Rapat Banyak Bercanda, DPRD Batam Kerap Usul Kunker

Kamis, 09 Juni 2011 – 01:51 WIB

HAMPIR dua tahun anggota DPRD Batam periode 2009-2014 bertugasBanyak catatan yang  diberikan masyarakat terhadap kinerja mereka

BACA JUGA: Bono di Riau Bakal Jadi Magnet Peselancar Dunia

Berikut beberapa gaya dan perilaku wakil  rakyat Batam saat bersidang.

Ruang rapat Komisi III DPRD Batam, Rabu (1/6), yang awalnya hening saat membahas  penyelesaian objek retribusi kebersihan dengan penyampaian saran dari Ketua Pansus  Edward Brando, seketika berubah riuh saat Kepala Dinas Kebersihan Kota Batam, Azwan  mengatakan indikator yang dipakai menentukan tarif retribusi di perumahan berdasarkan  kriteria rumah yang ditetapkan REI.

Sontak saja, penetapan klasifikasi tarif kebersihan terhadap rumah tinggal dan perbedaan  indikatornya membuat anggota Pansus lainnya seperti Nurita Aslinda, Siti Nurlailah, Jahuin  Hutajulu, dan Idawati Nursanti meminta Ketua Pansus dan Kepala Dinas menganggarkan  kembali rencana kunjungan kerja, guna melihat bagaimana tetapan retribusi sampah di  perumahan mewah di Pulau Jawa.

“Kalau begitu, ada baiknya kita perlu kunker rumah mewah sekali ke Jakarta
Ayo, anggarkan ketua,” ujar Jahuin, yang langsung disambut setuju dan tawa sumringah Nurita Aslinda dan anggota Pansus lainnya.

Padahal, sebelumnya, para anggota Pansus Retribusi Kebersihan sudah pernah  mengadakan kunjungan kerja ke Pulau Jawa

BACA JUGA: Gugatan Ditolak, RRI Fakfak jadi Sasaran Pengrusakan

Dan, itu belum cukup bagi mereka!

Setelah itu, pertanyaan dan usulan anggota Pansus nyaris tak ada yang layak dikutip  sebagai aturan di dalam perda
Siti Nurlailah, anggota Pansus dari PKS, misalnya, masih  saja bertanya, apakah rumah kecil juga dikenakan retribusi kebersihan.

”Interupsi, indikator apa yang dipakai untuk pemberlakuan tarif berdasarkan luasan rumah dan tempat tinggal?  Berarti rumah kecil ikut juga dikutip dong.

Jangan begitu, tidak cukup satu indikator  menentukan ini, nanti terjebak

BACA JUGA: Populasi Bekantan Tersisa 300 Ekor

Iya, nggak?” ujarnya kepada Ketua Pansus.

Tidak ada pernyataan yang fokus pada topik pembahasan mereka hari ituSemua lontaran  hanya mengacu pada kepentingan pribadi mereka semata.

Dengarlah pernyataan Nurita Aslinda (PKNU)“Bagaimana, kalau saya punya tiga rumah, cuma satu yang saya  tempati sementara sisanya dihuni pembantu, kan sampahnya sedikit juga, apa harus bayar  juga? Jangan begitu dong,” ujarnya, yang lantas bercanda dan tertawa bersama dua  anggota legislatif perempuan lainnya.

“Saya mau tanya lagi, trus gini, saya punya rumah, punya sampah, sampahnya saya buang  sendiri, apa itu tetap bayar juga?” kata Nurita pula.
Saat Azwan menjawab, “Ya”, Nurita langsung nyengir“Hmmm, sama saja berarti,” ujarnya.

Sambil menikmati minuman, kue kotak, dan juga sajian buah pir dan jeruk, rapat pansus  berakhir tanpa kemajuan berarti.

Lain lagi kisah anggota DPRD Batam saat menerima kunjungan dari daerah lainSaat  kunjungan rombongan DPRD Kaimana, Papua, misalnyaKomisi II menjadi tuan rumah.  Ketua Komisi II, Yudi Kurnain menugaskan anggotanya yang kala itu ada di ruangan, yakni  T Erikson Pasaribu, Mesrawati Tampubolon, dan juga Nurita Aslinda.

”Rik, ada kunjungan kerja dari Papua, terima mereka di ruang serbaguna dongMereka  udah menunggu di depan,” ujar Yudi.

Seolah tak mendengarkan, Erikson hanya asyik  online di ponselnya“Tolonglah, jangan asyik FB-an atau BBM-an saja,” ujar Yudi.

Erikson bergemingYudi kemudian meminta Mesrawati TampubolonMesrawati pun  menolak.

“Saya ada urusan ke OB, jangan ganggu duluKetua dong yang pergi, ketua kan  ada, kalau tidak ada baru anggota yang terima,” ujarnya sambil beranjak.

Hampir menyerah, Yudi pun mencoba menugaskan Nurita AslindaNurita juga berkelit dan  menghindar seperti anak-anak sembari mengelilingi meja dan ruang kerja menghindari  penugasan Yudi“Pleaselah, mereka tamu, hargai dong,” ujar Yudi.

Nurita pun berdalih, “Aku ga bisaAku mau cari pembantu, ga mauAku mau cari  pembantu,” ujarnya sambil merengek.

Yudi pun menyerah“Jadi siapa?” ujarnya sambil memasuki ruangannya.

Apa yang terjadi? Setelah sekitar 20 menit rombongan anggota DPRD menunggu di teras  utama, akhirnya mereka diterima staf pegawai dan mengajak mereka ke ruang serbaguna.  Tamu yang datang menunggu dan merasa tidak dihormati akibat tuan rumah saling lempar  tanggung jawab.

Lain lagi kisah Ganda Tiur Marice SimorangkirPolitisi PDIP ini juga sering mengaitkan  kepentingan pribadi saat hearing dan rapat pansus berlangsungSebut saja, saat  membahas pajak dan retribusi parkir.

Dia pun mempertanyakan sikap petugas bandara  yang menurutnya arogan karena tidak memperbolehkan Ganda Tiur parkir sembarangan.

“Iya, saya mau tanya itu, mengenai keberadaan parkir di bandara, masa taksi boleh parkir,  sementara saya tidak bisa, malah diusirPadahal saya sengaja memakai mobil dinas plat  merah, eh ternyata gak boleh jugaParkir di situ juga tak jelas itu,” ujarnya.

Demikian juga saat hearing tentang gaji pegawai yang belum dibayar tiga bulan.

Ganda  berkata,  “Iya, saya pergi ke salon, ketemu PNS, mereka mengeluhkan mereka belum  gajianSaya belanja di mal, ada PNS, keluhannya juga belum gajianMengapa mereka  belum gajian?” ujarnya.

Alangkah lebih sederhana, kalau dia mengatakan, saya menerima banyak keluhan dari  PNS dan honor yang belum gajian, gimana ini pemerintah.

Saat akan dikonfirmasi Ganda menghindar dengan alasan, “Saya mau pergi, saya harus  belajar, nanti malam kan saya ujian, saya harus belajarSaya kan kuliah S-1 fakultas  hukum,” ujarnya sambil berlalu.(jpnn)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Soal Tambang, Gubernur Sultra Ditantang Laporkan ke KPK


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler