Rekreasi dan Edukasi di Kebun Binatang Dinilai Keliru

Selasa, 31 Mei 2011 – 22:56 WIB
JAKARTA - Sejauh ini, kebun binatang mungkin merupakan salah satu tujuan wisata favorit bagi siswa sekolah di IndonesiaSelain rekreasi, salah satu alasannya adalah untuk belajar mengenai satwa liar

BACA JUGA: Mantan Hakim MK Bakal Ungkap Kelakuan Andi Nurpati

Namun Daniek Hendarto, Orangutan Campaigner dari Centre for Orangutan Protection (COP) menilai lain, sekaligus menyayangkan kebiasaan itu.

"Secara umum, tidak ada yang bisa dipelajari di kebun binatang
Apa yang bisa dipelajari dari satwa yang terkurung dengan segenap penderitaannya di dalam kandangnya? Apa yang bisa dipelajari dari pertunjukan orangutan? Itu semua sama sekali tidak lucu, dan tidak mendidik

BACA JUGA: Kejaksaan Enggan Satukan Tempat Sidang Gayus

Orangutan bukan mainan!" ungkapnya tegas, dalam siaran pers kepada media, Selasa (31/5).

Daniek menyebut, COP sendiri telah melakukan riset yang mendalam dan memantau kondisi orangutan di sejumlah kebun binatang
Secara umum, kondisinya menurut mereka tidak baik

BACA JUGA: Mahfud Persilakan Nazaruddin Buka-bukaan

Di mana orangutan terlihat menderita, sementara para pengunjung hanya menghabiskan waktu di depan kandang orangutan rata-rata maksimum 90 detikIni dinilai merupakan bukti bahwa kondisinya tidak menarik untuk rekreasi.

"COP memuji kemajuan Kebun Binatang Gembiraloka di Yogyakarta, yang telah menghentikan pertunjukan orangutanSebaliknya, COP mengecam Taman Safari yang menggunakan orangutan untuk pertunjukan sirkusSecara teknis, sebenarnya mereka memiliki standar kelola dan pemeliharaan yang sangat baikNamun sayangnya masih menggunakan orangutan untuk sirkus, maupun foto bersama dengan pengunjung," papar Daniek.

"Kebun Binatang Ragunan jauh lebih burukOrangutan wajib menjalani latihan yang keras agar dapat tampil di atas panggung, atau agar dapat dikendalikan untuk berfoto bersama dengan pengunjung sehingga tidak membahayakanIni tidak etis," tambahnya.

"Kejahatan kita adalah membayar sejumlah uang kepada kebun binatang, untuk terus melakukan kekejamanKejahatan terhadap satwa liar akan terus terjadi, karena para siswa sekolah terus belajar dari sumber yang keliruPerubahan hanya akan bisa terjadi, bila semua pihak termasuk sekolah dan orangtua, tidak lagi mengorganisir kunjungan ke kebun binatang," ucapnya.

Daniek lantas menjelaskan bahwa masih ada banyak cara lain yang lebih baik, untuk mendidik siswa agar mencintai satwa liar dan alamMisalnya katanya, dengan kegiatan berkemah atau kunjungan ke alam bebas, untuk mengamati satwa liar langsung di habitatnya"Sulit untuk tidak melihat satwa liar di IndonesiaMisalnya burungMereka ada di mana-mana, di gedung sekolah dan rumah, pepohonan sepanjang jalan, maupun persawahan," tukasnya(ito/jpnn)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Intelijen Harus Tetap Terkontrol dan Diawasi


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler