BACA JUGA: Pajak Holding Membengkak, BUMN Terbebani
Kurs rupiah yang lemah berpotensi untuk mendorong kinerja eksporBACA JUGA: Kinerja Bank Syariah Lampaui Capaian 2007
Akibatnya, orang menganggap impor masih murahBACA JUGA: Bursa Saham Menanti Keberanian Investor
Tak pelak, surplus neraca perdagangan selama sembilan bulan pertama 2008 hanya USD 9 miliarPadahal pada sepanjang 2006 dan 2007, surplus bisa mencapai USD 40 miliar"Karena itu, rupiah perlu sedikit terdepresiasi," kata Tony.
Tingginya impor, kata Tony, juga akan membahayakan cadangan devisa dan neraca perdagangan IndonesiaSebagai gambaran, saat ini cadangan devisa sudah tergerus menjadi USD 30 miliar dari sebesar Rp USD 60 miliar
Kata Tony, rupiah bisa disebut overvalued jika berada di kisaran Rp 9.200 per USDIdealnya, dengan inflasi Indonesia yang 12 persen dan AS hanya lima persen, kurs seharusnya terdepresiasiApalagi mata uang utama dunia lainnya seperti euro (EUR), poundsterling (GBP), dan dolar Australia (AUD) juga mulai melemah setelah menguat terlalu tajam terhadap USDKurs yang ideal adalah di atas Rp 10 ribu dan di bawah Rp 13 ribu per dolar AS.
"Saat ini rupiah sedang mencari ekuilibrium baru dan tidak mungkin akan kembali ke level sebelumnya (Rp 9.000-an per dolar AS, Red)," katanya
Tony juga memaparkan, tahun depan Indonesia harus berjuang keras untuk melawan hantaman krisis keuanganSektor-sektor yang bisa bertahan adalah sektor yang elastis terhadap kondisi ekonomiSeperti, perusahaan-perusahaan yang menerima proyek dari pemerintahApalagi, tahun depan Indonesia akan melaksanakan pemilu sehingga pemerintah perlu menggelontorkan banyak dana untuk mendorong belanja
Sedangkan sektor yang akan terpukul adalah sektor yang rentan terhadap segala kondisi ekonomiSalah satunya adalah industri mobil karena orang akan menahan pembelian barang-barang konsumtif"Gaikindo meramalkan penjualan mobil tahun depan turun 30 persen," katanya.(ina/fan)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Elpiji Langka, Wapres Minta Maaf
Redaktur : Tim Redaksi