RSOB Kehabisan Stok Obat Generik

Rabu, 01 September 2010 – 11:42 WIB
BATAM - Keluhan datang dari beberapa keluarga pasien karena mahalnya biaya pembelian obat yang harus dibayarkan di Rumah Sakit Otorita Batam (RSOB) di SekupangSalah satunya Hm, yang mengaku membayar dua kali lipat dari harga obat yang dibelinya biasanya dari rumah sakit tersebut.

Hami merupakan salah satu keluarga pasien penderita malaria yang dirawat di RSOB Sekupang

BACA JUGA: Polisi Sita Senpi Anggota DPRD

"Saya tanya mengapa mahal, katanya obat generik dengan harga murah habis di rumah sakit tersebut, sehingga yang diberikan kepada kita adalah obat yang katanya lebih bagus dan sangat mahal
Kami warga miskin ini mana sanggup membelinya," ujar Hami kepada Batam Pos (JPNN Grup) di Sekupang, Selasa (31/8).

Selain dia, banyak juga pasien lainnya yang mengaku dari keluarga kurang mampu tidak bisa dilayani bagian farmasi RSOB karena kehabisan obat generik tersebut

BACA JUGA: Exxonmobil Siap Bersihkan Merkuri

"Kalau pun ada obat yang sejenis, harganya lebih mahal
Misalkan obat Primaquin biasanya kami beli seharga Rp150 ribu per botol, kalau yang mahalnya, kata perawat jaga bisa mencapai Rp300 ribu

BACA JUGA: 178 Perda Kota Jayapura Tak Efektif

Mana sanggup kita," ujar salah satu keluarga pasien, Hotma Tobing.

Warga Batuaji ini menunjukkan,dalam tampilan botolnya, Primaquin merupakan obat generik jenis tablet penangkal penyakit malariaUmumnya dosis oral anak diberikan 0,3 mg basa/kg/hari sekali sehari untuk 14 hari (tidak melampaui 15 mg/hari) atau 0,9 mg basa/kg sekali tiap minggu untuk 8 minggu dan tidak melampaui 45 mg basa/minggu, sedangkan untuk dosis dewasa 15 mg/hari (basa) sekali sehari untuk 14 hari atau 45  mg basa/minggu untuk 8 minggu.

Obat ini umumnya paling banyak diberikan kepada beberapa pasien yang terindikasi penyakit MalariaCara penyimpanan obat ini yakni harus disimpan dalam wadah tertutup baik yang tahan terhadap cahaya serta disimpan dalam suhu kurang dari 40 derajat celcius.

Bentuk sediaan dari obat generik jenis ini merupakan tablet sebagai fosfat ukuran 7,5 mg dan 15 mg.

Humas RSOB, Wawan Setyawan membenarkan adanya salah satu obat generik yang kehabisan stok di RSOB, sehingga pasien kurang mampu yang lebih sering memakai obat tersebut merasa terbebani.

"Memang ada salah satu obat yang kosong, namun kekosongan itu bukan berasal dari kelambatan kita memesan melainkan kekosongan dari distributor dengan alasan tidak diproduksiKalau pasien mau obat yang lebih paten, mereka harus membayar mahal," ujar Wawan.

Dia mengatakan obat generik biasanya diberikan kepada pasien yang kurang mampu"Iya, dapat laporan dari farmasi, kami kehabisan stok, tapi itu murni karena kosong dari distributorKendalanya, akhirnya kepada pasien dibebankan biaya yang lebih mahal, mau tidak mau," ujarnya.

Penggunaan obat generik sangat menghemat biaya penanganan penyakitSejauh ini, biaya obat sekitar 60 persen dari total biaya pengobatan dan harusnya dapat lebih rendahSebanyak 453 obat generik yang harga eceran tertingginya dikontrol pemerintah sudah dapat mengatasi 70 persen penyakit yang adaTerkait sampai kapan obat generik langka di RSOB, Wawan belum bisa memastikan"Tergantung dari stok yang diberikan distributor," ujarnya. (cha)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Kekeringan, Warga Lombok Krisis Air


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler