Saatnya Menabuh Gong Strategi "Great"

Minggu, 08 Maret 2015 – 10:21 WIB
Booth Kementerian Pariwisata Thailand di ajang Internationale Tourism Bourse (ITB) di Messe, Berlin, Jerman. Foto: Don Kardono/Indopos/JPNN

jpnn.com - Dari arena ekshibisi Internationale Tourism Bourse (ITB) di Messe Berlin, Jerman gong strategi menjual Wonderful Indonesia sudah ditabuh. Resonansi getaran suaranya diharapkan menggema di saentero jagat pariwisata. Mungkin pantas dijuluki, golden three angle, segitiga emas, tiga gapura pintu utama masuk ke tanah air. 

Don Kardono – Berlin, Jerman

BACA JUGA: Perayaan Cap Go Meh, Berkah pada Tahun Kambing Kayu

TIGA gapura itu adalah Bali, Jakarta dan Batam. Turis Eropa Amerika dibukakan portal besar di Bali dan Jakarta. Sedangkan turis dari negara tetangga, Singapore, Malaysia dan turis asing yang sedang berlibur di Singapore, yang dekat dengan Batam, di sanalah gapura itu dibuka lebar-lebar. Hub-nya Singapore, destinasi tambahannya Batam. Itu mirip dengan Macao, hub-nya Hongkong.

Menteri Pariwisata Arief Yahya menyebut segitiga emas gapura pintu utama masuknya wisatawan mancanegara itu dengan istilah strategi “Great.” Tiga terbesar wisman datang ke Indonesia. Yakni: Great Bali, Great Jakarta, dan Great Batam. “Tiga check points utama itulah, 90 persen turis asing masuk ke Indonesia. Bali disebut Great Bali karena 40 persen, atau 3.507.310 wisman terdata di Imigrasi Ngurah Rai sepanjang 2014,” kata Arief Yahya.

BACA JUGA: Sambil Berdendang Biduk Hilir

Pintu masuk kedua terbesar, menurut Arief Yahya, adalah Great Jakarta, yang sepanjang 2014 tercatat 2.305.729 wisman, atau sekitar 26 persen dari total kunjungan wisman ke Indonesia. Ketiga, Great Batam tahun 2014 dikunjungi 2.154.697 wisman dengan komposisi 24 persen. Kemenpar memang sudah memetakan, ada 9 great berdasarkan jumlah pengunjung, aksesibilitas, fasilitas, dan konektivitas kawasan itu. 

Ketika tiga simpul itu terus digenjot, maka simpul-simpul wisata di daerah yang memiliki konektivitas dan aksesibilitas yang baik, akan turut berkembang. Ditambah dengan program pariwisata yang baik akan mempercepat pengembangan. Ditambah dengan fasilitas yang bagus, pembangunan destinasi yang baik, akan semakin “great.”

BACA JUGA: Kris Tito, WNI Tahanan Australia Itu Dua Tahun Lagi Bebas

“Karena itu regional Bali, Lombok-NTB, Labuan Bajo-NTT, Banyuwangi-Jatim dan sekitarnya bisa di-support dan dikembangkan dari Great Bali. Lalu Bintan, Mentawai-Sumbar, Nias, Danau Toba Sumut, Air Terjun Sipiso-piso Sumut bisa dipopulerkan melalui pintu Great Batam,” kata Arief.

Tiga simpul besar itu Great Bali, Jakarta dan Batam itu, bukan lantas meninggalkan destinasi lain, seperti Great Jogjakarta, Great Bandung, Great Sulawesi, dan Great Kalimantan. Mereka akan dikembangkan dengan skenario yang berbeda, dengan skema di tiga great tersebut. “Semua harus mengerucut pada satu tujuan, menaikkan jumlah kunjungan wisman sampai 12 juta di tahun 2015, dan menjadikan 20 juta di tahun 2019,” kata dia.

Di ITB Berlin, Menpar Arief juga melihat berbagai ragam kreasi dari 186 negara peserta dalam mempromosikan wisatanya. Dari desain booth, lighting, makanan khas, aksen kultural di interior, model arsitektural, gambar, multimedia, sampai kostum pakaian adat istiadatnya. Thailand salah satu negara ASEAN yang cukup menonjol di Hal 26C di Messe, Berlin. Hampir separoh hal, dikuasai total oleh Thailand. Meter squere-nya, sekitar tiga kali Paviliun Phinisi Nusantara milik Indonesia.

Thailand, suka tidak suka harus diakui, mereka sangat serius menggarap sector pariwisata. Situasi politik dalam negeri yang sempat meruntuhkan reputasi Thailand, dengan cepat recovery. Menteri Pariwisata Thailand, Kobkarn Wattanavrangkul menyebut strateginya dengan dynamic entrepreneurial spirit untuk membangun kembali kepercayaan di dunia turisme.

“Januari 2015, jumlah turis asing yang masuk ke Thailand tembus angka 2,65 juta orang. Itu menghasilkan revenue sekitar 120 Miliar Baht atau 3,24 Miliar UERO. Dari tahun ke tahun naik 12,7 sampai 15,9 persen. Tahun ini kami proyeksikan jumlah total kedatangan mencapai 28 juta orang dengan revenue 1,35 Triliun Baht, atau 36,5 Juta Euro,” kata Kobkarn.

Selama ini, Thailand yang berkampanye dengan sesanti “2015 Discover Thainess” sukses menyumbangkan 20 persen GDP atau gross domestic product. Pariwisata benar-benar sudah menjadi pengungkit dan penggerak ekonomi negeri. Industri pariwisata sudah berkembang menjadi spirit untuk meraup devisa. Indonesia masih di angka 9 persen, dan Malaysia lebih besar 16 persen.

IPK International-World Travel Monitor 2013 juga melansir, Thailand adalah salah satu pemain pariwisata yang sudah popular di Eropa. Objek kompetitifnya adalah, pantai, pasir, dan panas (matahari). Atau biasa disebut sea, send, sunny. IPK menyebut, ada 130 juta wisatawan yang terbang ke Asia setiap tahun. Rata-rata pengeluaran uang per trip, 1.400 Euro, dengan rata-rata tinggal 8 malam.

Lalu di mana negara saja yang memikat mereka untuk dikunjungi? Nomor wahid adalah China, termasuk di dalamnya Hongkong dan Macao, 27 persen dari 130 juta wisatawan itu. Peringkat kedua adalah Thailand! Dengan 14 persen. Baru Singapore 8 persen, Malaysia-Korea-Jepang 7 persen. Sekitar 80 persen mereka berkunjung ke Asia itu untuk wisata, sisanya 20 persen adalah perjalanan bisnis. Dari 500.000 responden IPK International, yang diperoleh dari berbagai negara, 36 persen menjawab untuk liburan, 20 persen untuk perjalanan di kota-kota, 19 persen untuk sun and beach holiday.

Dari data itu bisa dibaca, bahwa suka tidak suka, Thailand adalah negara favourit kedua untuk dikunjungi wisatawan Eropa setelah China. Maka, masuk akal dan terjawab, pertanyaan mengapa Thailand dan Malaysia habis-habisan menguras stok kreativitasnya di bursa pasat tour and travel terbesar di dunia, ITB Berlin ini.

Lalu di manakah posisi Indonesia? Yang dikenal sejak zaman nenek moyang sebagai negeri yang tata titi tentren, gemah ripah loh jinawi, subur makmur karta raharja. Negeri zamrud khatulistiwa. Bangsa pelaut yang wilayah kekuasaannya jauh di barat sampai Madagaskar, ke utara sampai ke Siam?

Itulah pekerjaan besar Menpar Arief Yahya hingga 2019 mendatang. “Saya optimis, kita punya peluang besar untuk menjadi lebih hebat!” aku mantan Dirut PT Telkom yang asli Banyuwangi, Jawa Timur itu.

Tiga gapura utama Great Bali, Jakarta, Batam itu adalah jawaban. Menjalankan dengan disiplin, menggarap dengan serius, memonitor dengan baik, sinkronisasi antar daerah dengan pas, memuluskan konektivitas, memperbaiki aksesibilitas, semua itu akan mempercepat perkembangan industri pariwisata.

Optimisme Arief Yahya itu bukan tanpa alasan. Sebagai tokoh marketing, yang cermat mengolah data, yang condern di teknologi, yang berpendidikan modern, dia pasti sudah mengantungi simpul-simpul mana yang harus diimplementasi dengan cepat. Dia sangat yakin dengan pepatah: Where there is a will there is a way! Di mana ada kemauan, di situ pasti akan ketemu jalan. (***)

 

 

BACA ARTIKEL LAINNYA... Perempuan yang Masuk Daftar Eksekusi Ini pun Terisak...


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler