BACA JUGA: Kemenlu Sulit Pantau WNI di Mesir
Paham nasionalisme sempit (chauvinisme) dan korupsi disebut-sebut sebagai dua faktor utama pemicu konflik di Rusia.Satu hari setelah insiden maut tersebut mengguncang moral warga Rusia, Presiden Dmitry Medvedev langsung memecat sejumlah pejabat tinggi keamanan dalam negeri
BACA JUGA: Kroni Ben Ali Dibersihkan di Kabinet
Meski tegas, langkah pemimpin 45 tahun itu dirasa terlalu lemah untuk mencegah kemungkinan serangan berikutnyaPada halaman editorialnya Jumat lalu (28/1), harian The Chronicle Herald menuliskan bahwa langkah tegas Medvedev sia-sia
BACA JUGA: Wahabi Rusia Itu Kerap Dikaitkan Kasus Bom
"Memecat pejabat (keamanan) dan memerintahkan peningkatan keamanan tidak akan membuahkan hasil maksimal," tulis surat kabar terbitan Kanada itu, mengutip keterangan beberapa pakar RusiaPara pakar tersebut sepakat bahwa akar dari konflik yang timbul tenggelam di negerinya adalah chauvinisme dan korupsi.Chauvinisme yang lantas melahirkan sikap rasial muncul karena negara federasi itu tidak hanya terdiri atas satu suku bangsaFenomena yang sebenarnya juga terjadi di negara-negara lainSedikitnya, ada delapan etnis utama yang menyusun populasi negara bekas Uni Soviet tersebutDi antaranya, etnis Rusia, Kaukasia, dan ChechnyaPorsi terbanyak memang etnis RusiaYakni, sekitar 80 persen dari total penduduk Rusia yang berkisar 142 juta jiwa.
Etnis Rusia sebagai komponen terbesar penyusun masyarakat cenderung tidak rukun dengan etnis KaukasiaMeski tidak pernah diakui secara terbuka, pemerintah cukup memahami fenomena tersebutSampai sekarang pun, dua suku bangsa itu masih gampang diadu dombaYang terbaru adalah bentrok akibat tewasnya seorang suporter sepak bola etnis Rusia di tangan beberapa suporter lain yang kebetulan beretnis KaukasiaSerangkaian aksi anarkistis pecah di sekitar kompleks pemerintahan.
Mencoba meredam tensi, Perdana Menteri (PM) Vladimir Putin turun tanganDia sengaja menemui para pengunjuk rasa, yang sebagian besar adalah pemuda ultranasionalis dan skinheadBahkan, politikus 58 tahun tersebut ikut meletakkan karangan bunga di makam suporter sepak bola yang tewasSayang, aksi simpatik Putin itu justru membuat warga semakin chauvinistis dan cenderung rasial"Rusia untuk (etnis) Rusia," seru merekaSerangan balasan terhadap etnis Kaukasia pun tak terelakkan.
Faktor rasial itu juga muncul dalam investigasi insiden maut di Domodedovo yang mengakibatkan sedikitnya 180 orang terlukaMeski belum ada individu atau kelompok yang mengaku bertanggung jawab atas serangan tersebut, tudingan mengarah kepada militan muslim Kaukasus Utara, yang tentunya beretnis KaukasiaBerpijak pada serangkaian konflik antaretnis yang terjadi, sejumlah pakar keamanan pun yakin bahwa ledakan bom bunuh diri itu dilancarkan oleh militan muslim Kaukasus Utara.
Putin pun, sepertinya, membenarkan tuduhan sebagian masyarakat Rusia tersebutRabu lalu (26/1), dia membantah anggapan tentang keterlibatan kelompok separatis Chechnya dalam ledakan bom bunuh diri di Domodedovo"Tidak ada tanda-tanda keterlibatan militan Chechnya," ucap dia seperti dikutip Agence France-Presse kala ituKarena itu, investigasi yang sampai sekarang masih berlangsung lebih difokuskan kepada militan muslim Kaukasus UtaraKhususnya, Nogaisky Dzhamaat atau Brigade Nogai.
Maret lalu, militan muslim Kaukasus Utara juga melancarkan serangan mematikanSasarannya pun sarana transportasi, seperti serangan 24 Januari laluKetika itu, dua perempuan pelaku bom bunuh diri meledakkan diri di kereta bawah tanah MoskowSedikitnya 40 orang tewas dalam insiden tersebutBeberapa waktu sebelumnya, para pemimpin gerakan perlawanan di Kaukasus Utara mendeklarasikan tekad mereka untuk menghadirkan lagi perang sipil di Rusia.
Namun, rekaman CCTV bandara menyuguhkan fakta yang sedikit mengejutkanDalam tayangan itu, tampak ciri-ciri fisik pelaku ledakan yang sama sekali tidak menunjukkan karakteristik etnis KaukasiaBahkan, investigator yakin bahwa pelaku yang tewas dalam ledakan dan sampai sekarang belum diketahui identitasnya itu adalah individu beretnis RusiaSaat ini, tim investigator masih mendalami rekaman tersebut lebih lanjut.
Selain nasionalisme sempit, korupsi menjadi faktor yang melatarbelakangi pecahnya insiden di DomodedovoPara pakar yakin, jika para polisi dan petugas keamanan bandara menjalankan tugas secara maksimal, ledakan mematikan itu bisa dicegahApalagi, pada malam tahun baru lalu, Moskow juga sudah dikejutkan oleh ledakan bom misteriusKonon, ledakan itu tidak disengajaBom terpicu sinyal telepon genggam pelaku yang tiba-tiba menerima SMS ucapan selamat tahun baru dari rekannya.
Konon, para petugas keamanan di bandara-bandara Rusia terlalu sibuk menarik pungutan liar (pungli) dari kaum migranAkibatnya, mereka melalaikan tugas utama menjaga keamanan bandaraBukan baru kali ini Domodedovo kecolonganPada 2004, dua ledakan bom di udara yang menewaskan 89 orang pun bermula dari bandara di Distrik Domodedovsky ituBahkan, petugas menangkap dua pelaku peledakan tersebut sesaat sebelum pesawat lepas landasTapi, keduanya lantas dibebaskan.
Lemahnya antisipasi dinas intelijen atas serangan mematikan seperti 24 Januari lalu mendatangkan kritik bertubi-tubi kepada Biro Keamanan Federal (FSB)"Terorisme di Rusia memiliki aspek global, tapi juga berkaitan erat dengan politik Kremlin di Kaukasus UtaraKorupsi dan kegagalan sistem politik dalam negeri memicu gerakan perlawanan di berbagai wilayah Rusia," kata Ekaterina Sokiryanskaya, pengamat politik pada organisasi HAM Memorial, seperti dilansir The Economist(hep/c11/dos)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Malaysia Razia Suami Kontrak
Redaktur : Tim Redaksi