Rupiah Sebenarnya Oke

Rabu, 11 Maret 2015 – 17:04 WIB
Menko Perekonomian Sofyan Djalil. FOTO: Ricardo/jpnn.com

jpnn.com - PEMERINTAH Joko Widodo-Jusuf Kalla terus saja mendapat cobaan berat sejak mengemban tugasnya memimpin Indonesia. Terbaru, cobaan datang setelah nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika Serikat (USD) terus melemah.

Rupiah sempat bertekuk lutut di hadapan USD di kisaran Rp 13.065 pada Selasa (10/3). Hal itu membuat banyak pelaku usaha kelimpungan. Tak hanya itu, melemahnya nilai tukar rupiah semakin menambah buruk citra Kabinet Kerja pimpinan Jokowi.

BACA JUGA: Tinggal Pilih, Mau Gabung atau Tidak

Sebelumnya, masyarakat juga dibikin kelimpungan dengan kenaikan BBM, beras serta elpiji. Public pun ramai-ramai mempertanyakan kinerja Jokowi sebagai orang nomor satu di Indonesia.

Tak sedikit pula yang khawatir Indonesia akan kembali mengalami krisis seperti 1998 silam. Saat itu, rupiah sempat anjlok terhadap USD hingga menyentuh angka Rp 18 ribu.

BACA JUGA: Tak Mungkin Ada Ketum Pagi dan Ketum Malam

Bagaimana pemerintah menjawab masalah ini?  Menteri Koordinator bidang Perekonomian Sofyan Djalil menyatakan, pemerintah berkonsentrasi penuh untuk atasi kondisi tersebut.  Sofyan mengakui, Jokowi sudah memberikan instruksi terkait rupiah.

Apa dan bagaimana langkah presiden untuk rupiah? Berikut wawancara dengan Sofyan Djalil di kompleks Istana Negara, Jakarta, Selasa (10/3) malam.

BACA JUGA: Dana Desa, Kuncinya Pendampingan

 

Apa yang dibahas dalam rapat dengan presiden?

Presiden ingin tahu apa perkembangan tentang rupiah. Jadi, dipanggil Gubernur BI, OJK, Menkeu, saya dan Mendag. Intinya, kami menjelaskan kondisi rupiah yang terjadi pada hari ini juga dialami oleh semua mata uang. Jadi, tidak ada hal yang baru. Presiden ingin mendengarkan penjelasan rupiah dalam minggu ini yang melemah sekitar nomor lima. Ada yang lebih parah pelemahannya. Lebih dari itu, tidak ada yang mengkhawatirkan. 

Jadi bagaimana kondisi rupiah saat ini?

Dibandingkan dengan mata uang yang lain, rupiah itu menguat bahkan terhadap Euro. Artinya, rupiah ini hanya melemah terhadap USD. Tetapi, rupiah menguat terhadap termasuk euro. Jadi, dalam posisi itu, rupiah sebenarnya oke saja. Masalahnya adalah kondisi Amerika yang terlalu bagus. Kemudian, pelaku pasar memperkirakan The Fed (Bank Sentral Amerika) akan menaikkan suku bunga. Kapan menaikkan suku bunga? Mungkin Juni karena akan ada pertemuan April dan pertemuan Juni.  

Mengapa kondisi ekonomi Amerika demikian?

Nah, untuk diketahui, sejak 2008 setelah krisis di Amerika, mereka menggelontorkan quantitive easing (pembelian asset oleh The Fed), menggelontorkan dolar begitu besar ke pasar dalam rangka menstimulir ekonomi Amerika. Dolar ini pergi ke seluruh dunia, termasuk ke Indonesia.

 Maka waktu itu Anda lihat rupiah sempat menguat sampai Rp 9.000an. Nah, sekarang ini dolar itu mau diserap kembali oleh Amerika dengan menaikkan suku bunga. Dalam proses adjusment ini, semua mata uang dunia melemah karena dolar kembali ke Amerika.

Ada arahan khusus presiden terkait ini?

 Kami mempercepat investasi, memudahkan easy doing business. Kemudian, kami bikin PTSP betul-betul jadi efektif baik tingkat nasional maupun provinsi bahkan kabupaten. Kemudian, semua perizinan yang selama ini ada masalah kita bereskan. Kalau ada hal-hal yang mengalami kendala dalam investasi, kita troubleshoot supaya investasi itu berjalan.

Kedua, bagaimana mengurangi current account, mempromosi ekspor. Kita akan panggil semua perusahaan yang melakukan ekspor. Kami tanyakan apa masalah, apa yang bisa dicolong dan apa kesulitannya. Ini perintah presiden.

Kemudian kita memberikan tax insentif kepada perusahaan-perusahaan asing yang menanam kembali dividennya di Indonesia. Bulan ini akan dikeluarkan peraturan pemerintah tentang masalah tersebut dalam bentuk pemberian tax insentif.

 Di bidang lain, kita akan mempercepat pariwisata. Sebab, pariwisata yang paling cepat karena rezim devisa bebas di beberapa negara itu akan dipercepat supaya wisatawan datang ke Indonesia membawa dolar

Bagaimana investasi jangka pendek untuk menjaga valas tidak keluar?

 Pertama, kita adalah penganut iklim devisa bebas. Oleh sebab itu, yang bisa dilakukan, misalnya, perusahaan-perusahaan mulai RUPS, dividen dibagikan,  dividen dikembalikan ke luar negeri, kita berikan tax insentif supaya dividen itu bertahan.

Kemudian iklim pasar modal supaya perusahaan-perusahaan segera melakukan dan mempercepat go public. Dengan begitu akan datang investasi untuk menutup defisit current account.

Potensi dari kebijakan investasi?

Cukup besar. Kalau kita bicara sama investor, dia mengatakan harus membayar dividen pemegang saham di luar negeri. Tapi, kalau ada insentif pajak di sini kemudian mereka bisa menjustifikasi, ini kesempatan.

Jadi berapa standar nilai rupiah yang diinginkan pemerintah?

Yang betul rupiah stabil. Kalau menguat, kita enggak bisa mengekspor. Sekarang semua mata uang cenderung stabil. Tapi perlu diketahui, kondisi saat ini berbeda sama sekali dengan kondisi sebelumnya di mana rupiah melemah.

Waktu dulu tahun 1998 rupiah melemah terhadap dolar, yen, Euro. Hari ini kita melemah terhadap dolar, tapi menguat terhadap Euro. Artinya, kinerja ekonomi Indonesia cukup bagus. Kalau Anda tanya analisis ini hal wajar, tapi kami tidak ingin volatilitas yang tinggi 

Rupiah stabil itu di kisaran berapa?

Saya enggak bisa mengatakan karena ini kita bukan pack harga tertentu. Kalau pack harga tertentu Bank Indonesia tentu berada di pasar. Ini gejala temporer, pemerintah dan BI akan melakukan segala upaya menjaga volatilitas. (flo/jpnn)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Bukan Saatnya Coba-coba Pemain Muda


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler