BAGI banyak kalangan, reaktor nuklir masih dianggap sebagai sesuatu yang berbahaya. Khususnya terkait dengan radiasi nuklir yang bisa mengakibatkan kelainan tubuh. Namun, bagi Ir Yusi Eko Yulianto, reaktor nuklir sudah dianggap seperti rumah kedua.
-----------
Laporan M Hilmi Setiawan, Tangerang Selatan
-----------
KOMPLEKS Pusat Reaktor Serba Guna (PRSG) Badan Tenaga Nuklir Nasional (Batan) di Serpong, Tangerang Selatan, termasuk kategori objek vital. Kompleks yang terdiri atas puluhan gedung tinggi itu merupakan area sangat terbatas.
BACA JUGA: Megawati tak Bisa Tidur jika tak Dekat dengan Ayah
Untuk memasuki kompleks yang juga berjuluk G.A. Siwabessy tersebut, pengunjung harus melalui tiga pintu pengamanan. Agar diketahui nama itu merujuk nama mantan Menteri Kesehatan dan Bapak Atom Nasional Prof Gerrit A. Siwabessy.
Pintu pengamatan paling depan adalah pos sekuriti kompleks Pusat Penelitian Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (Puspiptek) Serpong. Kompleks Puspiptek memiliki luas area mencapai 350 hektare.
BACA JUGA: Melihat Islam di Papua dengan Tradisi Nyala Damar Menjemput Lailatul Qadar
Kemudian, pengunjung wajib melewati dua pos penjagaan kompleks PRSG Batan dengan meninggalkan kartu identitas. Baru setelah itu memasuki gedung perkantoran atau biasa disebut gedung 30. Di gedung 30 itu juga tersimpan reaktor nuklir dengan kapasitas 30 megawatt thermal (panas).
Di lobi gedung PRSG itu dipampang aneka poster hasil pengembangan teknologi berbasis nuklir. Baik itu di bidang medis maupun pertanian. Meski merupakan bangunan utama reaktor nuklir, gedung tersebut tidak terlalu tampak menakutkan. Sejumlah pegawai Batan terlihat hilir mudik seperti di gedung perkantoran biasanya.
BACA JUGA: Ketika Rakaat Pertama, Kapal Dihantam Ombak Besar
Menunggu beberapa saat, Kepala Bidang Operasi Reaktor PRSG Batan Ir Yusi Eko Yulianto menyapa dengan senyum mengembang. Lulusan Teknik Nuklir Universitas Gadjah Mada (UGM) 1987 itu bukan ”orang sembarangan” di PRSG Batan, Serpong.
Suami Bintarti Agustin tersebut teknisi nuklir angkatan pertama di PRSG Serpong. Dia bekerja di Serpong sejak reaktor diresmikan Presiden Soeharto pada 1987. Sejak mulai bekerja hingga 2010, Yusi bekerja di bagian teknisi perawatan (maintenance) reaktor nuklir.
Bekerja sebagai tim maintenance reaktor nuklir, Yusi memiliki segudang pengalaman. ”Saya juga sering ditugasi menjadi pembimbing teknisi-teknisi nuklir baru,” kata lulusan program master (S-2) teknik keselamatan nuklir di Universitas Otto von Guericke, Magdeburg, Jerman, itu.
Setiap menatar calon-calon teknisi nuklir belia, Yusi tidak mengumbar isu-isu negatif tentang keberadaan reaktor nuklir. Sebab, dia meyakini, selama reaktor nuklir dijalankan sesuai prosedur, tidak akan ada bahayanya. ”Saya sering mengibaratkan reaktor nuklir itu seperti pabrik minyak goreng,” kata pria kelahiran Nganjuk, 4 Juli 1962, tersebut.
Alasannya, semuanya sudah diatur dengan matang sebelum benar-benar dioperasikan. Mulai urusan bahan bakar reaktor berupa elemen bakar berisi uranium, urusan mekanikal, hingga kimia air harus ditetapkan sesuai aturan sebelum reaktor nuklir dinyalakan.
Skema seperti itu, menurut Yusi, sama dengan pengoperasian pabrik minyak goreng. ”Bahan baku minyaknya disiapkan dulu. Kemudian kesiapan mesinnya dicek satu per satu, baru dinyalakan. Sama, bukan?” kata teknisi nuklir yang hobi olahraga bela diri tersebut.
Yusi menceritakan, pada prinsipnya teknisi nuklir terdiri atas dua tim. Tim pertama mengurusi perawatan atau maintenance dan tim kedua bertanggung jawab di bidang operasi. Keduanya memiliki tanggung jawab yang sama besar. Namun, keduanya memiliki waktu bekerja yang berbeda.
Menurut Yusi, tim perawatan bekerja ketika reaktor nuklir sedang dalam masa perawatan. ”Ketika masa perawatan, reaktor dalam posisi shutdown,” katanya. Reaktor nuklir di Serpong dimatikan untuk perawatan rutin secara berkala. Ada perawatan yang bersifat bulanan, tiga bulanan, semesteran, hingga tahunan.
Perawatan yang dilakukan antara lain adalah pengecekan bahan baku uranium di inti reaktor nuklir atau disebut teras reaktor. Kemudian juga melakukan perawatan-perawatan umum seperti penggantian minyak pelumas mesin-mesin tertentu.
Selama bekerja mengurusi perawatan reaktor nuklir, Yusi menyatakan belum pernah menemui kondisi darurat. Meski Pulau Jawa, khususnya Jawa bagian barat, sering diguncang gempa bumi, reaktor tetap aman. Reaktor itu merupakan buatan Jerman. Hampir 100 persen komponennya masih asli seperti saat diresmikan pada 1987. ”Termasuk konstruksi bangunan gedungnya, juga masih sama seperti dulu,” papar sulung lima bersaudara itu.
Setelah berbincang-bincang di ruang kerjanya, Yusi mengajak berjalan-jalan ke ruang kendali reaktor dan hall atau balai operasi reaktor nuklir. Terdapat pintu khusus untuk memasuki gedung utama reaktor nuklir. Pintu tersebut hanya bisa terbuka dengan alat pendeteksi wajah pegawai PSRG Batan.
Setelah itu setiap pengunjung wajib mengenakan baju keamanan. Khusus tamu menggunakan baju keamanan berwarna kuning muda. Sedangkan para teknisi menggunakan baju keamanan berwarna merah dan biru. Dan para peneliti serta pegawai PSRG Batan pada umumnya menggunakan baju keamanan putih.
Setelah mengenakan baju terusan dengan panjang hingga lutut itu, pengunjung wajib dibekali pen dose radiation measurement. Sesuai dengan namanya, alat tersebut berbentuk mirip pena. Ditempatkan di saku bagian dada baju pengaman. Alat itu berfungsi untuk mendeteksi apakah pengunjung terkena radiasi nuklir atau tidak setelah keluar dari balai reaktor nuklir.
Sebelum masuk ke ruang reaktor nuklir, pengunjung wajib melihat indikator di dalam pena itu. Indikator di angka 0 menunjukkan bebas radiasi nuklir. Sehingga saat keluar dari ruang reaktor nuklir, kondisi indikator juga harus tetap 0.
Setelah baju pengamanan dan pena ajaib itu terpasang, Yusi mengajak masuk ke ruang kendali reaktor yang berada di lantai 13 di ketinggian sekitar 25 meter dari permukaan tanah. Dari ruangan tersebut, terlihat jelas kolam reaktor nuklir yang berada di balai reaktor nuklir.
”Di ruang kontrol ini, PNS Batan bekerja 24 jam. Khususnya ketika reaktor nuklir sedang dinyalakan,” kata Yusi. Dia menambahkan, karena bersifat reaktor riset, reaktor nuklir di Serpong itu bisa dinyalakan atau dimatikan sesuai keperluan. Tetapi, reaktor nuklir untuk pembangkit listrik harus menyala terus dalam jangka waktu lama guna menyuplai listrik.
Yusi menjelaskan, di ruang pengendali tersebut, petugas jaga bisa mengetahui kondisi di dalam ruang reaktor nuklir dan di seluruh kompleks Batan. ”Kami bisa mengetahui, misalnya, di ruang tertentu atau gedung tertentu terjadi kebocoran atau pencemaran radiasi nuklir,” jelas dia. Sebab, di titik-titik tertentu, dipasang sejenis radar pencium radiasi nuklir.
Setelah mengunjungi ruang kontrol, Yusi menunjukkan seperti apa wujud uranium yang dipakai bahan bakar reaktor nuklir. ”Yang saya tunjukkan ini replikanya saja,” kata dia.
Yusi mengatakan, serbuk uranium ditempatkan di dalam lempengan yang ada di dalam rangkaian elemen bakar. Jadi, bukan uranium serbuk atau berwujud batu, kemudian direaksikan begitu saja. Setiap satu unit elemen bakar itu mengandung 250 gram uranium.
Elemen sepanjang sekitar setengah meter tersebut dibuat PT Industri Nuklir Indonesia (Inukin). ”Harga setiap elemen bakar ini sekitar Rp 700 juta,” kata dia. Untuk menyalakan reaktor nuklir berkapasitas 30 megawatt thermal, dibutuhkan 40 buah elemen bakar.
Teknisi reaktor nuklir seperti Yusi harus memiliki kemampuan ekstra untuk mengecek elemen bakar mana yang sudah hampir habis kandungan uraniumnya. Elemen bakar yang kandungan uraniumnya sudah habis diangkat, lalu digantikan yang baru.
Titik penyimpanan elemen bakar itu berada di teras reaktor. Teras reaktor tersebut berada di dasar kolam reaksi di kedalaman 13 meter. Kolam reaktor itu dipenuhi air murni sebagai pendingin dan pengunci agar radiasi tidak keluar ke mana-mana. ”Jika sedang beroperasi, elemen bakar yang berisi uranium ini panasnya bisa mencapai 200 derajat Celsius,” katanya.
Panas itu yang kemudian digunakan sebagai penggerak turbin pembangkit listrik tenaga nuklir. Namun, terang Yusi, panas yang dihasilkan reaktor nuklir di Serpong tidak digunakan untuk menghasilkan tenaga listrik.
Yusi menyatakan, elemen bakar yang berisi uranium tersebut tidak berbahaya selama belum ditembak neutron. ”Dari kantor PT Inuki, elemen bakar ini ya dibawa dengan ditenteng biasa saja. Tidak menggunakan alat khusus,” terangnya.
Setelah menunjukkan replika elemen bakar yang mengandung uranium itu, Yusi lantas mengajak mengunjungi kolam reaktor nuklir. Untuk memasuki ruangan tersebut, pengunjung wajib mengenakan kain penutup sepatu. Pintu menuju ruang reaktor nuklir itu dibuat dobel untuk mencegah kebocoran radiasi.
Pintu tersebut selalu dikunci dan dibuka tenaga keamanan khusus. Permintaan membuka pintu dilakukan melalui perekam suara. Pintu baru terbuka setelah tenaga keamanan khusus mendapatkan otoritas dari pimpinannya.
Masuk ke balai atau hall reaktor nuklir, udaranya sangat sejuk. ”Saya betah tidur di sini, seperti rumah kedua saja,” katanya. Lantainya terlihat bersih dan mengilap. Hall reaktor nuklir itu hampir mirip seperti gedung olahraga. Atapnya tinggi dan dilengkapi crane untuk mengangkat benda-benar berat.
Yusi lantas menunjukkan kumpulan elemen bakar yang berisi uranium di dasar kolam. Dari atas kolam, teras reaksi yang berisi elemen bakar itu terlihat berwarna kebiruan. Yusi mengatakan, jika sedang terjadi reaksi, elemen bakar tersebut memancarkan sinar biru yang indah sekali.
”Sama seperti sinar senja di sore hari. Tetapi, ini biru,” kata dia. Yusi mengatakan, saat itu reaktor nuklir sedang dimatikan. Alasannya adalah sedang masa perawatan sekaligus menjelang libur Lebaran. ”Nanti kalau reaktornya sedang dinyalakan, silakan main-main lagi ke sini,” ucap dia.
Yusi menerangkan bahwa cahaya biru yang dipancarkan itu adalah gelombang panas. Namun, gelombang panas di elemen bakar langsung dinetralkan dengan air pendingin yang melewati celah-celah elemen bakar. Kecepatan air yang melewati celah-celah tersebut 860 kg/detik.
Dengan demikian, meski elemen bakar tadi mengeluarkan energi superpanas, air di kolam reaksi tidak sampai mendidih. Yusi mengatakan, jika air di kolam reaksi itu sampai mendidih hingga mengeluarkan uap, masuk kategori bahaya. Sebab, uap itu mengandung radiasi nuklir.
Setelah berkeliling di balai reaktor nuklir, Yusi kemudian mengajak keluar kembali. Untuk bisa keluar dari ruang reaktor nuklir, setiap orang wajib melewati pintu detektor radiasi. Saat melewati pintu tersebut, orang biasa dibuat deg-degan. Sebab, setelah seseorang berdiri sekitar lima detik, mesin akan memutuskan apakah dia terkena radiasi nuklir atau klir.
Jika terkena radiasi, seseorang tidak diperbolehkan keluar ruangan dulu. Mereka diwajibkan mencuci bagian-bagian tertentu yang terkena radiasi. Jika seluruh tubuh yang terkena radiasi, artinya orang itu harus mandi.
Indonesia, tegas Yusi, harus berbangga memiliki reaktor nuklir dengan kapasitas mencapai 30 megawatt thermal itu. Sebab, Indonesia menjadi satu-satunya negara di kawasan tropis yang memiliki reaktor sebesar itu. ”Di Malaysia ada, tetapi kecil, tidak sampai 5 megawatt. Malah Singapura cuma memiliki laboratoriumnya,” tutur Yusi.
Dengan pengalaman tim Batan Serpong mengelola reaktor nuklir dengan aman, Yusi optimistis Indonesia layak memiliki pembangkit listrik tenaga nuklir (PLTN). Bahkan, tahun depan Batan Serpong dijadwalkan sudah mulai membangun reaktor daya eksperimental (RDE). RDE itu adalah reaktor nuklir yang benar-benar dibuat untuk menghasilkan listrik.
Kapasitas RDE nanti hanya sekitar 10 megawatt thermal. Jika dikonversikan menjadi tenaga listrik, reaktor tersebut bakal menghasilkan setrum 3 megawatt. Memang listrik yang dihasilkan masih kecil. Tetapi, tujuan utamanya adalah menjadi media edukasi sekaligus promosi sebelum benar-benar membangun PLTN. (*/c9/end)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Yang Ngaku Antimainstream Baca Ini! Rururadio, Radio Nirkabel Berbasis Komunitas
Redaktur : Tim Redaksi