Saatnya Indonesia Nyalip di Tikungan

Jumat, 10 Oktober 2008 – 11:17 WIB
TEPAT sekali langkah pemerintah Indonesia menghentikan perdagangan saham di Bursa Efek Indonesia kemarinTerlambat sedikit, kita bisa lebih kacau

BACA JUGA: Lantaran Reruntuhan Wall Street Menimpa Main Street

Inilah saatnya kita mendahulukan nasib bangsa sendiri
Kita tahu, perusahaan asing lagi perlu uang untuk menutup lubang mereka yang dalam di negeri masing-masing

BACA JUGA: Saya Harus Mudik ke Mana Ya?

Karena itu, mereka perlu uang cepat
Salah satu caranya adalah menjual apa saja yang dimiliki, termasuk yang di Indonesia

BACA JUGA: Kalau Langit Masih Kurang Tinggi

Dan, yang paling cepat bisa dijual adalah saham di bursa

Saking banyaknya pihak yang mau menjual saham itulah yang mengakibatkan harga saham jatuh 10 persen kemarinMereka berani menjual murah, menjual rugi, asal bisa segera mendapat uang cashSebenarnya sekaranglah saatnya membeli kembali saham Indosat, Telkomsel, atau apa pun, tapi kita belum cukup kaya untuk melakukan itu

Penutupan sementara bursa itu juga penting untuk mengamankan perusahaan-perusahaan nasional kitaYakni, perusahaan yang terlibat utang besar di luar negeri yang jaminannya berupa sahamMisalnya, Bumi Resources dan enam perusahaan milik Bakrie Group lainnyaTermasuk kebun sawitnya yang besarKalau harga sahamnya terus merosot, nilai jaminan utangnya langsung tidak cukupDalam keadaan seperti ini sangat mungkin terjadi hostile take over! Sangat bisa terjadi, tiba-tiba saja tambang batu baranya yang begitu besar disita dan menjadi milik asingDemikian juga perkebunan sawitnya.

Karena itu, bursa tidak perlu cepat-cepat dibuka kembaliApalagi, kalau itu hanya karena tekanan asingHarus dihitung benar untung ruginya bagi kepentingan nasionalMemang Bumi Resources adalah milik Bakrie, tapi batu baranya dari bumi Indonesia (Kaltim)Kita juga berkepentingan mengusahakan Bakrie agar tetap jaya -antara lain agar bisa menuntaskan kasus Lapindo di SidoarjoApalagi, Bakrie pernah jadi contoh perusahaan yang hancur oleh banyaknya utang saat krisis moneter 1997 yang tiba-tiba mampu bangkit menjadi orang terkaya di IndonesiaJangan sampai kini menjadi korban hostile take over asing akibat tidak mampu membayar utang! Nilai saham Bakrie kini memang tinggal 20 persennyaSangat mudah bagi asing untuk mengambil secara hostile!

Kini negara yang paling mempertuhankan pasar bebas pun hanya berpikir menyelamatkan negara masing-masingApalagi, negara yang masih miskin seperti kitaSaya cukup bangga atas ketegasan dan kecepatan pemerintah mengambil langkah iniPenduduk kita cukup besar untuk bisa menjadi pasar kita sendiriKita masih bisa menanam jagung!

Sampai kemarin memang baru Rusia dan Indonesia yang mengambil langkah menghentikan perdagangan sahamIslandia (Iceland) sudah lebih dulu membuat keputusan mem-peg mata uangnya ke dolar karena terjun bebasKemarin sore WIB, Inggris membuat keputusan yang lebih konsepsional daripada AmerikaDelapan bank raksasa direkapitalisasi Rp 700 triliun dengan syarat-syarat tertentuMisalnya, harus menjaga kelangsungan fungsi utama bank, termasuk memberi pinjaman kepada pengusaha yang bergerak di sektor riilDi dalamnya termasuk bank-bank kelas dunia, seperti HSBC, RBS, dan Standard CharteredInggris yang dulu pelopor swastanisasi, kini di arah sebaliknya.

"Ini jalan keluar yang tujuannya memulihkan kepercayaan, sekaligus memperkukuh sistem perbankan," ujar Perdana Menteri Gordon Brown

Menurut Brown, dalam mengatasi kesulitan yang begitu serius, jalan keluarnya memang harus komprehensifJuga harus kreatif dan tidak sekadar dogmatisMenaikkan suku bunga seperti yang dilakukan Bank Indonesia, menurut saya, termasuk yang hanya dogmatis dan kurang kreatifYakni, satu dogma bahwa untuk menahan orang agar tidak ramai-ramai menukarkan uang ke dolar haruslah memberi rangsangan kepada pemegang rupiahYa, menaikkan suku bunga tadiTapi, dampak yang lain sangat beratUntung naiknya hanya kecil (25 basis poin).

Kita punya batu bara bermiliar ton dan hasil bumi lainIni yang harus diamankan lewat kebijaksanaan nasionalMestinya, masih lebih baik nasib kita yang memiliki hasil bumi tersebut daripada negara yang hanya punya kertas saham atau commercial paper dengan nilai yang hancur saat ini

Kita memang tidak punya cadangan saham di mana-manaKarena itu, jangan pula yang masih kita punya itu hilangSaatnya nasionalisme dipertahankanSambil lihat-lihat perkembangan duniaKalau kita pintar, kita bisa menyalip di tikungan!(*)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Jangan Kaget karena Toilet


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler