah mewah sekali ke Jakarta
Padahal, sebelumnya, para anggota Pansus Retribusi Kebersihan sudah pernah mengadakan kunjungan kerja ke Pulau Jawa
BACA JUGA: Gugatan Ditolak, RRI Fakfak jadi Sasaran Pengrusakan
Dan, itu belum cukup bagi mereka!Setelah itu, pertanyaan dan usulan anggota Pansus nyaris tak ada yang layak dikutip sebagai aturan di dalam perda
”Interupsi, indikator apa yang dipakai untuk pemberlakuan tarif berdasarkan luasan rumah dan tempat tinggal? Berarti rumah kecil ikut juga dikutip dong.
Jangan begitu, tidak cukup satu indikator menentukan ini, nanti terjebak
BACA JUGA: Populasi Bekantan Tersisa 300 Ekor
Iya, nggak?” ujarnya kepada Ketua Pansus.Tidak ada pernyataan yang fokus pada topik pembahasan mereka hari ituSemua lontaran hanya mengacu pada kepentingan pribadi mereka semata.
Dengarlah pernyataan Nurita Aslinda (PKNU)“Bagaimana, kalau saya punya tiga rumah, cuma satu yang saya tempati sementara sisanya dihuni pembantu, kan sampahnya sedikit juga, apa harus bayar juga? Jangan begitu dong,” ujarnya, yang lantas bercanda dan tertawa bersama dua anggota legislatif perempuan lainnya.
“Saya mau tanya lagi, trus gini, saya punya rumah, punya sampah, sampahnya saya buang sendiri, apa itu tetap bayar juga?” kata Nurita pula.
Saat Azwan menjawab, “Ya”, Nurita langsung nyengir“Hmmm, sama saja berarti,” ujarnya.
Sambil menikmati minuman, kue kotak, dan juga sajian buah pir dan jeruk, rapat pansus berakhir tanpa kemajuan berarti.
Lain lagi kisah anggota DPRD Batam saat menerima kunjungan dari daerah lainSaat kunjungan rombongan DPRD Kaimana, Papua, misalnyaKomisi II menjadi tuan rumah. Ketua Komisi II, Yudi Kurnain menugaskan anggotanya yang kala itu ada di ruangan, yakni T Erikson Pasaribu, Mesrawati Tampubolon, dan juga Nurita Aslinda.
”Rik, ada kunjungan kerja dari Papua, terima mereka di ruang serbaguna dongMereka udah menunggu di depan,” ujar Yudi.
Seolah tak mendengarkan, Erikson hanya asyik online di ponselnya“Tolonglah, jangan asyik FB-an atau BBM-an saja,” ujar Yudi.
Erikson bergemingYudi kemudian meminta Mesrawati TampubolonMesrawati pun menolak.
“Saya ada urusan ke OB, jangan ganggu duluKetua dong yang pergi, ketua kan ada, kalau tidak ada baru anggota yang terima,” ujarnya sambil beranjak.
Hampir menyerah, Yudi pun mencoba menugaskan Nurita AslindaNurita juga berkelit dan menghindar seperti anak-anak sembari mengelilingi meja dan ruang kerja menghindari penugasan Yudi“Pleaselah, mereka tamu, hargai dong,” ujar Yudi.
Nurita pun berdalih, “Aku ga bisaAku mau cari pembantu, ga mauAku mau cari pembantu,” ujarnya sambil merengek.
Yudi pun menyerah“Jadi siapa?” ujarnya sambil memasuki ruangannya.
Apa yang terjadi? Setelah sekitar 20 menit rombongan anggota DPRD menunggu di teras utama, akhirnya mereka diterima staf pegawai dan mengajak mereka ke ruang serbaguna. Tamu yang datang menunggu dan merasa tidak dihormati akibat tuan rumah saling lempar tanggung jawab.
Lain lagi kisah Ganda Tiur Marice SimorangkirPolitisi PDIP ini juga sering mengaitkan kepentingan pribadi saat hearing dan rapat pansus berlangsungSebut saja, saat membahas pajak dan retribusi parkir.
Dia pun mempertanyakan sikap petugas bandara yang menurutnya arogan karena tidak memperbolehkan Ganda Tiur parkir sembarangan.
“Iya, saya mau tanya itu, mengenai keberadaan parkir di bandara, masa taksi boleh parkir, sementara saya tidak bisa, malah diusirPadahal saya sengaja memakai mobil dinas plat merah, eh ternyata gak boleh jugaParkir di situ juga tak jelas itu,” ujarnya.
Demikian juga saat hearing tentang gaji pegawai yang belum dibayar tiga bulan.
Ganda berkata, “Iya, saya pergi ke salon, ketemu PNS, mereka mengeluhkan mereka belum gajianSaya belanja di mal, ada PNS, keluhannya juga belum gajianMengapa mereka belum gajian?” ujarnya.
Alangkah lebih sederhana, kalau dia mengatakan, saya menerima banyak keluhan dari PNS dan honor yang belum gajian, gimana ini pemerintah.
Saat akan dikonfirmasi Ganda menghindar dengan alasan, “Saya mau pergi, saya harus belajar, nanti malam kan saya ujian, saya harus belajarSaya kan kuliah S-1 fakultas hukum,” ujarnya sambil berlalu.(jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Soal Tambang, Gubernur Sultra Ditantang Laporkan ke KPK
Redaktur : Tim Redaksi