Salsa Mulai Nulis Naksir-naksiran

Senin, 01 November 2010 – 11:49 WIB
Putri Salsa, 14 tahun, memamerkan dua buku karyanya di kediamannya di kawasan Studio Alam, Depok, Jawa Barat. Foto: Agung Putu Iskandar/Jawa Pos

Nama panjangnya Eva Maria Putri SalsabilaNama penanya, Putri Salsa

BACA JUGA: Mengunjungi Makkah dengan Wajah Baru (2-habis)

Nama panggilannya, Caca
Prestasi Caca sudah berderet-deret memanjang

BACA JUGA: Mengunjungi Makkah dengan Wajah Baru (1)

Begitu pula buku-buku karyanya
Selain melimpah, buku-buku tulisannya menjadi langganan rak "best seller" di toko-toko buku.

Saat ini Caca berusia 14 tahun

BACA JUGA: Bebas Panas Abu Vulkanik berkat Tujuh Bantal

Namun, dia menulis sejak berusia 5 tahunBuku pertamanya berjudul Dunia Caca diterbitkan DAR!Mizan saat usianya belum genap 8 tahun pada 2004Kemudian, pada 2006 buku berjudul Anak Penangkap Hantu diterbitkan Lingkar Pena Publishing House saat Caca berusia 10 tahunDia juga menyumbang cerpen dalam antologi cerpen berjudul Tangan-Tangan Mungil Melukis Langit.

Tak cukup sampai di situ, ada juga The Cute Little Ghost: Hantu-Hantu Imut, Cool Skool, My Candy, My ChrystalSemuanya diterbitkan pada kurun 2007-2008, saat Caca masih berusia 11-12 tahun! Buku-buku tulisan Caca laris manisBahkan, pembaca setia Caca sampai minta Cool Skool dibikin serial lanjutan"Buku-buku Caca best seller lho," kata bunda Caca, Asma Nadia, saat ditemui di rumahnya, kawasan Studio Alam, Depok, Jawa Barat, Sabtu lalu (30/10).

Itu masih belum cukupPenggemar kisah penyihir Harry Potter tersebut dua kali menjadi juara Lomba Menulis Surat untuk Presiden yang diadakan Dewan Kesenian JakartaYakni, pada 2003 sebagai juara harapan yang kemudian "dibalas" pada 2005 sebagai juara pertama"Pokoknya, Caca suka menulisSekolah seperti jadi sampingan Caca, menulis bagi Caca adalah yang utama," ujar gadis manis berjilbab itu.

Tulisan Caca tidak seperti tulisan anak-anak pada umumnyaTidak ada tema-tema seperti "Berkunjung ke Rumah Kakek" atau "Suasana di Kebun Binatang", apalagi "Kelinciku yang Lucu"Tulisan Caca kadang polos, kadang melucu, tak jarang pula yang penuh empati.

Lihat saja di cerpen yang dia tulis dalam antologi Maryam Mah KapokJudulnya, Mirip-Mirip RantangKenapa mirip rantang" Caca mendeskripsikan dengan jenaka teman sekolah yang berlebihan dalam berpakaianYakni, bertumpuk-tumpuk seperti rantang makananBegini kutipannya:
  "Cewek yang mirip-mirip rantang itu"?
  "Maksudnya"?
  "Yang tiap make baju pasti tiga susun kayak rantang, hehehe..."

Begitu juga saat menulis cerpen Melukis Langit yang diterbitkan dalam antologi Tangan-Tangan Mungil Melukis LangitCaca menceritakan upaya membujuk adiknya agar tidak takut pada mendung gelapCaranya, dengan melukis langit"Caca membayangkan dia dan Adam menyiram langit dengan cat, dari atas pesawatBarangkali ayah mereka yang pilot akan memberikan tumpangan untuk mereka," tulis Caca dalam cerpennya.

Penggemar pelajaran sosial tersebut mengakui, ibunda sangat berperan dalam membentuk jiwa kepenulisannyaKetertarikannya dengan dunia tulis-menulis juga dipengaruhi sang ibu"Dulu Caca berpikir, bunda jadi penulis, Caca jugaSekarang Caca sudah bisa menikmatinya sendiri," katanya.

Saat awal-awal menulis, Asma harus ada di samping CacaLambat-laun, Caca cuma ingin ibunya ada di kamar saat dirinya sedang menulisSekarang Caca sudah bisa menulis sendiriBahkan, Asma kini tak perlu terlibat dalam  proses editing yang sebelumnya ikut dia garap.

Sebelumnya, Asma juga harus memperbaiki tulisan CacaMaklum, saat masih berusia 6 hingga 8 tahun, Caca belum paham aturan baku dalam penulisanMulai huruf besar, titik-koma, hingga tanda kutip pada pernyataan langsungMengenalkan Caca dengan aturan-aturan itu harus pelan-pelan dan alamiah

Kini, setelah sukses dengan tulisan anak-anak usia sekolah dasar (SD), Caca harus bersiap menuju tulisan remaja seiring dengan usianya yang menginjak 14 tahunTema-tema anak-anak pelan-pelan ditinggalkanSaat ini Caca mulai menggarap tema-tema remajaApalagi kalau bukan tema "naksir-naksiran" alias "cinta-cintaan" semacam teenlit dan ceeklit"Tapi, bingung juga gimana nanti jadinya, soalnya dalam Islam kan nggak boleh pacaran," ujarnya lantas tersenyum.

Asma Nadia menuturkan, proses Caca menjadi penulis cilik tidak tiba-tibaSejak awal, Asma yang juga penulis dan pendiri puluhan taman bacaan itu merangsang Caca membaca dan menulis.Saat Caca baru lahir, Asma bersama suami tercinta, Isa Alamsyah, fokus pada dua tahun pertumbuhan CacaSebab, pada saat itu, perkembangan otak bayi sangat cepatBerbeda dengan saat mereka sudah berusia di atas balita bahkan menjelang sepuluh tahun"Kami sangat berkonsentrasi saat Caca berusia nol sampai dua tahun," ujar Asma.

Asma merangsang Caca untuk bisa membacaCaranya, dia sering membacakan Caca cerita sambil memangku putri pertamanya ituCaca rupanya cepat menyerap pelajaran dari ibundaUmur 4 tahun dia sudah bisa membacaUmur 5 hingga 6 tahun, Caca sudah bisa menulis"Pokoknya jangan sampai saya kalah cepat dari televisiKalau sudah kena televisi, aduh repot nantiNggak mungkin suka baca," ujar perempuan berjilbab tersebut.

Kadang Asma sengaja membikin Caca penasaranTiap kali membacakan dongeng, penerima Adikarya Ikapi Award tiga kali (2000, 2001, 2005) itu sengaja tidak melanjutkannya"Bunda sudah ngantuk, besok saja ya bunda teruskan," katanya.

Sesekali Asma juga berdiskusi dengan CacaSebelum mengakhiri dongeng, dia bertanya kepada Caca bagaimana ending-nya menurut Caca"Dari situ dia berlatih kreatif dalam berimajinasi," kata penulis yang pernah diundang sebagai pembicara dalam forum Seoul Young Writers Festival dan Forum Sastra Asia Kedua di Gwangju, Korea Selatan, tersebut.

Selain itu, Asma secara tidak langsung melibatkan Caca tiap kali menulis cerpen atau novelPendiri Asma Nadia Publishing House tersebut menuturkan, tiap kali menulis, dirinya selalu membiarkan pintu kamar terbukaDia biarkan Caca dan Adam, anak kedua Asma yang juga jadi penulis, ikut nimbrung.

Caca sering bertanya cerita apa yang sedang ditulis ibundaInteraksi semacam itu tak pernah dilewatkan Asma untuk merangsang Caca gemar membaca dan menulis"Kita bikin membaca dan menulis itu menyenangkanMereka harus menikmatinyaMereka fun dengan ituJangan sampai karena ingin jadi penulis, ibunda memaksaItu tidak baik untuk anak-anak," jelas ibu muda berusia 37 tahun itu.

Asma kadang juga "diintervensi"Suatu ketika, Caca bertanya kisah yang sedang ditulisAsma menuturkan bahwa cerita tersebut berkisah tentang seorang anak yang mencari ibunyaAda yang bilang ibunya sudah meninggal, ada yang bilang masih hidupCaca langsung mengancam"Kalau bunda sayang Caca, ibunya nggak boleh dimatiinBundanya harus hidup," tegas CacaAsma pun nurut"Ternyata kalau ibunya nggak dimatiin, ending-nya lebih bagus," ujar Asma lantas terkekeh.

Menurut Asma, profesi penulis menjadi alternatif cita-cita bagi anak-anakIbu-ibu juga lebih gampang mengarahkan ana-anaknya jadi penulis ketimbang memaksa mereka ikut fashion show atau "idol-idol" di mal-mal

"Lagi pula, ini lebih bermanfaat buat merekaMembaca dan menulis kan berguna untuk kehidupan mereka meskipun tidak harus menerbitkan atau menjual bukuDaripada fashion show, nunggu antreannya aja lama banget kan," katanya(aga/c7/kum)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Mereka Melahirkan saat Mengungsi Karena Letusan Merapi


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler