BACA JUGA: Tangani Protap, Kejagung Jamin Objektif
Motif pembunuhan sendiri diduga persoalan asmara dan hutang piutang antara korban dan tersangka
BACA JUGA: Sorkam Minta Terdakwa Kisruh Protap Dibebaskan
Pasanya di pemeriksaan awal yang dilakukan terhadap tersangka Senin subuh (24/8), tersangka Iwan mengaku menghabisi nyawa Alia saat mereka tengah dalam pelarian dikawasan Provinsi Jambi, Kamis lalu (20/8) sekitar pukul 04.00 WIBUsai pemeriksaan yang dilakukan langsung Kapoltabes di ruang kerjanya, Iwan meralat pengakuannya dan mengatakan bahwa kejadian pembunuhan berlangsung di rumah kosnya di Jl Dwikora II, Lr Tinta Mas, RT 12, RW 3, No 6, Kelurahan Demang Lebar Daun, Kecamatan IB I, Palembang (sebelumnya disebut, RT 11, Kelurahan 20 Ilir D-III, Kecamatan IT I)
BACA JUGA: Gubernur Rangkap Jabatan Wako Manado
Kejadiannya sendiri berlangsung Rabu malam (19/8) diperkirakan antara pukul 20.00 WIB hingga 21.00 WIB.Dalam keterangan awalnya saat menjalani pemeriksaan Senin subuh di ruang Unit Pidkor Poltabes PalembangIwan menceritakan kejadian tersebut bermula ketika hubungannya dengan korban mulai mendapat masalah sejak ia dipecat dari pekerjaannya sebagai tenaga honorer di Bank Sumsel Palembang kantor Kas Pasar 16 Ilir"Sebetulnya kalau mau dirunut, masalah mulai datang sejak saya berpacaran dengan Alia bulan November 2008 silam pak," Kata Iwan yang mengaku mulai mengenal Alia pada bulan puasa atau September 2008 lalu ini.
Sejak pacaran Iwan mengaku pacarnya kerap meminjam uang kepada dirinya"Uang tersebut dia pinjam untuk memenuhi gaya hidupnya pakDimana kami suka jalan, makan di tempat makan ternama, main biliar, hang out, serta digunakan untuk membeli pakaian serta barang laincaranya juga sedikit-sedikit pak, hingga akhirnya hutang tersebut menumpuk mencapai Rp46,5 juta." Tandas Iwan.
Guna memenuhi hasrat dan mengimbangi pacarnya, Iwan mengaku ia terpaksa menggelapkan uang milik Bank tempatnya bekerja"Gaji saya kecil pak, bersihnya cuma Rp1,6 juta, kalau ditambah uang makan, transpor dan bonus sekitar Rp2 juta, jadi mana cukupPadahal kebutuhan saya juga banyak, apalagi saya kemana-mana pakai mobil, bayar kos, nah kalau ditambah dengan permintaan dia berhutang terpaksalah saya mencarikan uangnya, awalnya saya ambil dari tabungan, tapi setelah tabungan habis saya mulai menggelapkan uang PBB yang disetor ke Bank Sumsel, totalnya mencapai Rp51,7 juta," Beber pemuda berkulit putih.
Perbuatannya tersebut akhirnya berujung bencana, pimpinan kantornya pada tanggal 13 Agustus 2009 akhirnya mengetahui tindakannya"Saya dipaksa kembalikan, karena tidak ada uang saya kemudian mengembalikannya dengan uang titipan bapak saya untuk keperluan membayar DP rumah sebesar Rp50 juta, meski demikian saya masih dipecat pak," Akunya.
Pusing karena dipecat dari pekerjaannya serta dihadapkan pada kenyataan untuk mengembalikan uang DP rumah yang telah digunakannya, Iwan kemudian meminta Alia untuk membantunya"Hari selasa (17/8) saya telepon dia kasih tau saya dipecatSorenya kita ketemu diparkiran Hotel Anugerah, dia sempat ke ATM dan ambil uang Rp900 ribu, uang tersebut diberikan pada saya, katanya untuk membayar utangKita kemudian jalan lagi ke PS disana saya mulai cerita masalah saya, sebetulnya saya memberi pilihan sama dia, untuk membayar hutangnya atau menikah sama sayaTapi soal nikah dia belum beri kepastian, soal uang juga dia malah menjawab agar saya tidak buru-buru, nanti kita pikirin sama-sama, begitu katanya setiap saya tanya," Urainya.
Esoknya tersangka bertemu lagi dengan korban, mereka masuk beriringan Rabu sore tersebut ke parkiran Hotel AryadutaSempat hendak makan (sebelumnya disebut Chek In) di Hotel, keduanya batal dan memilih makan di restoran Sederhana"Di sana saya cerita lagi pak, tapi jawabannya tetap sama, dia cuma jawab soal nikah dia mau tapi tidak sekarang, mau bicara dulu pada orang tuanya, padahal saya tahu kalau dia tidak berani bicara pada orang tuanya, istilahnya saya digantungkan soal ini, hingga saya meminta dia untuk membuktikan keseriusannya untuk menikah dengan saya." kata korban yang selanjutnya mengatakan ia kemudian mengantar korban kembali ke PS karena korban berniat hendak ketemu temannya.
Malamnya tersangka yang sudah pulang ke rumah terkejut dengan kedatangan korban ke rumahnya sekitar pukul 21.00 WIB"Dia mengajak saya kabur, tapi saya tolak, tapi dia mendesak karena ini bentuk bukti keseriusannya menikah dengan saya, tak bisa mengelak saya kemudian menuruti permintaannya, tapi kita gak ada tujuan, kami akhirnya sepakat untuk berjalan saja dengan mobil dia ke arah BanyuasinAwalnya dia yang bawa, selanjutnya di Pangkalan Balai dia minta gantian," lanjut tersangka.
Di perjalanan, tersangka mengaku dipinta korban untuk menghubungi keluarganya"Saya disuruh telpon ke rumah, kalau Alia sempat maen ke tempat saya tapi sudah pulang, ternyata telepon itu membuat curiga keluarganya, satu persatu mulai dari mama hingga papanya menelpon saya dan menanyakan keberadaan saya, saya sempat keceplosan memberi alamat kos saya, itu membuat Alia marah dan menyuruh agar kami mematikan handphone.
Kamis subuh sekitar pukul 04.00 WIB, tersangka mengaku kelelahan dan mereka sempat berhenti sebentar dikawasan Jambi mengarah ke Riau"Saya lupa persisnya dimana, disana kita sempat melakukan hubungan intim pak, memang kita sudah sering melakukan ini sebelumnya jadi sudah tidak terlalu canggung, usai berhubungan kita kemudian mengobrol sampai akhirnya bertengkar, kita bertengkar dan dia terus memukul-mukul saya, setelah itu dia meminta agar hubungan kami bubar saja, soal uang katanya akan dikembalikan tapi tidak sekarang, tidak hanya itu yang paling membuat saya sakit hati dia mengatakan bahwa biar saja bubar, soalnya kan yang mendekati dia masih ada, seperti Reza dan dr Hafid yang lebih disetujui orang tuanya, jawaban tersebut membuat saya marah pak, langsung saja dia saya cekik lehernya dengan tangan kiri, kemudian keningnya saya pukul dengan tangan kanan, habis itu tengkuknya saya pukul dengan keras berkali-kali hingga dia langsung tewas, saya sempat kaget begitu tahu dia tewas, bingung saya pak," Ungkap pria berbadan tegap ini.
Ditengah kekalutannya, tersangka kemudian melanjutkan perjalanannya hingga sampai ke Pangkalan Kerinci Riau"Sebelum berangkat saya kemudian menaruh tubuh korban dibelakang tertelungkup, dan saya tutupi dengan merebahkan kursi depan dan boneka punya AliaBaru setelah itu saya berangkat, sekitar kamis pagi pukul 10.30 WIB saya sampai di parkiran RSUD Selasih, Pangkalan Kerinci, Riau, disana kemudian saya tinggalkan dan saya pergi ke terminal dengan mencarter ojek, setelah itu saya pergi ke Pekan Baru disana saya sempat menginap semalam," Katanya.
Dari Pekan Baru pelarian tersangka kemudian berlanjut, Jumat pagi dia kemudian berangkat ke Lubuk Linggau"Sampai disana saya sempat rehat, saya kemudian menyambung dengan naik kereta ke LampungDi lampung saya menginap di Hotel Kurnia, Sabtu malam kemudian saya menelpon bapak saya, besoknya (Minggu (23/8) bapak saya datang, kepadanya saya bilang mau kabur ke Jawa, tapi di larang dan bapak minta saya menyerahkan diri," Tukasnya.
Iwan sendiri mengaku ia membunuh korban karena khilaf"Saya emosi pak atas jawaban dia yang seenaknya itu, seakan mengenyampingkan begitu saja pengorbanan saya selama ini," sesalnyaEkpresi sesal Iwan tampak tergambar jelas saat berlangsungnya pemeriksaanMeski tampak tenang dalam menjawab semua pertanyaan penyidik, tatapannya nampak kosongBahkan saat dibawa ke Sel Tahanan Poltabes, Iwan terlihat menangis, bahkan hal tersebut berlangsung hingga esok paginyaNamum emosi Iwan sendiri kerap labil, seperti terjadi usai pemeriksaan awal ia sempat nyaris berkelahi dengan Kameraman Televisi Nasional yang hendak menanyainyaTapi sejurus kemudian usai emosi yang meledak tersebut ia langsung minta maaf kepada kameraman(mg18)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Wagub Sulut Resmi Dinonaktifkan
Redaktur : Tim Redaksi